Suara menggema diruang aula kerajaan Embun.
Tanpa rasa takut,pemuda berhanbok coklat kehitaman itu terus menyahut apa yang raja ucapkan padanya.Hyunsik!
Ya!!!!!Dia Hyunsik.
Sedangkan pangeran lain berdiri dibelakangnya dengan jarak 2 meter.
Tidak ada yang berani menatap kemurkaan sang raja saat ini."Apa kau mau mulutmu itu tak lagi ada?" tekan Raja Xioa dengan geram.
Pasalnya,sejak tadi putranya itu selalu melawan apa yang diucapkannya."Potong saja!saya tidak keberatan" tantang Hyunsik membuat Sungjae yang tepat di belakangnya melotot kaget.
"Tidak ada gunanya mulut saya,karena setiap saya mengemukakan pendapat selalu dihiraukan" jelas Hyunsik berlutut dan menarik belati dari sarung yang digantung dipinggangnya."Apa yang kau lakukan?!" triak Xioa membuat Hyunsik menghentikan aksinya dan menatap Raja.
"Saya?oh hamba tau....anda ingin memotongnya sendiri,Yang Mulia?" tawar Hyunsik menyerahkan belati yang tidak diterima oleh Xioa.
"Berhenti bermain-main!kau mau ku jatuhi hukuman?" ancam Xioa menjauhkan belati dari tangan Hyunsik.
"Apa hukumannya?"tanya Hyunsik seolah tak takut dengan wajah marah Raja sekaligus ayahnya itu.
"pancung atau mati?" lanjut Hyunsik yang belum juga mendapat jawaban dari Raja.Xioa diam tak bisa berkata lagi untuk menghentikkan kegilaan putranya.
Ya gila!
Bagaimana tidak gila?
Hyunsik tadi ikut berperang dengan pemberontak di pasar kerajaan Embun yang letaknya cukup jauh dari kerajaan."Junna! Obati lukanya!" perintah Xioa pada Ibu Minhyuk yang menjadi ketua dari para tabib.
"Baik Yang Mulia." Junna membawa Hyunsik ke kediamannya untuk diobati luka tusuk yang bersarang ditubuh Hyunsik.
Dia mendapat luka tusuk kira-kira 5 di bagian perut dan punggung.
Luka yang cukup untuk mengirim diri kepada Dewa.
Lehernya juga tergores pedang cukup dalam membuatnya benar-benar tampak seperti orang yang memiliki banyak nyawa."Hyunsik...." panggil Junna lirih disela mengobati luka dileher Hyunsik.
"Kau seharusnya tau, banyak yang mengkhawatirkanmu....sebagai orang tua, aku tau bagaimana perasaan Ayahmu"Hyunsik menghentikkan gerakan tangan Junna dilehernya."Lalu aku harus apa?semua tidak ada yang tau apa keinginanku!" ucap Hyunsik menjauh dari Junna agar lukanya tak lagi diobati oleh Junna.
Sebenarnya Junna hanya mengoleskan ramuan herbal diluka Hyunsik, karena tadi Hyunsik sendiri yang mengelap darahnya.
"Apa yang kau inginkan,Hyunsik?" lembut Junna.
Junna berharap Hyunsik tak lagi membuat orang-orang khawatir dengan tingkahnya."Apa yang akan kau lakukan kalau tau apa mauku?" balas Hyunsik membuat Junna baru sadar 1000% kalau Hyunsik memang keras kepala.
"Aku akan mengambulkannya.Asal itu tidak diluar kemampuanku" ucap Junna dengan yakin.
Junna ragu untuk mengatakannya, tapi dia harus mengatakannya dengan yakin agar Hyunsik mengatakan kemauannya."Aku ingin adikku,Sungjae di perhatikan oleh seorang yang menjadi Ibu. Setidaknya membuat dia nyaman untuk menangis saat sesuatu terjadi padanya.Juga aku ingin hidup di desa tanpa menyebutkan siapa aku" jelas Hyunsik panjang×lebar.
"Aku akan mencoba menjadi sandaran untuk Sungjae dan kau.Tapi untuk mengatakan kau boleh keluar ke desa,itu bukan hakku" jawab Junna membuat Hyunsik sedikit tidak lega.
Hyunsik selalu mencoba menimbun keinginannya karena dia tau tidak akan ada yang mau membantunya.
Tapi dia bahagia,akan ada seseorang yang berusaha membuat Sungjae nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BTOB) Tak lekang oleh Waktu
Historical FictionSebuah kisah tentang persaudaraan. Kisah dimana dalam keadaan apapun kita akan tetap memperjuangkan rasa persaudaraan kita. Tak perduli itu menguras energi diri sendiri,hanya untuk seorang yang dianggap saudara. Keegoisan. Tak akan sanggup mengalahk...