Period

3.1K 384 21
                                    

Warning! Cheesy af...

"Kamu kenapa sih, ra?"

Sejak aku menjemputnya, ia sama sekali tidak mengeluarkan suara. Kalau saja aku bertanya, jawabannya hanya, mengangguk, menggeleng, menggumam.

Seperti yang kuduga, ia hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaanku.

Sesampainya di mall, aku melingkarkan tanganku pada pundak Hyera, sedangkan ia melipat kedua tangan didadanya.

Setelah membeli ini-itu, aku dan Hyera memutuskan untuk makan.

Sambil menunggu makan, aku terus memperhatikan Hyera. Ia benar-benar tidak bersuara sama sekali.

Aku mengeluarkan ponselku dari saku lalu menaruhnya di meja.

"Sayang, toilet. Bentar ya."

-

Belum sampai lima menit, Hyera sudah mulai jengkel. Ia mengambil ponsel Jimin lalu beranjak dari tempatnya.

Ia menunggu Jimin dari luar toilet sambil melipat tangannya.

Akhirnya Jimin terlihat berjalan keluar dari toilet.

"Lho? Kamu kok disini?"

Dahi Hyera mengkerut, ia terlihat ingin memukul wajah Jimin saja. Emosinya benar-benar meluap.

"Ayo pulang!"

"Ha?"

Hyera berdecak kesal lalu berjalan mendahului Jimin. Pemuda itu tentu saja langsung mengejarnya.

Ketika Jimin akan menarik lengan Hyera, ia menyadari sesuatu di rok pendek yang kekasihnya kenakan.

Ia tersenyum tipis. Jimin menyadari apa yang membuat Hyera bersikap demikian.

Kemudian Jimin mendekati Hyera dan berjalan tepat di belakangnya. Ia mengikuti langkah Hyera, berusaha menutupi rok kekasihnya.

Merasa terganggu, Hyera lagi-lagi berdecak kesal.

"Ngapain sih?!"

Tanpa mengulur waktu, Jimin langsung melepas jaket hitamnya lalu memasangkan pada pinggang Hyera, agar roknya tertutupi.

Hyera terlihat bingung. Sampai Jimin selesai, ia baru menyadari sesuatu.

"Eh aku... Banyak ya, Ji?"

Jimin menggeleng sambil tersenyum tulus, "Masih dikit kok. Ayo pulang!"

Ia kembali melingkarkan tangannya pada pundak Hyera.

"Pantesan kamu bete mulu, hari pertama ya?"

Jimin mencubit pipi Hyera dengan gemas, membuatnya kesal lalu balik mencubit perut Jimin.

"Iya, iya, ampun."

-

"SAKIIIIIIT!"

Hyera berkali-kali berteriak karena nyeri di perutnya tak kunjung hilang. Sedangkan Jimin, ia membuatkan teh hangat untuk Hyera.

"Ini diminum dulu."

Hyera menggeleng. Ia tidur sambil memeluk kakinya, berharap nyerinya segera hilang.

"Jiminnnn! Sakittt."

Jimin menghela nafas pelan lalu ikut duduk di sebelah Hyera. Ia mengusap kepala kekasihnya berkali-kali.

"Tahan ya. Nanti juga hilang."

Wajah Hyera sudah seperti ingin menangis saja. Perutnya benar-benar sakit. Resiko hari pertama.

"Diminum dulu tehnya, sayang."

"Diem kamu! Sakit tau!"

Salah lagi. -jimin

Jimin harus benar-benar waspada kalau ia berada disekitar Hyera disaat seperti ini. Kekasihnya berubah. Sangat. Mengerikan.

"Jiminnnnn! Sakittt. Kamu jangan diem aja dong!"

Hyera selalu benar. -jimin

"Iya apa, hm? Kamu mau apa?"

Hyera kembali menenggelamkan wajahnya pada bantal, sambil terus-terusan meringis kesakitan.

Tanpa berbicara pada Hyera, Jimin langsung mengangkat Hyera, kepalanya ia tidurkan di pahanya.

Ia memeluk perut Jimin dan Jimin mengelus kepala Hyera, berusaha menenangkannya. Karena Jimin tidak tahu ia harus apa lagi selain menenangkannya.

Hyera bangkit dari tidurnya, ia duduk menghadap Jimin sambil menunjukkan raut wajah sedih.

"Masih sakit?"

Hyera mengangguk.

"Sini." Jimin merentangkan tangannya, menarik Hyera ke pelukannya begitu Hyera mendekat.

Jimin menepuk-nepuk punggung kekasihnya. Lalu ia melepas pelukannya sejenak dan menangkup pipi Hyera dengan tangannya.

Cup

Jimin mengecup bibir Hyera dengan kilat. Kemudian ia mengelus pipi Hyera.

Ia membaringkan tubuh Hyera sambil terus mengusap kepalanya. Berharap kekasihnya segera terlelap agar rasa nyerinya menghilang.

"Sabar ya, sayang. Udah, kamu tidur aja, aku nunggu disini kok."

--

UDAH GUE BILANG KAN KALO CHEESY AF WKWK MAMPUS :'v

boyfriend -p.j.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang