10 - Memori

4.3K 266 3
                                    

A/n: Maaf kalau ada typo, Ini gak dibaca lagi.

-Nial dan Nila

***

CUACA pagi hari ini di Jakarta terlihat mendung, Hujan sebentar lagi pasti akan turun. Nila yang sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah menghela napas panjang dan berdecak kesal saat melihat arloji mungil ditangannya. Cukup kemarin dia hampir terlambat, dan sekarang kejadian itu pasti terulang. Nila sudah yakin itu.

Nila menyetop bajaj yang lewat di depan rumahnya. Dengan segera dia menaiki bajaj tersebut.

"Bang ke sekolah SMA Pancasila ya."

Supir bajaj hanya menganggukan kepala.

Bajaj yang Nila tumpangi terjebak macet. Nila terus-menerus melihat arloji ditangannya. Sesekali berdecak kesal. Cuaca yang sebelumnya mendung dan sekarang berubah menjadi hujan deras.

Terlihat gerbang SMA Pancasila sedikit lagi hampir tertutup. Nila yang melihat itu segara keluar dari bajaj dan hendak berlari.

"Neng ongkosnya mana?" Tanya supir bajaj tersebut.

Nila menepuk jidat. "Maaf bang saya lupa. Ini ongkosnya," ucapnya lalu memberikan dua lembar uang sepuluhan.

Supir bajaj hanya menggelengkan kepala.

Baju seragam yang Nila kenakan basah. Nila jadi teringat bahwa sebelum berangkat sekolah dia menaruh payung ditasnya. Dengan segera dia membuka tasnya dan mencari payung tersebut. Setelah payung itu ditemukan, Nila segera memakainya.

Setelah berhasil melewati gerbang utama sekolah Sma Pancasila. Mata nya menangkap objek laki-laki yang pernah menolongnya kemarin. Dia terlihat basah kuyup, Pasti dia tidak membawa payung.

Nila berjalan menuju laki-laki tersebut dan memayungi nya. Nila berpikir dia ingin membalas budi karena kemarin laki-laki tersebut sudah menolongnya.

"Lo ngapain mayungin gue?" Tanya laki-laki itu heran.

"Sebagai balas budi gue. Karena lo kemarin sudah nolongin gue," Jawab Nila sedikit berteriak supaya terdengar, karena hujan semakin deras.

"Gak perlu!" Jawab laki-laki itu sinis.

Nila tersenyum. "Apa gue salah untuk membalas budi ke lo? Gue pikir itu bukan perilaku buruk! Seperti kelakuan lo yang menghalangi gue untuk berbuat baik," Nada bicara Nila sedikit menyindir.

SKAKMAT! Nial meneguk ludah susah payah. Baru kali ini dia kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan yang dia katakan.

"Lo yakin sampai kelas tetap gue payungin kayak gini?" Ujar Nila.

Nial langsung tersadar dan melihat sekeliling, Ternyata mereka sudah sampai ke koridor sekolah. Banyak pasang mata yang melihat mereka berdua. Ada yang takjub dengan kelakuan Nila dan ada juga sebagian kaum hawa yang iri kepada Nila, Karena Nila bisa menaklukan hati seorang mostwanted berhati dingin seperti Nial.

"Gue ke kelas duluan," Ucap Nial berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya.

Nila hanya menganggukan kepala. Dan melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang berada di lantai dua,
karena sebentar lagi bel pelajaran pertama segera berbunyi.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang