3 - Awal cerita baru

5.6K 297 1
                                    

-Happy reading-

Untuk melakukan sesuatu hal yang baru, kamu harus bisa melepaskan sesuatu yang telah berlalu

-Nial dan Nila

*****


DI KEHIDUPAN memang selalu di iringi dengan semua rentetan takdir dalam hidup kita. Tidak ada yang bisa menolak maupun menyangkal takdir yang sudah di atur sebelum kita lahir di dunia ini. Begitupun juga Nila ia harus bisa menerima pindahan sekolahnya dengan ikhlas dan menjalaninya dengan sepenuh hati.

Nila sangat berharap setelah bersekolah di jakarta semua masalah yang ia hadapi bisa secepatnya terlupakan. Di gantikan dengan rasa bahagia setiap harinya. Katakan ia pengecut telah kabur begitu saja dari masalah. Nila tidak perduli karena siapapun pasti akan berpikir seperti itu.

Pagi-pagi sekali suara ketukan diluar nakas pintu kamar Nila terdengar. Suara lembut penuh kasih sayang milik bundanya menyapa telinga Nila membuatnya bangun untuk memulai hari.

Bunda sudah masuk ke dalam kamar Nila. Tersenyum begitu saja melihat anaknya sudah bangun. Senyum bunda menular begitu saja kepada Nila. Namun ada raut kesedihan yang gadis itu tutupi. Mungkin jika nanti Nila pindah ke rumah tante Bia. Nila tidak bisa mendengarkan suara lembut bundanya dan senyuman menular itu di pagi hari.

"Sayang kamu sudah shalat subuh?" tanya bunda.

Nila mengangguk. "Udah bunda," jawab gadis itu.

Bunda tersenyum seraya mengelus pelan rambut anak perempuannya itu. "Yasudah sekarang kamu siap-siap untuk ke Jakarta. Bunda sama papa tunggu di bawah."

Nila hormat layaknya sedang upacara. "Siap bunda," ucap Nila menyengir memperlihatkan deretan gigi rapihnya.

Nila yang melihat bunda sudah berjalan menjauh dari kamarnya. Gadis itu segera turun dari tempat tidurnya untuk mempersiapkan diri  ke Jakarta. Setelah sekiranya sudah siap, Nila berjalan ke arah cermin yang berada di kamarnya terlebih dahulu. Terlihat wajah seorang gadis dengan mata bulat, berhidung mancung, dengan bibir mungil di cermin tersebut.

Nila tersenyum lebar. "Semoga ini yang terbaik," gumamnya meyakinkan dirinya.

Setelah Nila sudah benar-benar siap untuk ke Jakarta. Gadis itu berjalan menuruni undakan tangga seraya tangan kanan yang memegang koper yang berisi keperluannya di Jakarta. Terlihat wajah penuh kasih sayang yang menyambut Nila setelah berada di ruang keluarga.

"Kamu sudah siap?" tanya papanya.

Nila mengangguk memantapkan dirinya. "Sudah," jawabnya mantap.

"Yaudah ayo kita berangkat," ajak bundanya.

***

SETELAH melalui waktu beberapa jam, akhirnya Nila sudah sampai di Jakarta. Terlihat tanaman indah memenuhi halaman rumah tante Bia.

Nila melihat tante Bia berjalan keluar rumahnya untuk menyambut kedatangan mereka. Bunda berjalan terlebih dahulu dengan Nila dan papanya berjalan mengikutinya.

Nial dan NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang