Sembilan

5.4K 398 10
                                    

Happy reading

" Makasih ya Pak, kembaliannya ambil aja saya lagi seneng soalnya." Sopir taksi yang mengantarkan penumpangnya itu lalu mengucapkan terimakasih. Sedangkan sang penumpang dengan tergesa-gesa keluar dari mobil.

" Huaa akhirnya nyampe rumah. Aah Nina beneran gak sabar buat ketemu Juno. "  Nina dengan semangatnya langsung membuka pintu utama rumahnya. Namun tanpa disengaja ternyata seseorang di dalam dengan kekuatan penuh menarik pintu itu.

Wungg

Hap
"Lo gak papa ? "
Tanya pemuda yang kini tengah menahan tubuh Nina agar tidak jatuh.

" Apa Nina sekarang ada di surga " untuk beberapa kali Nina mengerjapkan kedua matanya.

Brakk

" Aw " Gadis itu terjatuh kelantai, ralat dijatuhkan kelantai oleh pemuda yang menahan tubuhnya tadi.

" Salah sendiri ditanya malah ngelantur. Kedip-kedip kaya orang sakit mata lagi " pemuda itu lalu berlalu meninggalkan gadis yang masih saja terduduk diatas lantai.

" Junooo !! Jahat banget si sama Nina " Juno tetap berjalan menjauh seperti tak mempedulikan Nina yang meneriaki namanya.

-------

" Jadi itu beneran? " Gadis itu mengangkat kedua kakinya dari air kolam lalu memilih duduk bersila disamping laki-laki yang telah usai menceritakan kenyataan hidupnya.

" Iya gue di usir. Ini kesempatan terakhir lo. " Juno tersenyum hambar pada gadis yang duduk disampingnya.

" Ha ! Emm maksud Nina, Juno ngomong apaan si ? " Nina menatap lamat Juno yang kini menatap air kolam.

" Gue yakin lo gak sebego tampang konyol lo saat ketawa. Lo masih bisa bedain mana yang baik buat lo dan mana yang gak. " Juno kini mengalihkan padangan ke arah Nina.

" Jauhin cowok buruk dan mengenaskan ini " Juno terkekeh.

Jujur Nina tidak suka cara bicara Juno saat ini. Ia lebih memilih Juno yang terlampau hemat bicara seperti biasanya.

" Dan sayangnya Nina emang bego. Ini kesempatan terakhirkan. Ok perlu Juno garis besari. Nina si bego akan bertahan untuk Juno si cowok buruk yang mengenaskan ini. " ucap Nina dengan tatapan meyakinkan untuk Juno.

Juno membulatkan matanya.
" Idiot ! "

" Jun ayok kita pacaran ! "
Gila, bego, idiot itu yang bersarang di benak Juno sekarang untuk seorang gadis disampingnya.

Juno mengangkat satu alisnya. " Jangan nembak gue bego "

" Jadi, ok ah iya gaapa. Nina tau agresif banget kan. Emang sifat Nina kaya gitu. Juno pasti nolak kan haha udah ketebak " Nina tertawa miris.

Shut
" Diem ketawa lo jelek."Juno meletakkan telunjuknya pada bibir mungil Nina.

" Gue gak mau lo nembak karna gue yang bakal nembak "

Kedua tangan Juno lalu menangkup wajah Nina. " Jadi pacar gue ya cewek bego "

Nina membulatkan matanya tidak percaya.

" Nin ..."

" Gaperlu jawab. Gue tau lo bakal bilang iya ".

-------

Untuk hari ini Leon lebih memilih meninggalkan kuliahnya. Begitu pula Fajar mereka berdua bolos kuliah. Alasannya tentu saja Juno. Leon yang memang sangat ingin menemui sang adik dan Fajar yang memang ingin mempertemukan keduanya.

" Ngebut dikit Jar ! " perintah Leon pada Fajar.

" Ini udah ngebut. Lagian selow kali adek lo aman sama Nina. " ucap Fajar santai tanpa perlu melihat kearah Leon.

------

" Jun ikut kakak ke Ohio aja. Kita tinggal di rumah Kakek disana. "
Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti kedua insan yang duduk diatas satu sofa panjang.

