17 belas 🍃

6.1K 381 9
                                    

     Tarrrr !!

Bunyi keras pecahan gelas menggema di ruang tamu keluarga Brian.
Tak usah ditanya siapa pelaku yang menyebabkan dentingan suara ribut itu. Karena tentu saja nyonya besar di keluarga inilah pelakunya.

Fira seorang ibu yang dengan tangan ringan memukul kepala anaknya sendiri dengan sebuah gelas kaca yang tergeletak tak bersalah di atas meja ruang tamu.

" Leon bilang kamu itu tergolong siswa cerdas di sekolah. Tapi sepertinya itu omong kosong. Kamu cuma anak bodoh dengan otak kosong yang gak bisa mikir dan sialnya saya yang harus lahirin kamu dulu. " Kalimat panjang menyakitkan terlepas dari mulut pedas Fira. Mulutnya benar-benar tidak bisa di rem.

Pemuda yang menjadi tujuan kalimat pedas Fira hanya bisa berdiri  sambil terus memegangi sisi kiri dahinya yang berdarah berdenyut perih akibat hantaman yang tak bisa dibilang empuk untuk kepalanya.

Lemah ! mungkin sebagian orang akan menganggapnya seperti itu, harusnya ia melawan jika ibunya sudah bermain kasar, bukan menangis dan menangis. Terlebih mengingat ia adalah  cowok bengal yang jago berantem diluar sana.
Namun ketahuilah seseorang pasti memiliki kelemahan. Termasuk dirinya, dan ia lemah saat menghadapi orangtuanya terlebih Ibunya. Ia akan kehilangan semua kekuatan yang selalu ia tunjukkan saat bertarung dengan rivalnya. Ia akan berubah menjadi pemuda lemah yang terus mengemis untuk sekedar sebuah maaf jika dihadapkan demgam Fira mamanya. Bahkan sekedar menghalau tangan sang Ibu agar tak melukainya seperti yang terjadi sekarang pun ia tak mampu.

" Kalo saya bunuh kamu pake tangan saya. Itu artinya kamu nyuruh saya masuk penjara ! " Suara Fira terdengar serak. Ia terlalu banyak berteriak malam ini.

" Semoga pukulan saya sudah cukup kuat buat nyadarin otak kosong kamu itu  " Tangannya mendorong kasar Juno hingga limbung kebelakang sebelum akhirnya ia meninggalkan cowok malang itu.

Brukk

Juno menjatuhkan dirinya saat Fira sudah tak nampak oleh inderanya.

" Tuhan ambil nyawaku !. Ambil nyawaku Tuhan. Aku gak mau di benci ama Mama terus. Aku menyerah atas garis hidupku ini. "

🍂🍂🍂🍂🍂 Perdonami

Mendengus kesal cowok yang masih menggendong tas ransel ringannya menatap tak yakin atas sebuah pernyataan yang ia dapat dari lawan bicaranya sekarang.
Cowok itu baru saja pulang dari rumah sakit niat awalnya ia ingin langsung menghamburkan tubuhnya ke kasur empuk miliknya, semalaman begadang dengan manusia yang sudah mati membuat dirinya begitu lelah. Tapi semua niatnya ia urungkan saat ia menemukan adiknya dengan keadaan yang sudah berbeda. Dahi pemuda itu sedikit robek.

" Gue kakak lo Juno !. Lo gak usah bohong napa si. Kalo kepentok pintu itu benjol bukan sobek kaya jidat lo " cowok itu dengan sengaja lalu menekan keras luka di dahi adiknya.

" Aww " Ringisan kecil keluar dari bibir Juno, ia lalu menghempas tangan Leon sang kakak kasar. " Sakit tolol " ucapnya dengan nada kesal.

" Cepetan jujur atau gue pentokin beneran kepala lo ke pintu. Ini kayu jati asli pasti mantep kalo gue beneran jedotin kepala lo itu " Leon menyikut pelan pintu yang menjadi tempat ia bersandar.

Juno berdecak sebal Leon yang sekarang memang suka memaksa.
" Ini kado dari Mama " ucap Juno datar.

Leon membelalakan matanya " Apa lo bilang ? "

" Kado dari Mama " ulang Juno dengan ekspresi yang sama.

"  Mama kasar sama lo dan lo bilang itu kado ? " dua mata caramel itu beradu.

" Mama mukul lo pake apa ? "

" Gelas "

Leon menggeleng pelan, apa sebenarnya yang ada di otak sang Mama. " Kenapa lo gak ngelawan ?, itu baru gelas gimana kalo besok Mama mukul lo pake vas, guci atau bahkan kursi lo mau tetep diem ha ? " Leon berucap geram kenapa adiknya. Sang adik sangat lemah sekarang.

Perdonami ( Forgive Me )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang