Jiyo berlari kecil menuju belakang kafetaria. Ia memandang rintik hujan diluar, merasa semangat merapatkan jaket merah mudahnya. Gadis itu berjalan di koridor belakang, tapi kemudian jadi terdiam sendiri.
Ah tempat ini.
Pertama kalinya ia bertemu si cowok hujan itu.
Jiyo memandangi pilar yang menempel di dinding, membuatnya berpikir sesaat. Ia kemudian melangkah, memutuskan mendekat. Gadis itu melongokkan kepala.
Benar saja. Hoshi berjongkok di sana sambil melamun memandangi hujan.
Hoshi melirik, lalu terloncat kaget sampai termundur membentur pelan dinding di belakangnya tiba-tiba saja gadis itu datang. Pipinya agak merona, merasa malu ketahuan melamun begini.
"Sett dah hidup lo berat amat sampe melamun disini?" canda Jiyo merasa prihatin.
Hoshi mengangkat alis, mendecih. Ia kemudian jadi berdiri, "mau manggil Goblin lagi?" tebaknya begitu saja.
Jiyo menyeringai lebar, membuat kedua mata bundarnya agak menyipit. "Mau poto sih upload ke instagram," katanya polos. "Jadi nyalain korek latarnya hujan gitu, hehe," ceritanya penuh riang.
Mata Hoshi berbinar, menatap gadis itu yang tersenyum lebar. Ia tersenyum samar, jadi mendekat dan bersender ke samping pilar dengan kedua tangan di saku celana, "otak lo emang butuh brainwash ya," ledeknya dengan mata lekat menatapi gadis ini.
Jiyo mencuatkan bibir kecil mendengar itu. Tapi kemudian tersadar, "lo mau nyebat lagi ya?" tanyanya menuduh.
"Hm. Kenapa?" jawab Hoshi tenang tanpa beban.
Membuat Jiyo melebarkan mata, "elo tuh ya," katanya menggeleng tak percaya. "Elo nggak kapok bolak balik kantor mulu?"
Hoshi mengangkat alis, tersenyum kecil. "Cie mulai perhatian," godanya membuat Jiyo langsung mendelik.
"Gue serius," kata Jiyo menghadap Hoshi seutuhnya, melipat kedua tangan depan dada. "Kalau emang ada masalah, buat apa lo punya temen kalau lo terus lari sendirian gini?"
Hoshi tersentak. Mata kecilnya melebar, menatap Jiyo tertegun.
"Elo nggak ngehargain Yena gitu? Atau temen-temen lo lain kayak Jeka atau siapalah. Apalagi Yena bilang akhir-akhir ini lo udah jarang main sama mereka. Elo kenapa sih? Jawab yang serius," kata Jiyo tak main-main.
"Sett dah gas amat," kata Hoshi mengalihkan pandangan, kembali memakai topeng tenangnya.
Jiyo jadi menghela nafas panjang. Mengerti cowok ini masih keras kepala tak mau berbagi. Ia kemudian jadi merogoh korek gas dari dalam kantong jaketnya. "Nih gue bawa korek," katanya membuat Hoshi menoleh. "Sekarang, elo yang ucap permohonan. Mumpung ujan nih, Dokkaebi pasti lagi nggak tidur."
Hoshi tenganga kecil, hilang kata selama beberapa saat. Walau berikutnya jadi terkekeh.
"Ck, bodo amat kayak anak kecil," kata Jiyo mengerti, merenggut kecil. "Anggap aja lagi liat bintang jatoh. Seenggaknya lo tau apa yang lo mau sekarang," ucapnya sambil memajukan diri, kemudian mulai menekan-nekan korek.
"Sekalian aja bakar rokok gua," ucap Hoshi melirik api kecil yang mulai dimajukan ke depannya.
"Lo mau mati!?" ancam Jiyo melotot dengan mata bundarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Hallyu ✔ ✔
Teen Fiction"Andai aja kisah cinta gue semanis drama Korea................" Kalau fangirl k-drama jatuh cinta bukannya mirip drama Korea yang ada dia malah bingung apa benar ini cinta beneran atau cuma baper efek dari drama yang dia tonton? Beda lagi dengan si...