24 - Ketidakpekaan

3.7K 168 58
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf ke kalian karna cerita ini udah lama banget aku gantung.

Bagi kalian yang lupa sama jalan ceritanya, baca ulang lagi aja ya, hehehe😂

-
-
-

Happy reading🌻


***

Hujan yang semula hanya rintikan kecil berubah kian deras. Untung saja mereka sudah sampai di rumah Nial, jadi tidak perlu terjebak hujan lagi. Cuaca hari ini memang sedang tidak kondusif. Mungkin sedang pergantian cuaca.

Di depan pintu rumah Nial, tak henti-hentinya Nila merasa takjub. Rumah mewah ini ternyata lebih besar dari rumahnya yang berada di Bandung.

Nial yang merasa geram mulai angkat suara. "Gausah norak, ayo cepat masuk!" Nial menarik paksa lengan Nila sampai mereka berada di ruang tengah rumahnya.

"Lo duduk disini! Gue mau ke kamar dulu ngambil kunci mobil," perintah Nial sebelum dirinya menaiki tangga menuju kamar.

Nila menganggukkan kepala namun bukannya menuruti perintah Nial untuk duduk, gadis itu malah berjalan mendekati dinding yang banyak terpanjang bingkai foto dan lukisan. Ada satu bingkai foto yang sangat menarik perhatiannya, di foto itu terlihat anak lelaki sekisar umur 12 tahun memeluk sangat erat perempuan muda cantik disampingnya. Ah, anak lelaki itu terlihat sangat manja!

Setelah Nila perhatikan lagi sepertinya anak lelaki itu adalah... Nial! Iya, mungkin tebakan Nila ini benar. Namun perempuan muda cantik itu siapa?

"Itu Tante Rita, nyokapnya Nial."

Nila refleks menolehkan kepala ke samping. Ia tidak menyangka ternyata sedari tadi disampingnya ada lelaki ini. Dari bentuk wajahnya tidak terlalu berbeda jauh dengan Nial. Apa mungkin lelaki ini adalah saudaranya Nial?

Lelaki itu menyodorkan tangan kanannya kepada Nila. "Kenalin gue Adran. Kembarannya Shawn Mendes," ucapnya pede sambil menyapu rambutnya ke belakang.

Nila tersenyum sopan lalu menerima uluran tangan itu. "Nama gue, Nila."

Adran menepuk-nepuk tangan sambil tersenyum bangga membuat Nila bingung. Dengan gaya tengilnya ia mulai melancarkan aksinya untuk mempermalukan sepupunya.

Adran berdecak kagum. "Gue ga nyangka, ternyata gadis secantik ini yang pertama kali di bawa sama sepupu gue ke rumah. Iya, selain Gea juga sih."

Plak!

"Aduh sakit njir!" Adran mengaduh kesakitan setelah geplakan Nial mendarat sempurna di kepalanya.

Nial menghela napas kesal. Memang sangat menyebalkan mempunyai sepupu yang julitnya minta ampun.
"Mampus!"

Adran memasang muka sok sedih. "Sungguh teganya, bagaimana jika isi kepala ini otaknya miring, hah?!"  alaynya mulai kambuh.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang