Warning!
Aku melangkahkan kakiku berjalan menuju gerbang.
Hari ini adalah hari yang benar-benar menjengkelkan. Semua masalah kuliah dan teman-teman yang membuatku merasa muak.
Aku benar-benar tidak tahan untuk berlama-lama disini. Aku ingin segera pulang dan tidur sepuasnya.
Tap tap tap
Aku menghentikan langkahku ketika aku merasa seseorang mengikutiku dari belakang.
Tapi ketika aku menoleh tidak ada siapa-siapa.
Mungkin hanya perasaan saja.
Tap tap tap
Kembali kurasakan seseorang mengikutiku.
Masa bodoh.
Tidur lebih penting dari ini.
"Heh!"
Oke, kali ini aku mendengar suara seseorang dari belakang.
Oh tidak.
Apakah aku sebegitu kelelahannya sampai aku merasa aurah-aurah aneh mengelilingi diriku seperti ini?
Tanpa memikirkan hal yang tidak-tidak aku mempercepat langkahku.
Tetapi tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang melingkar dipundakku. Karena terkejut, aku langsung menjauhkan badanku.
Betapa kagetnya ketika aku menoleh, kudapati seorang yang memakai masker hitam dengan topi hitam dihadapanku.
Aku kenal betul dengan matanya.
Jimin.
Aku langsung mengelus dadaku berkali-kali.
"Kirain om-om pedo tau gak!"
Ia hanya terkekeh pelan lalu merangkulku.
Aku hanya dapat menundukkan wajahku.
"Kamu kenapa?"
"Bodo."
Ia menyentil dahiku pelan.
"Heh! Ditanyain jawabnya yang bener!"
"Ih! Sebel! Tau ah! Sana pergi!"
Aku berjalan menjauh darinya.
Jimin mengejarku lalu menarik tanganku.
"Iya iya enggak. Ayo pulang sayang."
-
"Kamu kenapa, hm?"
Jimin berkali-kali menekan telunjuknya pada pipi Hyera.
Hyera menatap Jimin sejenak, kemudian raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Aku kesel, Jiiiii!"
Kemudian tangis Hyera pecah.
Jimin panik.
Ia langsung menarik Hyera kedalam pelukannya.
Jimin tidak berucap apapun. Ia hanya mengusap punggung Hyera dan mengecup puncak kepalanya.
Cukup lama. Hyera melepas pelukannya.
Pria itu tersenyum.
"Udah tenang?"
Hyera mengangguk sambil menyeka air matanya.
"Bisa cerita nggak? Aku dengerin."
Jimin menggeser tempat duduknya untuk mendekat dan melingkarkan tangannya pada pundak Hyera.
Kemudian, ia mulai menceritakan semuanya pada Jimin. Mulai dari masalah yang dihadapinya, sampai tugas yang begitu menumpuk.
Jimin mendengarkan cerita kekasihnya itu sambil terus mengusap-ngusap kepalanya.
Setelah selesai bercerita, Jimin berdiri dari tempatnya lalu menarik tangan Hyera.
"Mau kemana?"
-
Langit sudah mulai terlihat gelap.
Mata Hyera terpejam. Begitu pula Jimin.
Keduanya terlelap didalam mobil.
Tiba-tiba Hyera membuka matanya. Melihat sekeliling. Mencoba untuk menebak dia berada dimana.
Lalu ia melirik Jimin. Ia mendekatkan badannya pada Jimin lalu mengecup pipi Jimin.
"Eh? Udah bangun ya?" Jimin menegakkan tubuhnya lalu mengeratkan jaketnya.
"Ayo keluar. Aku mau nunjukkin sesuatu."
Saat mereka keluar dari mobil. Mulut Hyera langsung terbuka lebar. Ia terkagum dengan apa yang dilihatnya.
Pemandangan gedung-gedung tinggi yang bercahaya saat dimalam hari.
"Seoul cantik banget ya kalo malem gini." gumam Hyera sambil melihat sekeliling.
Jimin tersenyum tipis lalu mendekat untuk membisik pada Hyera.
"Kita di Busan, sayang."
"Hah?!"
Tanpa berucap kembali, Jimin memeluk Hyera dari belakang. Melingkarkan tangannya diperut Hyera. Lalu mengecup pipi gadis itu.
"Jangan kesel-kesel lagi ya. Sabar. Itu cobaan hidup. Semangat!"
Jimin kembali mengecup pipinya.
Hyera menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti pada Jimin.
"Makasih."
"Hm."
Mereka masih dalam posisi yang sama. Keduanya benar-benar menikmati indahnya pemandangan yang ada didepan mereka.
"Ra?"
"Hm?"
"Kamu besok ada kuliah?"
"Enggak."
Jimin lalu membalikkan tubuh Hyera agar menghadapnya.
"Aku besok juga nggak ada jadwal. Kita nginep sini aja ya?"
"Ha? Disini?"
Jimin mengangguk meyakinkan Hyera.
"Kita bisa tidur di mobil kok. Atau, kamu mau tidur di hotel aja?" ajaknya sambil tersenyum miring.
Terkejut. Hyera langsung melayangkan pukulan pada lengan Jimin.
"Park Jimin!!!"
--
eak💃
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend -p.j.m
FanfictionHow is like to be Jimin's boyfriend. [written in Bahasa]