Juno memejamkan kedua matanya. Ucapan kakaknya terlalu enteng.

" Apa lo lupa, satu-satunya kakek yang masih hidup juga benci sama gue. Ok kalo lo lupa ini gue ingetin "
Leon terdiam mendengar ucapan adiknya. Bodoh bagaimana bisa ia lupa tentang hal itu. Tentang kebencian serupa yang dimiliki oleh ayah dari ibunya itu.

" Pulang sana, mama papa pasti udah nungguin lo dirumah " " gak kaya gue yang selalu ditunggu kepulangannya ke Yang Maha Kuasatambahnya dalam hatinya yang perih.

" Jun gue gak tau kenapa mereka segila itu. Tapi gue pastiin mereka bakal nyesel. Gue bahkan males pulang sekarang" Leon menatap adiknya nanar.

" Oh iya. Lo tinggal di apartemen gue aja. Gue gak pernah pake. Disana gak ada orang sinting yang benci lo" imbuhnya lagi.

Juno mengusap wajahnya lagi ia memejamkan kedua matanya lalu membukanya.
" Jangan bilang mereka gila sinting atau apapun itu. Sumpah gue benci sama orang yang nganggep mereka kaya gitu "

" Kenapa ? Kenapa lo masih aja belain mereka ! " Leon mendengus kesal karena adiknya itu masih saja membela orang-orang yang dengan senang hati menyakitinya.

" Tentu karna mereka berharga buat gue. Cuma anak bodoh kaya lo yang bakal ngatain orangtuanya kaya gitu "

Juno menundukkan kepalanya.
" Apalagi kalo mereka sayang sama lo. Harusnya lo sangat bersyukur sama keadaan itu. " ia menitikan sebulir air matanya lagi sekarang.

" Oh iya apartemen lo itu hadiah dari mama papa pas ultah lo kalo gue gak salah."

Bukan lagi kalo tidak salah tapi sebenarnya Juno memang tau benar itu adalah kado dari orangtuanya saat Leon berumur 19 tahun. Kado mewah  yang sebenarnya ingin Juno dapatkan juga. Ah tidak, tidak perlu semewah itu. Namun kenyataanya jangankan sebuah kado. Sebuah ucapan selamat ulang tahun saja tak pernah ia dapat dari kedua orangtuanya.

"  Gue gak mungkin nempatin. Bisa-bisa kalo mereka tau mereka makin benci sama gue dan mungkin aja mereka bakal nyeret gue ke penjara karna ngambil hak milik orang lain. "
" Ia terkekeh pedih membayangkan hal tersebut. Jika itu terjadi.

" Gue bakal nyari tempat tinggal sendiri nanti, gue bakal kerja buat itu dan buat sekolah gue. " Juno mengusap air matanya lalu kembali menegakkan wajahnya.

" Cepet pulang ! Tenang gue gak benci lo bahkan gue juga bersyukur sangat besyukur punya lo "

" Yah lumayanlah masih ada satu keluarga gue yang mau ngomong sama gue. Btw, ini kalimat terpanjang gue ke lo. Akhirnya ya haha " ucap Juno untuk kesekian kalinya.

Mata Leon memerah, sungguh ia tak mampu melihat begitu menyedihkan kehidupan adiknya.

Dan untuk detik berikutnya ia meneteskan air matanya kemudian memeluk erat sang adik.

" Ok mereka semua waras, dan yang paling gila adalah lo dek. "

Leon terisak dalam pelukan antar saudara itu.

" Gue sayang lo sinting. Jangan anggap lo sendiri. Maafin kakak lo yang gak guna ini ".

Juno menepuk bahu kakaknya dua kali lalu melepaskan pelukanya .

" Hmm. Cukup jangan lama-lama nanti gue disangka maho sama pacar baru gue " Juno melirik gadis yang mengintip dibalik pintu pembantas ruang keluarga dan ruang tamu.

Akhirnya update juga 😂. Gatau deh ada gak yang nungguin.

Jangan lupa vote dan commentbuat yang berkenan 😊

Perdonami ( Forgive Me )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang