sepertinya bakalan menjijikkan percakapannya.
Hari sudah menjelang sore, dari semalam Jimin tidak kembali ke dorm.
Katanya ia ingin menginap disini.
Aku memainkan ponselku saat Jimin sedang mandi di kamar mandi yang berada didekat dapur.
Saat aku sedang membuka akun sosial mediaku, banyak sekali orang-orang yang membahas Jimin.
Karena penasaran, aku terus membaca obrolan mereka.
Dahiku mengerut saat aku membaca semuanya.
Jimin diet.
Berat badannya turun.
Pingsan saat latihan.
Oke, aku mengerti. Jimin adalah seorang Idol, pasti ia harus menjaga postur tubuhnya dengan baik.
Sekalipun itu ia harus diet dengan sangat ketat.
Tapi aku tidak menyukainya, mengetahui Jimin harus menghilangkan lemak yang berada ditubuhnya.
Padahal, sebagai fans pasti mereka menerima idolanya bagaimanapun bentuk tubuhnya, 'kan?
Shit Jimin, aku sudah kesal.
Aku dapat mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.
Dapat kulihat dari ujung mataku Jimin sedang berjalan mendekat sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Dahiku mengerut, bersiap untuk mengomel pada Jimin.
Sepertinya aku butuh minum dulu sebelum mengomelinya.
Aku berdiri dari tempatku dan akan menuju dapur untuk mengambil minum.
Saat aku berpapasan dengan Jimin, ia melingkarkan tangannya dipinggangku lalu mengecup pipiku.
"Kemana?"
Aku menepisnya dengan halus, tanpa berbicara apapun.
Aku langsung meneguk satu gelas air putih dan kembali duduk disebelah Jimin.
Jimin menggeser badannya untuk mendekat denganku.
"Kenapa, hm?" Tanyanya seraya melingkarkan tangan pada pinggangku.
Aku menggerakkan badanku, berusaha untuk melepaskan diri dari Jimin lalu bermain dengan ponselku.
Hendak menunjukkan sesuatu yang aku baca tadi. Jimin masih sibuk mengeringkan rambutnya disebelahku.
Saat aku menemukannya, kuarahkan ponselku didepan wajah Jimin. "Ini apa?"
Dahi Jimin mengerut, gerakan tangan yang digunakan untuk mengeringkan rambut itu terhenti.
"Oh, itu. Iya, ehm."
Jimin terlihat seperti seseorang yang ketahuan berbohong.
I mean, dia tidak pernah cerita padaku. Aku jadi merasa seperti bukan siapa-siapanya.
Kalau saja ia bercerita padaku, aku pasti dapat membantunya. Kenapa harus diet sampai seperti itu.
Ini benar-benar membuatku marah.
Raut wajahku datar saat menatap Jimin dengan sejuta kalimat di otakku yang akan kulontarkan padanya.
"Kamu kok nggak cerita?"
"Aku─"
"Kamu nggak cerita kalo kamu pingsan, kamu lagi diet juga nggak cerita. Kenapa?" Aku menghela nafas. "Aku nggak penting ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend -p.j.m
FanfictionHow is like to be Jimin's boyfriend. [written in Bahasa]