WARNING! Narasi baku tapi percakapan tidak baku.
Semua army ramai dengan berita tentang seseorang yang katanya akan membunuh Jimin saat konser mereka 1 April nanti.
Aku panik bukan main saat aku membaca isi twitter orang yang berusaha membunuh Jimin.
Ini benar-benar sudah kelewatan.
Army mulai ramai menggunakan hastag seperti #WeLoveYouJimin, #ArmysWillProtectJimin, #ARMY_Protect_JM.
Bahkan sekarang #ArmysWillProtectJimin sudah menjadi trending topik dunia.
Sudah dapat kutebak bagaimana Jimin membaca semua kiriman death threat yang ia terima.
Aku khawatir. Sangat.
Bisa saja dia larut dalam pikirannya lalu tidak fokus untuk konser selanjutnya.
Aku memejamkan mataku sejenak lalu menghela nafas dan beranjak untuk mengambil ponselku di sofa.
Dengan cepat aku mencari kontak Jimin dan memencet tombol untuk Video Call.
Sengaja aku mematikan kameraku terlebih dahulu. Aku ingin melihat wajahnya lebih dulu baru aku akan menunjukkan wajahku padanya.
Drrt.
Tersambung.
Dia tidak bersuara. Hanya menggaruk ujung matanya dan sesekali membasahi bibir dengan lidahnya.
Aku mengambil nafas perlahan dan berusaha untuk menyapanya dengan semangat.
Aku akan mencoba untuk mengalihkan semua death threat yang ia terima. Aku ingin ia tidak memikirkan itu lagi dan percaya pada army yang akan melindunginya.
Perlahan, aku menaruh ponselku di meja komputer lalu menyangganya pada layar komputer. Dengan cepat aku memencet tombol on camera dan buru-buru membuat pose yang sekiranya dapat membuat Jimin tersenyum.
Aku langsung melirik Jimin di layar ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend -p.j.m
FanfictionHow is like to be Jimin's boyfriend. [written in Bahasa]