21 - Sejenis bahagia

3.7K 206 5
                                    

"AKHIRNYA gue ke tempat ini lagi," ucap Rissa sembari jingkrak kegirangan layaknya anak kecil di pintu masuk wahana dufan dan yang pasti semua orang disana menatapnya aneh. Lebaynya mulai kambuh lagi.

Gea memutar bola mata malas. "Lebay lo!" ucap Gea menatap Rissa jengah.

Rissa menyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapih. "Yeh sirik aje lo!" cibirnya.

"Udah lah kita disini mau senang-senang bukan mau berantem!"kata Naya memang ia yang selalu menjadi penengah di persahabatan mereka. Karna sifatnya yang dewasa namun akan berubah keanak-anakan saat keinginannya memakan banyak gulali yang ia beli di pasar malam dilarang oleh mamanya. Memang Naya juga memiliki sifat yang manja terhadap kedua orangtuanya.

"Iya iya deh," ucap Rissa dan Gea.

Setelah tadi mengantre cukup lama. Karena memang sekarang sudah mendekati waktu liburan membuat mereka harus rela mengantre demi menaiki wahana seru di dufan.

"Naik Hysteria yok!" ajak Gea dan yang pasti Nila tidak setuju.

"Mending kita istana boneka dulu aja. Anggap aja pemanasan," usul Nila yang ia akui dirinya penakut. Tidak seperti Gea yang memang suka yang berbau adrenalin.

"Ogah gue! Buat anak kecil itu mah!" Gea melengos menurutnya sangat membosankan jika harus melihat boneka dengan menaiki perahu. Ia memang suka wahana yang memicu kerja jantungnya.

"Ih itu bukan buat anak kecil aja tau! Disana juga ada keragaman budaya nusantaranya," ucap Nila terdengar seperti membujuk.

"Bodo ah pokoknya gue mau naik Hysteria dulu!" ucap Gea dan yang membuat Nila kesal adalah Rissa dan Naya malah menganggukan kepala antusias sepertinya mereka juga suka yang berbau adrenalin. Akhirnya Nila pasrah dan mengikuti mereka dengan langkah tidak bersemangat.

Setelah menaiki wahana Hysteria kita seolah di lemparkan keatas dalam waktu satu seper sekian detik. Setelah itu dilemparkan kebawah dengan sangat cepat. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Membuat mereka tidak henti-hentinya berteriak histeris apalagi Nila yang sudah pucat pasi. Namun Nila akui wahana ini juga akan memperlihatkan kita  dengan pemandangan indah dari ketinggian 60 meter.

"ANJIR INI TINGGI BANGET RISS!!"

"IYA GUE NGERI BANGET INI!!"

"AHHHH GILA SERU BANGET!!"

"KOK GUE NGERASA TERBANG YA!?"

"LEBAY SAMPIS LO!"

"NILA LO ENGGAK PINGSAN KAN?"

"MUKA LO PUCET BANGET NJAYY!"

"GU-GUE PUYENG."

"YAUDAH AYO KITA ISTANA BONEKA AJA YAAA."

"EH PEA! KITA MASIH DIATAS LO MAU LONCAT DARI SINI? HAH?!"

"OH IYA LUPA! HEHE."

Begitulah cara mereka menikmati wahana itu meskipun pada akhirnya Nila harus merasakan jantungnya seperti tertinggal karena dari dulu ia sangat tidak menyukai wahana yang menguji adrenalinnya.

Setelah menaiki wahana Hysteria itu. Mereka terus menjajal wahana yang memang terkenal menguji adrenalin mulai dari Halilintar, Tornado, Kora-kora, Pontang-pantang, dan terakhir yang Nila tunggu-tunggu ialah ke istana boneka.

Di istana boneka mereka terus mengabadikan pemandangan penuh keragaman budaya di sana. Namun hanya Nila, Naya, dan Rissa saja yang bersemangat mengabadikan momen itu sedangkan Gea ia hanya menekukan wajahnya bosan. Menurut Gea di istana boneka akan seru jika boneka disana akan hidup dan berjalan mengikutinya seperti di film-film yang ia tonton kemarin malam. Pasti akan menjadi suasana yang berbeda.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang