- Happy Reading -
***
AWAN gelap milik malam hari sudah terganti dengan cerahnya cahaya matahari di pagi hari. Pukul 06:20 wib, Nila sudah siap untuk memulai lembaran baru di sekolah barunya yaitu di SMA Pancasila. Sebelum gadis itu berangkat ke sekolah ia melakukan kebiasaanya terlebih dahulu. Kebiasaan aneh menghadap cermin dan menggumamkan harapannya.
"Nila lo pasti bisa! Ingat cita-cita lo untuk lulus dengan nilai terbaik dan buat bangga orangtua. Gue yakin gue pasti bisaa!!" Nila bergumam untuk mengkobarkan semangatnya di pagi hari ini.
Setelah dikiranya sudah siap. Nila berjalan keluar kamar dan menuruni undakan tangga untuk berpamitan terlebih dahulu kepada om dan tantenya.
"Nila.. Ayo sini nak ikut sarapan," ajak tante Bia ramah.
Nila tersenyum sopan. "Iya, tan."
Dengan langkah slow motion Nila menuju tempat duduk di meja makan tersebut persis di samping Devan. Namun baru saja Nila menarik kursi untuk ia tempati, Devan sudah bangkit untuk berpamitan.
"Pah, mah Devan berangkat ya keburu telat," pamit Devan dan jelas membuat Nila mengurungkan niatnya untuk sarapan di pagi hari.
"Bukannya sekarang masih pagi ya. Yakali bisa telat," rutuk Nila dalam hati.
"Tunggu Nila sarapan dulu, Van. Kasian dia belum sarapan," sahut om Zaky.
"Gausah om makasih. Nila bisa sarapan di sekolah aja," ucap Nila yang pasti tidak mungkin gadis itu sarapan di sekolah barunya. Ia hanya menengahi saja. Tidak mau terus-terus merepotkan mereka.
"Tante bawain bekal aja ya, mau kan?" tawar tante Bia namun Nila menolaknya lagi.
"Gausah, tan. Makasih."
"Yasudah hati-hati ya."
"Siap. Assalamualaikum," setelah berpamitan dan mengucapkan salam, Devan berjalan keluar rumah menghampiri motor sport milik lelaki itu dengan Nila yang berjalan mengikutinya.
"Lo ngapain ikutin gue?" tanya Devan.
Nila mengerutkan dahinya. "Loh, kan kita mau berangkat sekolah bareng," jawab gadis itu bingung.
"Siapa yang bilang mau berangkat sekolah bareng?"
"Tante Bia sama om Zaky."
"Nah berarti bukan gue yang bilang kan?!" sahut Devan terdengar menyebalkan.
"Tapi kemarin lo diam aja, enggak bilang apa-apa!" ucap Nila mulai kesal.
"Gue diam bukan berarti gue mau!"
Nila menghela napas kesal. "Trus gue berangkat sekolahnya gimana?"
"Bisa naik motor?"
"Bisa."
"Yaudah sekarang lo ke garasi ambil motor nyokap. Dan ini kuncinya," Devan memberikan kunci motor itu kepada Nila.
"Lo emang kenapa sih enggak mau berangkat sekolah bareng gue?!" tanya Nila dengan nada meninggi membuat satpam yang menjaga rumah Devan memperhatikan perdebatan antar sepupu yang baru saja bertemu kembali.
"Gue mau jemput cewek gue. Udah gausah bawel! Gue duluan." setelah mengucapkan kalimat itu, Devan segera menjalankan motornya keluar pagar rumah dan setelah itu dengan kecepatan tinggi lelaki itu meninggalkan rumah.
"Issshh! Ntuh cowok gak punya perasaan kali ya, gue kan anak baru belum tau sekolahnya dimana! Ahh, dasar cowok enggak punya hati!!" ucap Nila kesal dengan kaki yang menghentak-hentak ke tanah.
***
SELAMA di perjalanan menuju sekolah barunya. Nila bertanya alamat sekolah barunya kepada siapapun yang berada di sekitarnya. Namun setelah mengetahui informasi tentang alamat sekolahnya betapa sialnya ia karena ban motornya tiba-tiba saja kempes. Membuat Nila harus mendorong motor itu sampai tambal ban yang kira-kira jaraknya 200 meter. Membayangkannya saja sudah membuatnya lelah.
"Bang, tambah angin dong."
"Oke, neng."
Setelah 15 menit lamanya motor itu sudah siap dibawa ke sekolah. Setelah memberikan beberapa lembar uang lima ribuan dan mengucapkan terima kasih. Nila mulai menjalankan motor itu menuju sekolah SMA Pancasila.
Terlihat gerbang sekolah dengan papan bertuliskan SMA Pancasila menyapa pandangannya. Nila menghela napas lega karena sudah menemukan sekolah barunya itu.
Namun tidak lama gerbang sekolah itu sudah ingin ditutup."Loh, loh gerbangnya udah mau ditutup. Gue harus bisa menerobos masuk ke sekolah itu," gumam Nila dan langsung menancapkan gas untuk menerobos gerbang itu. Namun terlihat dari kejauhan seorang lelaki dengan motor sport berwarna merah yang dikendarainya juga dengan kecepatan tinggi. Dan otomatis meskipun mereka sudah berhasjl masuk kedalam sekolah namun tidak disangka Nila malah menabrak motor sport lelaki itu yang berada di depannya. Untung saja tidak terlalu parah.
Lelaki itu segera turun dari motornya dan di detik berikutnya ia membuka helm hitam yang di kenakannya. Ter-ekspos sudah wajah tampan milik lelaki itu. Seketika Nila terhipnotis dengan mata hitam legam berbulu mata lentik, alis tebal, bibir pink tipis alami, dan rahang tegas menambah kesan tampannya bertambah.
"Udah puas ngeliat wajah ganteng gue?" ucap lelaki itu percaya diri.
Nila melongo tidak percaya, ia pikir lelaki itu ingin memarahinya karena Nila sudah menabrak motornya. "Kepedean lo!"
"Idih enggak ngaku! Orang lo sampai ileran gitu."
Refleks Nila langsung menyentuh pinggir mulutnya untuk memastikan ucapan lelaki itu. "Enggak ada apa-apa."
Lelaki itu tertawa puas sampai terpingkal-pingkal. "Anjir! Lo percaya aje sama gue. Kocak banget komuk lo!"
Nila yang sangat malu refleks menendang tulang kering lelaki yang baru di temuinya disekolah ini. "Rasain tuh!" sekarang giliran Nila yang tertawa puas mendengar lelaki itu mengaduh kesakitan.
Nila yang sudah tersadar karena sudah menjadi pusat perhatian ia segera meninggalkan tempat itu dan tidak lupa memarkirkan motornya terlebih dahulu.
"GILA LO! DASAR CEWEK BAR-BAR!" umpat lelaki itu melihat Nila yang pergi begitu saja dan tidak bertanggung jawab karena telah membuat kakinya kesakitan.
"BODO AMAT, DASAR COWOK SOK GANTENG!" balas Nila berteriak. "Eh-emang ganteng sih," gumamnya lalu tertawa geli.
****
Hai(?)
Aku baru update lagi..
Jangan lupa vote dan coment ya..Ps= apa susahnya tinggal tekan bintang dibawah😂😂👇wkwk
Follow:
@firdaputriadn_
Salam Manis❤
Firda Putri Andini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nial dan Nila
Teen FictionKamu adalah pelangi yang selalu berusaha membuatku tersenyum disaat hujanku mulai menghilang.. °°° ELNial Prayoga cowok tukang buat onar, tapi dia anak dari pemilik sekolah. Dan dia juga murid paling di segani di SMA Pancasila. Sifatnya? Badboy, coo...