Bin

1.8K 257 47
                                    

Ini sudah terhitung berhari-hari semenjak Hyera dan Jimin tidak saling kontak.

Jimin memang sedang sibuk, mengetahui comeback yang sudah dinantikan banyak orang itu sudah beberapa hari lagi.

Hanbin yang saat itu baru saja keluar dari kampus melihat Hyera duduk sendiri di halte. Dan Hanbin memilih untuk menghentikan mobilnya untuk menemani Hyera.

"Ra, dijemput pacar?" Tanya Hanbin yang mendekat lalu duduk di sebelah Hyera.

Hyera menggidikkan bahunya menjawab pertanyaan Hanbin.

Laki-laki itu melirik jam ditangannya saat keduanya terdiam cukup lama.

Pukul sembilan malam.

"Ra, ini udah malem, lo dijemput apa ngga?" Tanya Hanbin lagi.

Hyera melirik ponselnya sejenak, tidak ada satupun pesan dari Jimin.

"Udah yuk, Ra, gue anter."

-

"Makasih ya, Hanbin."

Hanbin tersenyum manis, "Siap, baik-baik ya, Ra, sama Jimin."

"Semoga." Jawab Hyera dengan senyum yang tipis. "Yaudah, gue duluan."

Begitu mobil Hanbin sudah menjauh, Hyera berbalik untuk masuk ke apartemennya.

"Ra?" Langkahnya terhenti begitu mendengar suara pintu mobil yang ditutup kasar dan suara langkah seseorang yang mendekat.

Ia menoleh dan mendapati Jimin berada dihadapannya. Dengan mengenakan kaos hitam polos dan celana hitam.

"Kamu ada kelas sampe malem?"

Hyera membeku mendengar pertanyaan Jimin.

Rasanya ingin sekali ia berlari ke pelukan Jimin. Setelah berhari-hari tidak saling mengabari. Hyera bohong jika ia tidak rindu pada Jimin.

Tetapi ia tahu, hal yang baru saja ia lakukan pasti membuat emosi Jimin akan meluap sebentar lagi.

Kepalanya menunduk saat mengetahui raut wajah Jimin yang datar.

"Aku nanya, Ra," Bulu kuduk Hyera merinding, suara Jimin turun satu oktaf. "Jawab."

Bukannya menjawab, Hyera semakin menundukkan kepala.

Jimin menghela nafas kasar, "Dianter siapa?"

Nah, ini, pertanyaan yang sedari tadi Hyera hindari.

"Hanbin?"

Gotcha.

Tidak ada pilihan lain, akhirnya Hyera mengangguk pelan. Lalu terdengar suara helaan nafas Jimin.

"Kamu kan bisa minta jemput aku, Ra."

"Maaf─"

"Susah ya ngabarin aku?"

Dahi Hyera mengerut, ia menatap Jimin bingung lalu tersenyum miring. Emosinya mulai terpancing ketika mendengar pertanyaan Jimin.

"Seharusnya aku yang nanya begitu, Jimin. Kamu sibuk, bahkan untuk ngasih tau kamu masih bernafas aja sebegitu susahnya, ya?"

"Aku sibuk, Ra, mau comeback. Biasa juga ngerti kamu kalo kek gini. Sekarang kenapa? Aku nanya kena─"

"Paling nggak kamu jangan ngilang gitu aja! Aku udah nunggu berhari-hari hanya untuk kabar dari kamu, tapi apa? Aku ngga dapet apa-apa!"

Jimin menghela nafas kasar.

Adu mulut antara dua pasangan di malam hari itu tidak berhenti sampai disana.

Jimin yang terpancing emosi karena melihat kekasihnya diantar oleh Hanbin yang posisinya sebagai mantan kekasih Hyera itu masih ingin adu mulut rupanya.

"Seharusnya kamu yang ngabarin aku, aku bahkan ngga ada waktu untuk tidur panjang, Ra!"

"Excuse me? Aku juga punya kehidupan yang harus aku urus, Jimin. Kenapa kamu seenaknya ngatur-ngatur aku begini?"

"Aku ini pacar kamu, Hyera!" Bentak Jimin yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

Ia lalu menhhela nafas untuk meredahkan emosinya.

Jimin memutar bola matanya kesal. Ia bertolak pinggang lalu berjalan mendekati Hyera.

"Ra, aku ini laki-laki, aku berhak untuk jaga dan memastikan kamu baik-baik aja. Kita udah ngga cuma sebulan dua bulan jadi pasangan. Hampir empat tahun, Ra, aku masih berada di posisi dimana aku harus jagain kamu." Jelas Jimin panjang lebar, berusaha mencairkan suasana.

Karena yang Jimin inginkan sekarang hanyalah pelukan hangat dari Hyera. Ia butuh pulang, pulang ke kekasihnya.

"Terus, kamu bisa seenaknya begitu karena kamu laki-laki?" Balas Hyera yang emosinya masih belum reda, justru malah semakin memanas. "Kamu egois. Fans kamu gini ngerti ngga kalo kamu se-egois ini?"

Jimin mendengus kesal, "Kamu ngga usah bawa-bawa fans di masalah kita, Ra!"

Emosi Jimin yang baru saja mereda itu kembali memanas setelah mendengar ungkapan Hyera.

"Iya, oke! Ini semua tentang prioritas, Jimin. Tinggal kamu yang harus menentukan, semuanya ada di kamu." Kata Hyera dengan suara yang mulai bergetar pada akhirnya.

Pernah dengar fakta bahwa Jimin adalah member yang paling menakutkan jika sedang marah?

Fakta.

Jimin memilih untuk menatap tajam kedua mata Hyera.

"Kenapa? Kamu mau ngebentak aku? Silahkan!"

Jimin diam. Padahal tadi ia ingin menjelaskan pada Hyera bahwa ia masih peduli padanya. Tetapi emosi sudah berada pada diri mereka masing-masing. Sulit untuk ditahan agar tidak meluap.

"Sialan! Kamu ngga ngerti maksud aku, Ra!"

Kepala Hyera menunduk, tidak kuat lagi untuk menahan tangisnya.

"Pergi."

"Apa kamu bilang?"

"Pergi, Jimin. Pergi!"

Jimin tertawa tidak percaya mendengar suruhan Hyera yang membuat emosinya semakin terpancing.

"Terserah kamu, Ra," Balas Jimin seraya berjalan menuju mobilnya.

"Terserah, aku udah ngga peduli lagi." Lanjut Jimin dan pergi meninggalkan Hyera sendiri.

--

??

??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
boyfriend -p.j.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang