2 - Perpisahan dengan sahabat

6K 318 0
                                    

-Happy reading-

Setiap pertemuan akan mempertemukan kita pada perpisahan

-nial dan nila


***

PAGI-PAGI sekali Sheryl berangkat ke sekolah. Pikirannya terus memikirkan apa yang mau dibicarakan oleh sahabatnya. Ini pasti masalah serius. Jika ini bukan masalah serius tidak mungkin Nila menyuruh Sheryl berangkat sepagi ini kesekolah. Mungkin bisa saja mereka berbicara nanti di kelas. Ah, perasaan Sheryl jadi tidak enak.

Nila yang sangat tau tipekal Sheryl tidak mungkin menyuruhnya datang sepagi ini tanpa alasan. Sheryl mengecek arloji yang bertengger manis di tangan kirinya. Ini baru pukul 06:15 wib tapi mengapa Nila belum berada di kelas. Pikiran Sheryl berkelana memikirkan apakah Nila mau mengerjainya. Sheryl langsung membuyarkan pikiran buruk itu tidak mungkin Nila membohonginya.

Kakinya melangkah kepenjuru tempat yang berada di sekolah tersebut. Ia terus mencarinya. Di kantin, kamar mandi, taman belakang sekolah, bahkan di perpustakaan tempat favorite Nila sekalipun sahabatnya itu tidak berada disana.

Semua ruangan yang sudah Sheryl kunjungi tapi tidak ditemukan tanda-tanda bahwa Nila berada disana. Tunggu! Ada satu lagi tempat yang belum Sheryl kunjungi yaitu ruang kepala sekolah, tapi ia sendiri tidak yakin kalau Nila berada di tempat itu. Sheryl tau betul bahwa seluruh murid yang berada di ruang kepala sekolah, kebanyakan mempunyai masalah dengan kepala sekolah yang terkenal ganasnya.

Sheryl bergedik ngeri dan berharap semoga ia mendengar kabar baik apabila nanti dirinya bertemu dengan Nila. Sheryl berhenti sejenak di depan ruang kepala sekolah dan selanjutnya ia mendengar suara dua orang perempuan berbeda usia dan satu orang lelaki berkisar 40 tahunan bercengkrama di dalam ruangan tersebut.

Sayup-sayup Sheryl mendengar pembicaraan mereka. Ternyata di dalam sana ada suara Nila dan berarti sahabatnya itu berada di ruangan tersebut. Tubuhnya menegang kala ia mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.

Beberapa menit kemudian Nila keluar dari ruangan itu. Terlihat dari wajahnya Nila sangat kaget melihat Sheryl yang sudah berada di hadapannya. Dari tatapannya Nila mengerti bahwa Sheryl ingin meminta penjelasannya.

Nila yang mengerti tatapan tersebut segera ia mengajak Sheryl ke halaman belakang sekolah. Sesaat mereka sudah sampai disana hening seketika sebelum akhirnya Sheryl yang memulai pembicaraan.

"Lo benar mau pindah sekolah?" cecar Sheryl.

"Iya gue mau pindah sekolah—"ada jeda sesaat. "Maaf," Lanjut Nila.

Sheryl menaikan satu alisnya. "Kenapa lo harus minta maaf sedangkan lo enggak salah apa-apa?" tanya Sheryl bingung.

"Gue enggak tau gimana caranya gue jelasin pindahan sekolah ini ke lo, Sher. Tapi lo malah tau duluan," kata Nila menundukan kepala merasa bersalah.

Sheryl tersenyum sangat tulus. "Sahabat enggak seharusnya merasa bersalah saat dia berada di pilihan tersulit, La. Dan sahabat yang baik akan menerima apapun itu pilihan sahabatnya jika itu keputusan terbaik."

"Thanks, Sher. Lo memang sahabat terbaik gue," Kata Nila membalas senyuman Sheryl.

"Iya dan lo harus janji ke gue untuk terbuka dan jangan lupain gue kalau lo punya teman baru," kata Sheryl dengan wajah yang di buat serius.

"Iya gak mungkin lah gue lupain lo, Sher. Lo kan sahabat is the best gue," ucap Nila terkekeh geli mendengar ucapannya.

"Oke gue pegang janji lo." lalu Sheryl membawa Nila ke dalam pelukan. Pasti nanti Sheryl akan sangat merindukan sahabatnya itu.

Setidaknya Sheryl senang melihat sahabatnya memilih keputusan terbaik meskipun ia juga merasa kehilangan sahabatnya yang selama ini telah menemaninya selama 4 tahun. Dan gadis itu juga berdoa semoga Nila memang benar-benar memilih keputusan yang terbaik. Karena Sheryl sangat mengetahui perasaan Nila saat dikhianati oleh laki-laki yang sangat Nila sayangi. Mengingat itu Sheryl jadi kesal sendiri dan Sheryl berpikir kemungkinan Nila pindah sekolah untuk melupakan rasa sakit hatinya.

***

DI LAIN tempat dengan waktu bersamaan. Laki-laki dengan mata cokelat terang menurunkan gen mamahnya itu sedang memainkan game di ponselnya. Dan beberapa menit kemudian mamanya memasuki kamarnya. Laki-laki itu lantas melemparkan senyum ke arah wanita yang paling ia cintai di bumi ini.

"Devan.." panggil mama nya lembut lalu duduk di samping anak tunggalnya itu.

Devan mengalihkan tatapannya dari game di ponsel. "Iya mah, ada apa?" tanyanya.

"Mama ingin berbicara sesuatu sama kamu, emm— besok anak om Nandan mau pindah sekolah sekaligus pindah rumah disini," ucapnya seraya mengelus pelan rambut putra tunggalnya itu.

Devan menegang mendengarnya ternyata Nila mau pindah sekolah sekaligus pindah ke rumahnya. Sebenarnya ia sudah sangat lama tidak bertemu dengan Nila lagi, bahkan wajahnya sekalipun Devan lupa. Memang terakhir Devan bertemu pada saat mereka masih berumur 6 tahun.

"Van, kamu tidak apa-apa kan kalau nanti Nila tinggal disini?" tanya Bia menatap lurus ke arah anaknya.

Devan menganggukan kepala. "Iya mah enggak apa-apa kok," jawab Devan tersenyum kearah mama nya.

"Oke, mama harap kamu bisa jagain Nila apabila mama dan papa sedang ada urusan," pinta Bia notaben sebagai mama nya Devan.

Kedua orangtua Devan memang sama sibuknya dengan kedua orangtua Nila. Tetapi Nandan pikir Nila akan lebih aman apabila Devan menjaganya. Karena Nandan teringat kejadian saat Nila dan Devan yang sedang berumur 6 tahun. Devan sangat menjaga Nila bahkan melebihi menjaga dirinya sendiri. Tetapi Nandan lupa bahwa itu saat mereka berumur 6 tahun dan seiring berjalannya waktu ingatan akan menghilang begitu saja apalagi mereka berdua sudah lama tidak bertemu lagi.


***

Chapter ini aku ubah jadi jangan heran kalau beda😊

Bagaimana menurut kalian(?)

Jangan lupa voment guys😊

Follow:

@Firdaputriadn_


Salam Manis

Firda Putri Andini.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang