5 Belas

5.3K 344 2
                                    

Akhirnya bisa update,happy reading yep 😊

   Ia tersenyum mencoba menutupi semua kepedihan hidupnya. Biarlah ia yang menanggung semua sakit ini sendiri.

" Ini beneran gapapa kan ? Nina takut.. " Jari lentiknya menunjuk bagian perut Juno yang tertutup baju pasien dan selimut.
Sungguh kejadian mengerikan yang melibatkan kekasihnya ini membuat dirinya seperti linglung dan  khawatir luar biasa.

" Iya gapapa " Juno menyibakkan selimutnya dan menarik bajunya keatas.

" Nih liat cuma segini doang. Gue bukan cowok cemen yang luka segini aja udah koit Nin " Juno meyakinkan Nina bahwa luka di perutnya memang tidak serius. Karena luka yang lebih serius adalah luka dihatinya. Tusukan tempo lalu tidak seberapa perihnya bila dibandingkan beribu tusukan belati tak kasat mata dari sang mama.

" Tutup-tutup Nina ngeri liatnya " gadis itu menutup matanya dengan kedua tangan. Alibi. Ia menutup matanya karna ingin menangis. Ia sudah tau semua cerita sesungguhnya dari Fajar. Ia tahu memang luka itu tak seberapa. Tapi ia paham jauh disana Juno terluka sangat dalam.
Jujur, ingin sekali ia menemui ibu dari kekasihnya itu dan membenturkan kepala ke beton. Karna mungkin dengan cara itu ibu Juno akan sadar.

" Udah gue tutup jangan takut " ucap Juno usai menutup kembali perutnya seperti semula.

Nina membelakangi Juno, dengan cepat ia mengelap air matanya. Kemudian berbalik.
" Jangan gitu lagi " ucapnya lirih meski air matanya berhasil ia hapus namun mimik wajahnya yang bersedih tak bisa ia sembunyikan.

" Kok lo nangis si ? Jangan nangis gue beneran gapapa. "
Juno mencoba meraih tangan gadis yang berdiri didekatnya itu. Menariknya hingga si empu ikut tertarik mendekat.

Nina takut dibalik gapapa Juno. Banyak rasa sakit yang Juno tanggung.

" Gue mau lo senyum. Jangan cengeng" ucap Juno lagi saat jarak diantara keduanya menjadi dekat. Juno menarik kedua sisi bibir gadis itu hingga terbentuk senyum terpaksa di wajah manis milik Nina.

" Juno udah " Nina melepas tangan Juno dari wajahnya.

" Mana mungkin Nina bisa senyum. Saat seseorang yang Nina sayang sakit. Nina tau semua masalah Juno. Nina paham apa yang dirasain Juno. Jadi please jangan paksa Nina untuk itu  ! "
Juno sedikit terkejut dengan nada suara Nina yang meninggi. Apa tindakan yang dilakukannya salah?.
Juno hanya ingin Nina tidak ikut bersedih dengan keadaannya. Dia benar tidak mau seseorang harus ikut merasakan bagaimana pedihnya hidup yang ia miliki. Dan lagi setidaknya ia ingin melihat semua orang yang ia sayang tersenyum setidaknya sebelum nanti ia memenuhi permintaan ibunya untuk pergi.

" Kalo lo emang tau dan paham. Harusnya lo nurutin apa yang gue bilang. Tolong senyum !, jangan cengeng gue mohon ! dan itu bakal buat gue lebih ngerasa lebih kuat" 

         💠💠💠💠

" Pingin ngintip tapi takut bintitan, mereka ngapain aja ya didalem ? " Bado melirik pintu rawat Juno. Ini sudah ia lakukan untuk ketiga kalinya. " Kalian ga penasaran apa ? " tanyanya pada dua anak adam yang duduk bersama bersebrangan dengan dirinya.

" Kalo gue si gak. Palingan ya mereka sayang-sayangan di dalem " celetuk Ronald tangannya lalu mengambil sebuah smarthphone dari dalam saku jaketnya. " Tapi gak tau deh sebelah gue " ucapnya lagi tanpa harus melihat sosok Gerri yang kini sudah menaikkan satu alisnya.

" Maksud lo apa ? " tanya Gerri pada Ronald yang fokus pada layar ponselnya.

" Gue kira lo nyambung. " Jawab Ronald datar dan masih menatap lurus pada benda pipih di hadapannya.

Bado berdiri dari duduknya ikut bergabung dengan keduanya. Ada hawa buruk yang ia rasakan.
" Ron geser " Bado menggeser paksa tubuh Ronald hingga ia kini duduk ditengah keduanya.

" Ganggu lo Do. " Ronald memasukkan ponselnya kedalam jaket. Matanya lalu melirik ke arah Gerri.

" Padahal gue mau wawancarain Gerri " Gerri mengerutkan dahinya. Ia tidak tau arah pembicaraan sahabatnya itu.

" Oke kayaknya lo emang kurang peka Ger. Gue ama Bado sering ngeliat lo merhatiin Nina akhir-akhir ini. Lo juga kaya modus gitu sama dia "
Gerri menelan salivanya. Bado dan Ronald tahu !.

" Kita sahabatan untuk jadi penguat dan pendukung satu sama lain bukan penghancur " Nada Ronald terdengar sinis, ini kali pertama ia berbicara sinis pada Gerri.

Bado ketar ketir ditengah. "Shit" ia tidak mau ada pertengkaran.

Gerri berdiri menegakkan tubuhnya tepat dihadapan Ronald. Ucapan Ronald sebelumnya memang benar namun ucapan selanjutnya salah besar. Ia sama sekali tidak ingin menjadi sahabat yang menghancurkan sahabatnya sendiri.

Rahangnya mengeras " Ron, kita sahabatan bukan satu hari atau dua hari. Kalaupun gue mau jadi penghacur. Harusnya dari dulu itu udah terjadi " ucapnya dengan penuh penekanan.

Ronald ikut berdiri tatapan keduanya bertemu. Bado yng melihatnya semakin dirundung cemas. Ia memukul kepalanya sendiri. Harusnya tadi ia tidak membicarakan tentang Nina dan Juno.

Ronald tersenyum miring " Ya karna dulu lo belum terjebak ama yang namanya suka sama pacar temen lo sendiri ! " nada bicaranya semakin tidak menyenangkan.

" Gue gak nyangka " Gerri menggelengkan kepalanya tak percaya. " Semudah itu lo nilai gue "

" Gue bisa nilai lo gitu karna emang itu yang gue liat " ucap Ronald cepat matanya menatap tajam.

" Lo terlalu sok tahu Ron ! "

" Stop guys !. Kalian bisa bicarain ini dengan kepala dingin " Bado yang merasa kondisi kedua berada di siaga 2 mencoba menghentikan adu mulut itu.

" Apa yang gak gue tahu ha ?! " ucap Ronald menantang bahkan ia sama sekali tidak menggubris ucapan Bado.

" Jawab gue tukang tikung ! "
Ronald laki-laki yang biasanya suka bercanda itu nyatanya memiliki emosi yang tidak bisa di kontrol.

" Udah Ron udah. Gerri temen kita gak harus lo pake nada kaya gitu " sekali lagi Bado mencoba menengahi.

" Diem lo Do !. " Ronald mendorong tubuh Bado hingga cowok itu terduduk dikursi.

Gerri semakin mengeraskan rahangnya saat melihat Ronald yang semakin emosi. Ia sudah tidak tahan. Biarlah ia memberi pengakuan tentang masalalunyasekarang.

" Ok dengerin gue baik-baik. Sedikitpun gue gak mau jadi PENGHANCUR. Gue sayang sama kalian ! "

Ia menghela nafasnya berat. " Dan harus lo tau Ron Do. Nina itu mantan gue !. Gue tahu itu cuma masalalu dan harusnya gue sadar kalo sekarang dia udah jadi pacar sahabat gue. Tapi.. " hening sejenak ia butuh pasokan oksigen yang banyak saat ini.

" nyatanya gue belum move on. Gue berusaha ikhlas dan selalu dukung mereka. Walaupun gue sendiri sakit karna disini gue juga masih cinta sama Nina . Seharusnya kalian juga ngertiin gue. Gue bakalan lupain dia dan jadi orang nomer satu yang support hubungan mereka. Tapi gue butuh waktu " Jelasnya panjang lebar. Terserah-terserah apa yang akan sahabatnya ucapkan nantinya. Intinya dia sudah jujur. Ia belum bisa melupakan mantannya untuk sekarang.

Keduanya terdiam membisu ,mereka ingin marah karna ketidak jujuran Gerri. Mereka kesal harusnya cowok itu sedari dulu memberitahukan hal ini tanpa harus menutupinya, tapi dilain sisi mereka juga merasa tertegun atas pengorbanan Gerri yang merelakan perasaannya demi Juno dan kebahagian Nina.

Dan dilain sisi yang tak jauh satu orang lain  juga ikut terdiam membisu. Nina mendengar semua pengakuan  Gerri dengan jelas.

Tbc

Garing ya ? Udah lama gak update garing lagi updateny 😣. Maapin ya, inshaAllah kalo ada yang masih mau baca dan ngerespon ceritanya. Next bakal update cepet 💛💛

Perdonami ( Forgive Me )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang