Telah tiada 2

124 19 4
                                    


Hyunsik menggandeng tangan Yan-an menuju kantor polisi.
Dia harus menyelesaikan masalah yang rupanya masih belum selesai.

"Itu apa,paman?"tiba-tiba tersodor sebuah katana tepat dileher kecil Yan-an.

Yan-an tau benda tajam dilehernya berbahaya, jadi dia menahan nafasnya.

"Biarkan saja dia memanggilku paman" ucap Hyunsik membuat pengawalnya yang tadi menyodorkan katana pada Yan-an menarik katananya dan kembali menyarungkannya.

"Itu,jam.Penunjuk waktu" ucap Hyunsik memberi pengertian dari pertanyaan Yan-an yang mengarah pada benda bulat yang diletakan ditanah,kemudian ada besi yang tertancap ditengah-tengahnya.

Yan-an mengangguk tanda mengerti.
Yan-an belum masuk sekolah, jadi maklumlah pemahamannya masih belum luas.
Tapi menurut pendapat Hyunsik, Yan-an anak yang cukup cerdas diusianya.
Bahkan dia sudah tau tentang kebenran dan makna kalimat yang seharusnya diusia yang cukup dewasa untuk memahaminya.

"Kita akan kemana,paman?"tanya Yan-an tak tau Hyunsik akan membawanya kemana.

"Kekantor polisi Istana.Kau harus cerita tentang yang kau lihat" jawab Hyunsik penuh kesabaran.

Biasanya Hyunsik akan malas menjawab pertanyaannya beruntun,tapi entah kenapa begitu mudah mengeluarkan suaranya untuk Yan-an.

.

Sesampainya di kantor polisi.
Para polisi penjaga memberi hormat dan melihat Hyunsik yang datang dengan bocah.
Siapa bocah itu?
Beruntung sekali bisa digandeng Hyunsik.

"Saya membawa saksi dari masalah racun dimakanan Raja" ucap Hyunsik membuka pembicaraan dengan kepala polisi.

Beberapa polisi segera ikut bergabung karena yang mereka tau masalah itu sudah selesai dan sudah ada pelakunya.
Lalu apa lagi yang akan dibahas?

"Ceritakanlah dengan hati-hati...." ucap Hyunsik pada Yan-an yang sedari tadi memainkan pakaian Hyunsik.

Yan-an mendongak menatap kepala polisi yang berwajah sangar.
Yan-an menatap Hyunsik.
"Tak perlu takut" ucap Hyunsik membuat Yan-an mengangguk.

"Yan-an melihat pangeran Peniel dan putri Alesia yang sedang berbicara dengan pelayan Istana.
Pangeran Peniel dan putri Alesia menyuruh pelayan Istana memberikan bubuk racun untuk makanan Raja" cerita Yan-an yang tampak seperti seorang yang malas berbicara.

Dia berbicara dengan terus memilin-milin unjung pakaian Hyunsik.

Para polisi saling pandang.
"Apa yang dikatakan bocah ini benar,Yang mulai?" tanya kepala polisi tak percaya.

"Iya.Dan dia hampir terbunuh.Tapi malah kakaknya yang terbunuh" ucap Hyunsik meyakinkan para polisi.

"Siapa?"

"Chun" jawab Hyunsik dan mengamit kedua tangan Yan-an yang asik memainkan pakaiannya.
Diletakannya kedua tangan Yan-an diatas meja agar diam.

Yan-an menatap Hyunsik yang tak menatapnya.
"Paman..." semua mengernyit mendengar panggilan yang keluar dari mulut bocah kecil untuk Hyunsik.
Buktinya Hyunsik nenunduk untuk menatap bocah itu.

"Yan-an rindu Chun hyung" sebulir air menetes dari mata besar Yan-an.

"Tak apa....itu wajar" ucap Hyunsik mengelusi punggung kecil nan rapuh meilik Yan-an.

Semua terhenyak melihat interaksi antar kedua orang berbeda generasi tersebut.

"Lanjytkan ceritamu!" ucap Hyunsik mengintrupsi Yan-an.

Yan-an menatap para polisi berganitan.
"Tadi Yan-an pulang,tapi digedung pembuat garam mandi, ada pangeran Peniel dan putri Alesia. Yan-an mendengar apa yang mereka bicarakan didalam" ucap Yan-an kini berwajah serius.

"Kemudian mereka mengatakan akan menyingkirkan Yan-an. Yan-an pergi untuk mencari bantuan dan bertemu Chun hyung yang berjalan cepat" Yan-an tampak berhenti untuk mengambil nafas.

"Kemudian Yan-an berlari sekuat tenaga menghampiri Chun hyung" lanjut Yan-an kembali terhenti untuk mengambil nafas.
Kali ini lebih lama.
"Itu!!!" semua polisi terjingkat kaget mendengar triakan nyaring khas anak kecil.

Beberapa bahkan ada yang menutup kedua telinga saking kuatnya frekuensi suara Yan-an.

"Suara pangeran Peniel.Yan-an berlari makin cepet" lanjut Yan-an membuat terkekeh.

Rupanya triakannya juga ada dalam naskah.
Yan-an mentap sebentar para polisi yang tertawa.
Kemudian beralih pada Hyunsik yang juga ikut tertawa lirih.

"Kenapa?" tanya Yan-an dengan wajah lucunya.

Yan-an menggeleng.
"Lanjutkan saja Yan-an..." Yan-an mengangguk.

"Chun hyung!!!!" semua melotot kaget dan ketakutan saat Yan-an bertriak lagi.

Sialnya kini tiakannya memanggil orang yang sudah mati.

"Yan-an memanggil Chun hyung, tapi saat Chun hyung menoleh,dadanya berdarah.Yan-an takut dan lari mencari paman Hyunsik" lagi-lagi Yan-an menatap bingung para polisi yang tertawa.

"Paman...ada apa?" tanya Yan-an meminta penjelasan atas tawa para polisi.

"Kau pencerita yang baik Yan-an...." ucap salah seorang polisi membuat Yan-an tersenyum bangga.

"Sampai-sampai membuat kami terkejut" timpal yang lain membuat Yan-an tertawa.

"Benarkah?" tanya Yan-an meminta kepastian.

Semua mengangguk membuat Yan-an kian bangga akan keahliannya bercerita.

Hyunsik tersenyum saja saat melihat Yan-an berwajah bangga.

"Dan...saya harap kalian segera bertindak.Karena nyawa bocah ini taruhannya" ucap Hyunsik membuat tawa para polisi terhenti dan berganti serius.

Kepala polisi mengangguk.
"Kami akan memprosesnya segera" ucap kepala polisi menyanggupi.
Dia kemudian menatap Yan-an.
"Kau bocah yang cerdas...."lagi-lagi Yan-an dibuat melayang karena ucapan memuji para polisi.

Hyunsik ingat bagaimana kejamnya dia pada keluarga Junna yang rupanya tak bersalah.

Rasanya menyesal.
Tapi dia bisa apa?
Orang yang dikecewakannya telah tiada.
Dia hanya akan memperbaiki kesalahannya dengan mengumumkan kebenaran.

Kemudian memohon ampun pada keluarga Junna.
Meski Hyunsik tau dia tak akan termaafkan.

.
.
.

2 part sekalian karena ini memang harusnya jadi 1 part.

Terimakasih untuk yang sudah baca....

(BTOB) Tak lekang oleh WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang