6 Belass

5.2K 349 3
                                    

  Happy reading guys 📖
    

     Tangan besarnya  berulang kali mengusap wajahnya yang mulai memiliki garis keriput dengan kasar.

" Kita yang akan  jemput dia. Lusa kan dia pulangnya ? " tanyanya pada pemuda yang ikut duduk bersamanya. Memastikan bahwa info yang ia dapat dari rumah sakit semalam memang benar adanya.

Cowok itu mengangguk " Iya Pa, Papa beneran kan ama keputusan itu ?"
Ia menelisik wajah lelah sang ayah, dan yang ia temukan memang keseriusan.
Bibirnya terangkat, Ayahnya ingin menolong adiknya, itu artinya ia bisa melihat adiknya kembali di rumah. Bersama dirinya, ayahnya dan mungkin ibunya.

" Papa udah cukup menyesal karna biarin dia menderita sendirian.. " Brian menarik nafasnya dalam.
" Papa gak mau menyesal lebih jauh, Juno harus balik kerumah. Dia berhak "

Prangg

Sebuah gelas yang berisi susu coklat itu kini sudah tak berbentuk. Hancur ketika lepas dari pegangan wanita yang membawanya.

Leon dan Brian terkejut lb, dan lebih terkejut saat tahu bahwa Firalah yang memecahkan gelas itu.

" Jangan pernah bawa anak sialan itu kembali ! " Wanita parubaya itu melotot sinis ke arah ayah dan anak yang melihatnya masih dengan wajah terkejut. Namun perlahan air matanya turun begitu saja.

Brian bergegas mendekati istrinya.
" Fira.. " ia mendekap sang istri perlahan ia membawa sang istri menjauh dari pecahan gelas yang berserakan di dekat kakinya.

Leon mengangkat tubuhnya dari sofa.
" Aku kebelakang dulu Pa, manggil Bi Asih buat bersihin " ia lalu meninggalkan pasangan suami istri itu. Karna ia tahu emosinya tidak bisa di kendalikan jika tetap tinggal ditambah bila harus mendengar ucapan-ucapan buruk dari sang ibu untuk adiknya.

Brian mengangguk kecil saat puteranya sudah berjalan menjauh. Lalu dirinya kembali menatap Fira yang masih dalam rengkuhannya.

" Jangan bawa pembunuh itu kesini " Fira tergugu wanita itu semakin gencar menangis.

Brian melepas pelukkannya kedua tangan besarnya lalu menegakkan bahu Fira. Satu tanganya lalu merapihkan rambut Fira yang berantakan.

" Firaa.. Cukup. Ini semua salah aku, aku yang buat anak kita jauh. Aku mohon lupain semuanya. Tolong terima dia kembali. " ia menatap lembut istrinya mencoba sebisa mungkin agar emosi dan tangis istrinya mereda.

" Gak. Aku bahkan nyuruh dia buat mati !. Jangan memohon untuk itu mas " Terlambat nyatanya sang istri sudah terlalu membenci puteranya sendiri.

" Fira sadar ! Juno anak kamu, apa kamu mau kehilangan anak kamu untuk ketiga kalinya. Aku mohon ... Sadar sayang "
Fira menggeleng kasar air matanya kembali meluruh.

" Kalo aja dulu aku gak lahirin sialan itu. Anak-anak aku masih idup mas ! "

" Harusnya dulu dia aja yang mati !! "

Brian berdecak, istrinya sudah tak tertolong. Ia berdiri, kembali mengusap kasar wajahnya.
" Terserah, kalo kamu emang belum mau sadar. Penyesalan akan selalu datang,jangan biarin kamu menyesal nantinya.  " kali ini ia menyerah, ia akan mengambil jalannya. Ia akan tetap membawa anaknya kembali.

" Aku tetep akan bawa dia kesini ! " dengan langkah lebar ia lalu meninggal Fira sendirian.

" Arrrghhhh " wanita itu mengerang melihat punggung suaminya yang  menjauh.

🍃🍃🍃🍃🍃 Perdonami

Juno duduk ditepi ranjang rawatnya. Kakinya ia ayun-ayunkan, sesekali ia tersenyum malu saat Asih menggodanya.

" Kalo punya pacar tu ya bilang, pokoknya kapan-kapan harus di kenalin ke Bibi " ucapnya sambil ikut tersenyum pada anak majikannya itu.

" Dia hiperaktif banget Bi. Juno takut nanti dia bikin Bibi jantungan " Ia terkekeh membayangkan Nina dengan sifatnya yang satu itu. Tidak bisa diam.

" Masak iya ?. Bibi kemaren ketemu dia keliatan kalem. " ungkap Asih. Kemaren sore ia memang bertemu Nina saat menuju ruang rawat Juno. Dirinya tahu, karna Nina bersama sahabat Juno yang sudah cukup ia kenal.

" Ternyata dia gak cuma hiperaktif Bi tapi dia juga bunglon " bunglon cantik bunglon rasa bidadari lanjutnya dalam hati.
Sekali lagi ia terkekeh karena ucapannya sendiri.

" Kamu ini ada ada aja. Udah sekarang kamu ganti baju bentar lagi kan mau pulang. " Asih memberikan kemeja flanel biru navi dan celana jeans panjang pada Juno.

" Bibi emang gak mau kangen-kangenan dulu ama Juno. Lagian gak ada yang ngusir juga kalo mau lebih lama disini. " ucapnya lalu mengambil celana dan kemeja itu dari tangan Asih.

" Siapa bilang Bibi gak mau kangen-kangenan. Nanti kita lanjutin di rumah aja. " Asih ingat dirinya belum memberitahu Juno bahwa Brian akan membawanya kembali ke rumah.

" Maksud Bibi ? "

" Assalamu'alaikum bruh " Pintu rawatnya terbuka memeperlihatkan Leon yang sudah berdiri dengan senyum merekah disana.

" Ngapain lo ?. Gue udah mau balik " Juno menatap kakaknya itu penuh tanya. Setaunya ia sudah memberitahu Leon agar tidak usah repot-repot menjemputnya. Lagipula ia harus terlebih dahulu ke Kafe untuk menemui bosnya yang ia yakini sudah mengamuk atau bahkan sudah memecatnya karena tidak menyampaikan izinselama ia sakit.

" Kalo nyambut kakaknya tuh yang enak dikit napa. " Leon mendengus sebelum akhirnya mendekati Asih dan Juno yang sudah sama-sama berdiri.

" Pa .. " Panggil Leon pada seseorang yang masih berdiri diluar ruangan.

Juno mengerutkan dahinya " Pa.. " ucapnya dalam batin.

Brian memunculkan batang hidungnya dan  perlahan ia mendekat.
" Papa--- " Juno terkejut bukan main. Jantungnya berdetak lebih cepat tubuhnya memanas saat sosok itu kian mendekainya.

Ia selalu berharap sesuatu yang baik terjadi tapi untuk sekarang ia tidak ingin berharap banyak. Mengingat kejadian tempo hari saat dirinya sudah berharap sangat tinggi pada ibunya, namun nyatanya ia harus terjatuh amat dalam karena itu.

" Maafin Papa nak " Juno terkesiap matanya membulat saat tubuhnya direngkuh sang Ayah. Sesuatu yang sangat lama tak ia rasakan. Hal yang sangat ia rindukan. Pelukan dari Ayah.

" Papa udah jahat, Papa nyesel.. " Juno perlahan membalas pelukan Brian.

" Kamu balik kerumah ya. Tolong maafin Papa" sekali lagi ia terkejut. Ini seperti sebuah mimpi untuknya. Ayah orang yang membencinya, selalu menyiksanya,dan yang masih lekat di fikirannya orang yang juga mengusirnya kini memeluknya erat dan memintanya kembali.

Boleh ia jujur. Juno bahagia sangat sangat bahagia.

Asih sudah menitikkan air mata bahagianya. Ia juga sangat bahagia akhirnya tuan kecilnya satu ini merasakan pelukan sang Papa lagi.
Tak berbeda dengan Asih Leon juga ikut bahagia. Cowok itu mengumbar senyum bahagia.

Juno lalu melepas pelukan Brian. Ia mendongak berusaha berani menatap mata biru Ayahnya. Mata yang biasanya menatap dirinya sinis kini nampak teduh dan sangat indah.

" Juno kangen Papa. Juno udah maafin Papa jauh sebelum Papa minta maaf dan harusnya Juno yang minta maaf.  "
Matanya berkaca-kaca tak ada ekspresi lain yang bisa ia tunjukkan saat ini. Ia terlalu bahagia.

" Juno mau tinggal lagi disana.Tapi Pa... " ia teringat sesuatu, yang menginginkannya kembali hanyalah Ayahnya belum tentu juga dengan sang Ibu.

Ia menunduk harusnya ia sadar ia tak boleh terlalu bahagia dulu.

" Apa Mama mau Juno tinggal disana lagi "

TBC

Bahagia Jun jangan sedih mulu  walaupun bahagianya cuma bentar 😭.

Perlu dilanjut gak ?
Please comment 💕

Perdonami ( Forgive Me )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang