Yeol Dul

69.7K 10.3K 1.3K
                                    

Hoshi keluar dari kamar, dengan seragam tak rapi dan rambut setengah basahnya yang disisir ke belakang membuat anak rambutnya agak jigrak. Menampilkan jelas tindik hitam di telinga kirinya. Ransel hitam disampirkan di pundak kanan dan dengan tak peduli cowok itu melangkah keluar melewati ruang tengah di depan kamarnya.

"Hoshi."

Cowok bemata sipit itu menoleh tenang, melihat sang ayah berdiri tak jauh darinya yang kemudian mendekat.

"Apa ini?" tanyanya dingin, menarik daun telinga kiri Hoshi sampai pemuda itu mengaduh sakit. "Kamu mau sekolah atau mau jadi brandal!? Sejak kapan kamu punya tindik begini ha?"

Hoshi mendecak, menepis tangan ayahnya. "Udah lama. Marahnya telat," balas cowok itu tak takut, ingin beranjak pergi tapi sang ayah segera menariknya menahan.

"Ayah sekolahkan kamu di sekolah internasional supaya kamu lebih disiplin! Kenapa jadi bebas begini!?"

Hoshi menipiskan bibir, mengalihkan wajah tak menjawab.

"Hoshi, kamu taukan Jessi itu guru-"

"Iya iya," balas Hoshi memotong, sudah terpancing emosinya. Cowok itu dengan kesal melepas tindik hitam di telinga kiri. "Udah, kan?" tanyanya membuat sang ayah makin ingin meledak. Ia menatap pria itu sengit, kemudian mendengus dan berbalik melangkah pergi.

Sang ayah menarik nafas, menahan emosi. "Mobil dan motor kamu ayah sita! Dan kalau ayah dengar lagi kamu dapat masalah di sekolah, kamu ayah pindahkan ke luar negeri. Ngerti kamu?"

Hoshi mendengus, tak peduli dan berjalan keluar rumah dengan cepat.


**


"Eung... Na," panggil Jiyo setelah beberapa lama memandangi para cowok yang bermain basket di lapangan yang terlihat dari depan kelasnya.

"Paan?" jawab Yena yang berdiri di samping cewek itu. Ia mengernyit, melihat Jiyo memandangi ke arah lapangan dengan penuh selidik. Membuat Yena mengikuti arah pandangnya, melihat kumpulan anak-anak IPS seperti Ryan, June, Jeka, Yuta, Yogi, dan juga Dafa di sana. Ada Bobi juga nyasar ikut dalam kumpulan mereka.

"Kok si sipit nggak keliatan?"

"Ha?" Yena menoleh sepenuhnya, kaget mendengar pertanyaan itu dari Jiyo.

"A-anu... itu.... si Bintang.... Bintang Jepang..." jawab Jiyo agak salah tingkah, ketahuan mencari pemuda itu. "Dari tadi pagi nggak keliatan... terus itu... juga nggak ada..."

Yena mengangkat alis, berusaha menguasai raut wajah untuk tidak menggoda Jiyo. "Ya mana gue tau, Ji. Emang gue emaknya?" sahut Yena santai, "chat aja sono paling entar muncul."

"Ha? Ah nggak ah," elak Jiyo mengalihkan wajah.

"Ye napa? Kalau peduli mah dichat atuh, jangan sok nggak nyariin gitu," kata Yena samar menggoda membuat Jiyo menipiskan bibir.

Jiyo diam lama, kemudian menghela nafas melipat kedua tangan di atas dinding pembatas koridor selehernya dan menempelkan dagu di sana. "Gue yakin deh, Na. Pasti ada sesuatu yang terjadi sama Hoshi sampe dia bandel gitu," kata Jiyo dengan tatapan menerawang samar.

Yena mengedikkan bahu, "entahlah. Hoshi kan aneh. Gue yang temenan lama aja suka nggak ngerti cara mikir dia tuh gimana," kata Yena membuat Jiyo melirik.

Jiyo melengos pelan, "dia imut tahu," ceplosnya bergumam.

"Hm?"

"Eh," Jiyo mengerjap, segera tersadar. "Anu, eye smile, Na. Dia punya eye smile jadi baby face gitu. Nggak pas aja sama image brandal," kata Jiyo segera meralat. Lalu berikutnya meringis.

2A3: Hallyu ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang