!!!!!!!
"Raaaaaa!"
Siapa lagi kalau bukan Jimin?
Seenaknya masuk ke dalam rumahku dengan berteriak seperti itu.
Aku yang sedang berada di dalam kamar mandi tetap diam, tidak merespon Jimin.
"Ra, woiiii!"
"Raaaaaaaaaaaaa!"
Sialan.
"APAAN SIH WOI RUSUH BANGET!"
"AH! KAGET!"
Jimin memegangi dadanya, refleks ketika melihat aku muncul dibelakangnya. Masih mengenakan bathrobe dan handuk yang melilit kepalaku.
Ia tersenyum setelahnya, sambil mendekatiku dan merentangkan tangan. "Eh, sayang, hehe."
Aku memukul lengannya lalu berbalik untuk pergi ke dapur.
"Yang, aku baru kelar latihan anjir capek." Oceh Jimin sambil mengikutiku dari belakang.
"Bodo amat." Balasku datar sambil menuangkan air putih ke dalam gelas lalu meneguknya.
"Mo ngapain kesini?" Lanjutku.
Jimin mendekat dan memelukku dari belakang, menaruh dagunya pada bahuku lalu melayangkan satu kecupan dipipiku.
"Kangen, bego." Dan Jimin mengecup pipiku lagi. "Kamu baru aja mandi? Masih pake bathrobe gini."
Aku mengangguk sambil sibuk memasak makanan untuk Jimin.
"Kamu gak pake apa-apa dong di dalem bathrobe ini?"
Mulai. Pasti mesum nih.
Tidak menjawab pertanyaan Jimin, aku hanya menggidikkan bahuku.
"Ra, aku besok pagi nggak ada jadwal loh."
"Terus?"
"Yaa, cuma ngomong aja sih."
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Tangan Jimin bergerak pelan menuju tali bathrobe yang kukenakan.
"Jimiin."
Pergerakan tangan Jimin langsung terhenti. Ia mengecup pipiku sekali sebelum beralih ke leherku.
Lagi-lagi tangannya bergerak, berusaha membuka tali bathrobeku sambil bibirnya yang masih menyapu leherku, memberi gigitan kecil disana.
"Jimiiin."
Kali ini ia tidak menghentikan gerakan tangan dan bibirnya.
Sampai aku harus melihat kebawah, tepat saat Jimin berhasil membuka semua talinya. Hampir memperlihatkan bagian atas tubuhku.
Aku memutar bola mataku lalu memukul tangan Jimin.
Ia tetap saja meneruskan kegiatannya yang menciumi leherku. Tangannya berpindah untuk melingkar dipinggangku.
Jimin ini, benar-benar.
Sampai pada akhirnya aku menyikut perutnya dengan keras, membuat Jimin meringis sambil memegangi perutnya.
"Ah!"
"Tai banget sih tangannya." Cibirku sambil kembali menutup bathrobe yang sudah terbuka setengah.
Jimin tersenyum tanpa dosa, ia kembali mendekat dan memelukku lagi.
"Duh, sana duduk dulu gitu kek!"
"Waduh bahaya." Gumamnya sambil melangkah menjauh dan duduk dikursi meja makan.
Setelah masakannya sudah siap, aku menyuruh Jimin makan dan menunggunya selesai.
"Yang, aku nginep disini ya?"
"Mo ngapain?"
"Negatif mulu sih pikirannya."
"Siapa yang negatif anjir."
"Bodo amat pokoknya aku tidur disini."
-
Pada akhirnya, aku membiarkan Jimin menginap disini semalam.
Karena memang sudah beberapa hari aku tidak bertemu Jimin, jadwal persiapan comebacknya sangat sibuk.
Sekarang aku dan Jimin berada di mini market untuk membeli cemilan.
"Yang ini ngga sih, Ra?"
"Hm?" Aku menoleh pada Jimin yang berada di sebelahku.
"Iya deh, aku bingung nih."
Setelah itu, aku dan Jimin keluar dari mini market dan kembali ke apartemenku.
Menunggu lift untuk sampai di lantai apartemenku, aku menaruh kepalaku dibahu Jimin.
"Ra,"
"Hm?"
"Kita mau ngapain nanti?"
"Aku pengen nonton film itu yang aku cerita kemarin."
Jimin hanya mengangguk kecil lalu melingkarkan tangan kirinya dipinggangku.
Pintu lift terbuka, aku dan Jimin keluar lalu masuk ke dalam apartemenku.
"Ra,"
"Hm?"
"Daripada nonton film," Jimin tersenyum miring.
Aku membelalak dan memukul lengan Jimin dengan keras setelahnya, ia sempat berkata──
"Kita bikin film aja, yuk!"
--
film apa jimin? ( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)
mianhae ya lama tidak up, karena......... SEKOLAH HEHEHEHEHEHEHEHEH:)
setelah part ini bakal ada special part chingudeul, special part castnya lain, bukan Jimin, tapi Jimin keknya nyempil deh bentar,
liat aja tar yaaa~
stay tuneee~
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend -p.j.m
FanfictionHow is like to be Jimin's boyfriend. [written in Bahasa]