1 - Rencana Pindah Sekolah

13.9K 435 9
                                    

-Happy reading-

A/n: Maaf kalau ada typo, Ini gak dibaca lagi.

***

SUASANA tegang dengan rasa kekhawatiran menyelimuti ruangan tersebut. Deru napas seperti tercekat begitu saja dengan detak jantung semakin berdebar menambah rasa kekhawatiran gadis itu bertambah. Tercetak jelas kekhawatiran di wajah gadis cantik dengan mata bulat nan indah tersebut.

"Papa akan memindahkan kamu ke sekolah yang berada di Jakarta."

Deg!

Kekhawatiran yang tidak diinginkan gadis itu terjadi juga. Dia sudah menebak-nebak kejadian setelah kedua orangtuanya sibuk berkerja.

"Untuk memudahkan kamu beradaptasi disana. Kamu tinggal dirumah tante Bia," ucap laki-laki yang notaben sebagai papa nya itu.

"Papa sepenuhnya percaya kalau kamu akan aman tinggal disana. Apalagi ada Devan yang bisa menjaga kamu, papa sangat berharap kamu mau pindah sekolah, Nila." lanjutnya.

Nila mendengus sebal."Tapi pah-" Kata-kata nya tercekat begitu saja sulit sekali untuk berbicara.

Nila mengalihkan tatapannya ke arah bundanya seakan meminta untuk membujuk papanya. Namun gadis itu tidak menyangka ternyata bundanya itu malah mengangguk seperti mendukung penuh keputusan papanya. Nila hanya bisa pasrah dan segera mengiyakan permintaan kedua orang tuanya untuk dirinya pindah sekolah ke Jakarta.

"Oke, aku mau pindah sekolah," Putus Nila dengan satu tarikan napas ia tidak mau mengecewakan kedua orangtuanya.

Nila berharap pilihannya ini adalah yang terbaik. Semoga...


***

MALAM harinya Nila sudah bersiap-siap untuk pindahan sekolahnya sekaligus pindahan rumah. Selesai membereskan yang sekiranya dibutuhkan, Kakinya melangkah kearah balkon kamarnya tempat favorite untuk sejenak melupakan masalah yang akhir-akhir ini terjadi di kehidupannya.

Menyebabkan hatinya dilanda bimbang dan kecemasan atas pilihan yang sudah ia pikirkan matang-matang. Untuk membuka sesuatu yang baru sudah pasti ada sebuah pengorbanan, mengharuskan pikiran dan hatinya bergelut menjadi peran utama yang terlibat.

Menentukan pilihan yang sudah ia pikirkan konsekuensi apabila itu keputusan yang salah baginya. Memikirkan penyebab yang belum terjadi itu sama saja menyerah pada takdir dan mungkin hidupnya seperti itu-itu saja, Menyerah tanpa belum menjalaninya sekalipun.

"Oke, gua yang memutuskan dan gue juga yang harus menjalani," gumam Nila menyakinkan hatinya yang sedang bergelut gelisah yang menyebabkan dirinya dilema, antara pindah sekolah atau tidak.

Terdengar dering ponsel dari arah kamarnya. Nila lantas meraih ponsel yang berada dimeja belajarnya dan melihat salah satu pesan dari sahabatnya, Sheryl.

From : Sheryl Amanda

Lo udah ngerjain pr biologi belum? Kalo udah besok gue liat ya, Nila sahabatku yang baik hati😊

Nila terseyum geli melihat pesan tersebut lagi-lagi sahabatnya itu menyontek pr biologi. Memang menurut Sheryl biologi itu susah sama saja seperti menunggu doi peka, kira-kira seperti ini katanya: 'Lebih baik gue main biola daripada ngerjain pr biologi yang enggak tau kapan selesainya, bisa-bisa rambut gue penuh uban semua kayak pak Abdul'.

Biola adalah salah satu alat musik yang paling Sheryl sukai. Pantas saja memang sedari kecil Sheryl sudah di perkenalkan di dunia musik.

Perempuan itu juga tidak mau seperti guru biologi nya yang bernama pak Abdul saking pusingnya dengan biologi rambutnya memutih. Itu hanya pikiran Sheryl saja. Padahal pak Abdul seperti itu memang karena efek 'U' alias umur bukan efek pusing karena memikirkan biologi. Sheryl saja yang melebih-lebihkan.

Nila yang tidak bisa apa-apa dalam menyangkut alat musik, dan Sheryl yang tidak terlalu menguasai biologi. Kekurangan mereka itulah yang saling melengkapi satu sama lain.

Sheryl yang mengajarkan Nila alat musik apabila ada pelajaran musik, dan Nila juga mengajarkan Sheryl apabila dia kesusahan mengerjakan tugas biologi.

Nila pikir apakah ia bisa meninggalkan sahabatnya dengan kata lain dia pindah sekolah. Sedangkan ia sendiri bingung untuk memberitahunya. Bisa-bisa telinga Nila berdengung bila mendengar suara amarah Sheryl jika gadis itu memberitahukan bahwa ia harus pindah sekolah ke Jakarta.

Keputusan ini sangat membuat Nila gusar. Tapi Nila juga tidak mau mengecewakan harapan kedua orangtuanya dan di sisi lain Nila juga tidak mau membuat sahabatnya yang sudah 4 tahun bersamanya itu kecewa. Dengan tangan gemetar dan rasa bersalah yang menyelimutinya, Nila segera mengetikan pesan kepada sahabatnya, Sheryl.

To:
Sheryl Amanda

Sher besok datang pagian ada yang mau gue omongin sama lo, gue harap jika lo udah tau, lo bisa mengerti posisi gue.

Nila menghela napas setelah mengirimkan pesan kepada Sheryl. Nila berharap sahabatnya itu bisa dewasa menyingkapi masalahnya tersebut dan tidak melebih-lebihkan masalah pindahan sekolahnya.

Pindahan sekolahnya itu sama saja melupakan masalah yang menyebabkan Nila patah hati. Nila merasa dirinya sangat bodoh karena telah mempercayai laki-laki itu. Sebelumnya Nila berpikir lelaki itu beda dari lelaki lain tetapi ternyata dia sama saja.

Nila membuyarkan lamunan tersebut untuk apa dia memikirkan yang tidak pantas untuk diingat lagi. Nila tersenyum miris atas kebodohannya tempo hari. Ia sangat menyesal. Sungguh.

Tidak mau terus menerus memikirkan masalahnya, gadis itu lantas melangkahkan kakinya menuju tempat tidur. Sebelum Nila memejamkan mata ia mengecek kembali ponselmya yang berada di atas nakas tempat tidurnya dan ternyata pesan yang tadi ia kirimkan untul Sheryl sudah dibaca. Nila tersenyum lega dan berarti besok Nila harus siap menjelaskan pindahan sekolahnya kepada sahabatnya, Sheryl.



***

Chapter pertama ini aku revisi ulang lagi😊

Bagaimana menurut kalian(?)

Jangan lupa voment ya😊

Follow:

@Firdaputriadn_

Salam Manis

Firda Putri Andini.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang