Choosaku Fumi, gadis dari Jepang, termasuk satu dari sekian orang yang mengagumi sosok Min Kyeongjun.
Fumi awalnya tidak terpikir untuk mendekati Kyeongjun. Hanya saja ia terus-menerus ditempatkan oleh takdir pada ketidak-sengajaan bertemu dengan pe...
Ia benci takdir yang menggulirkan peruntungannya sehingga terus bertemu pemuda itu dalam waktu yang kurang tepat. Seperti saat ini.
Choosaku Fumi tengah mencari bacaan baru di salah satu rak perpustakaan ketika tanpa sengaja mendapati Kyeongjun -lagi-lagi- bersama dengan gadis bernama Seonhee. Tidak adakah tempat lain untuk bermesraan selain di hadapan Fumi? Rasanya menghancurkan kamar, seperti yang lalu, tidak akan mampu meredakan kesalnya. Ingin saja ia menonjok samsak sampai isinya keluar sekalian.
Oh. Sejak kapan Fumi jadi fanatik seperti ini? Ia meringis.
Gadis itu mencoba fokus lagi. Membaca deret judul yang terpampang di hadapannya.
"Pergi sana. Kau mengganggu saja."
"Aku ke sini untuk bertanya, Noona. Jawab saja apa susahnya?"
Gadis dengan titel Choosaku itu segera mengalih pandang dari celah yang bisa ia lihat. Tak berniat menguping; setengah takut kalau-kalau ia justru kedapatan mengintipi dua seniornya.
Mengalih atensinya kembali pada deret buku. Ia menimbang-nimbang sejenak. Dan menarik satu buku yang ia harap bisa jadi pengusir rasa bosan. Memilih duduk di meja pojok, dengan harap tak ada yang mengganggu. Sayang saja-
"Hai, Choosaku... Fumi? Right?"
-ia harus berhadapan dengan 'malaikat'-nya Min Kyeongjun, tak lama setelah ia duduk di sana. Shit. Double shit.
Fumi menoleh sejenak lantas menundukkan kepala hormat kemudian lanjut membaca novel di hadapan dengan mimik serius seakan tenggelam dalam dunia yang dibacanya.
"Tidak penasaran soal hubungan Kyeongjun denganku, huh?"
Seonhee tersenyum tipis. Tapi jujur saja, Fumi merinding. Ia buru-buru menggeleng, berusaha terlihat tegas dan yakin.
"Kau suka Min Kyeongjun, kan?"
"E- eh?"
Double shot.
Jika saja bisa, Fumi lebih memilih hilang ditelan bumi ketimbang harus bertatap mata dari gadis di hadapannya ini. Bingung harus menjawab apa dan bertingkah seperti apa. Bagaimana kalau Seonhee marah padanya?
Baru saja hendak melempar satu dari sejuta alasan miliknya tapi-
"Seonhee. Seokhyun mencarimu."
-siapa pun itu, dia adalah penyelamat Fumi.
"Hmm." Seonhee tak menjawab. Melainkan hanya memberi isyarat agar teman sekelasnya itu pergi lalu beralih pada Fumi.
"Kalau penasaran, bukankah lebih baik untuk langsung menanyakan? Kau melihatku dan Kyeongjun, tadi."
Ujung kalimat itu bukanlah pertanyaan, tapi pernyataan.
Seonhee mengukir lengkung tipis pada salah satu sudut bibir. Beranjak dari duduknya di samping Fumi.
Dan begitu Seonhee berlalu, Fumi menghela napasnya berat; yang entah sejak kapan tapi ia menahan pasokan oksigen ke paru-parunya beberapa jenak hanya karena harus berhadapan langsung dengan senior yang satu itu.
Untung saja orang itu datang tepat waktu. Meski jika Fumi bertemu dengan Seonhee di lain waktu, tak tahu bagaimana harus bersikap nantinya.
Demi apa pun. Seonhee menyeramkan dengan senyum dan semua kalimat straight-to-the-pointnya itu.
.fin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.