"He."
Jiyo yang menopang pipi dan melamun memandangi buku di depannya melirik malas. Tak merespon saat Wondi kembali mencolek lengannya dengan pulpen.
"Tadi ada yang nyariin."
Jiyo menaikkan alis, tapi masih menopang pipi dengan malas. "Suruh ke Iwan aja, gue lagi slow respon."
Wondi mengernyit, mencoba mencerna ucapan itu. "Ck, bukan customer kayaknya."
"Siapa? Bams?" Jiyo menoleh malas, "tumben tu anak tau diri nyariin gue. Biasanya harus gue datangin ke kelas dulu baru dia mau bayar utang," katanya kini jadi mengomel.
"Bukan, ege," kata Wondi jadi gemas. "Gebetan lo."
Jiyo tersentak. Matanya kini membelalak membuat gadis itu jadi seperti ingin melahap Wondi bulat-bulat, "ha? Hoshi?"
"Hm," Wondi mengangguk begitu saja. Wondi mendesah dan merapatkan bibir, "kayaknya tadi... gue ngerasa tu cowok nggak suka sama gue. Kayak punya dendam. Kayaknya dia jealous."
"Kenapa?" Jiyo mengernyit, tak paham.
Wondi mengedikkan bahu, "tau tuh. Kenapa juga gue harus ngurusin lo sampai dia salah paham."
Jiyo mengumpat, menjambak sesaat rambut Wondi membuat Wondi merintih.
Jiyo mendengus, tapi lalu mengubah posisi jadi menghadap cowok itu. "Heran deh gue," katanya tiba-tiba memulai curhat membuat Wondi mendelik sinis. "Tadi Dika, sekarang elo. Jealousan banget sih jadi cowok. Belum juga jadi pacar," omel gadis itu menggerutu.
Wondi mengusap kepalanya yang ditarik rambutnya oleh Jiyo barusan. Diam saja membiarkan Jiyo mulai mengomel.
"Gue nggak suka aja gitu, Won. Emang gue cewek apaan sih kesannya ngasih harapan sana sini. Padahal udah jelas gue cuma deketnya sama dia. Tapi dia tuh nggak peka. Kalau ini drama Korea pasti udah bungkus sebelum tayang. Peran utama cowoknya nggak tau diri," kata gadis itu panjang lebar dengan sebal.
Wondi memandangi itu, tapi tak merespon banyak. "Eh, tentang drama Korea lo tau nggak tentang Goblin yang mau ditayangin versi Indo-"
"GUE NGGAK PEDULI!"
"Eh, ayam anjing!" Jevon latah di ujung meja, sementara para murid lain juga penjaga perpustakaan jadi menoleh terkejut.
"Jiyo Gabriellaaaaa," tegur Bu Ida membuat Jiyo segera mengatupkan bibir dan merunduk sambil menegakkan posisi duduk. "Ck, kalian nggak di kelas, nggak di perpustakaan ribut terus! Wondi, pindah tempat duduk!" katanya memerintah.
"Kok sa-" Wondi menipiskan bibir, jadi melengos pasrah. Cowok itu berdiri, masih sempat menoyor kepala Jiyo sebelum kemudian berganti tempat duduk dengan Juan.
Jiyo mendengus tak peduli. Tapi kemudian kembali menopang pipi bulatnya dan melamun lagi. Ia diam lama, melirik Bu Ida yang kembali merunduk pada buku. Gadis itu diam-diam merogoh hape di saku seragamnya. Gadis itu merunduk, membuka roomchat pemuda itu. Belum ada tanda-tanda balasan. Membuatnya menghela nafas berat.
Cih. Bodo amat. Jiyo tak mau peduli dan kesannya jadi mengejar. Terserah cowok itu mau apa. Nggak usah sok mencari Jiyo kalau chat saja belum dibalas.
Jiyo memajukan bibir bawah. Memang benar ya. Cowok drama Korea itu fana. Hanya delusi.
Selama ini Jiyo menunggu pemeran utama dramanya sendiri. Dan saat datang, ia sadar bahwa semua tak seindah drama Korea.
Hoshi tak sesigap dan sepeka oppa-oppa pemeran utama Drakor. Sekarang Jiyo berharap andai saja ada orang ketiga berupa CEO muda tampan yang baik hati dan selalu jadi superhero Jiyo. Dengan begitu Hoshi akan jadi gentle dan lebih agresif seperti apa yang dilakukan peram utama drama Korea.
Jiyo diam lama, merenung sendiri. Namun kemudian gadis itu malah tersenyum miris dengan tipis.
Tidak. Sekarang gadis itu tau yang ia inginkan hanya Hoshi Fajar. Bukan yang lain.
**
"He, bogel."
Hoshi menoleh malas pada gadis yang mencolek pundaknya. "Paan sih," jawabnya tak minat, melangkah tenang di koridor IPS. "Jauh jauh lo, kutu."
"Gue mau nanya!"
Hoshi memutar bola mata, berhenti dan menoleh. "Apapun pertanyaan lo... jawaban gue adalah no comment."
Gadis jangkung itu langsung mendecih, "lagak lo kayak artis aja," katanya sebal, lalu melipat kedua tangan di depan dada. "Kalau gitu... elo udah tau ya tentang gosipnya?"
Hoshi melengos, "apasih Joy? Mau lo apa?" tanyanya tanpa minat.
"Itu tuh, si Jiyo sama Dika," jawab Joy dengan gaya berbisik heboh. "Emang bener ya? Ih, Hosh. Kalau jadi elo mah gue udah damprat si Dika. Enak aja gebetan orang dibawa-bawa gitu, dih," kata Joy mengompori.
Hoshi menipiskan bibir, mendesah lelah. Ia memandang Joy, "hm. Lo nggak liat gue lagi mau ke IPS 1? Mau tubir," katanya menantang, kemudian dengan tenang beranjak membuat Joy membelalak dan segera mengekor mengikuti.
"Ck, ngapain ngikut!?" tanya Hoshi galak, sok melotot dengan mata kecilnya itu.
"Ih, mau nonton!" jawab Joy tanpa dosa, justru bersemangat.
Hoshi tenganga, menatap gadis itu tak percaya. Ia kemudian melengos, "Joy, gue mau nanya," katanya jadi serius membuat Joy mengernyit. "Elo tuh.... pasti susah dapat pacar ya?"
Joy mengumpat kasar, "APA MAKSUD LO BOGEL!?" tanyanya sudah ingin menjambak tapi Hoshi segera berkilah.
Hoshi mencibir, "He, mending lo nonton Strong Woman. Terus belajar dari emaknya Do Bong Soon cara memikat pria tampan dengan baik dan benar," ucapnya menggurui membuat Joy kini gantian tenganga.
Hoshi tanpa dosa malah memeletkan lidah meledek, lalu berbalik dan tertawa puas telah membuat Joy si kutu beras kini jadi benar-benar mati kutu.
Tapi matanya melebar ketika melihat seorang gadis cantik berdiri di pintu 11 IPS 1 sambil memerhatikan mereka.
"Misi, Rin. Mau lewat," kata Hoshi mengusir si ketua kelas itu.
Erin memandang ke arah Joy yang masih merenggut sebal, lalu memandang Hoshi. Gadis itu menggeleng kecil, "lo nonton Do Bong Soon juga? Ckckckck," katanya tak percaya.
"Kenapa?" tanya Hoshi tak peduli. "Bagus kok. Ada adegan penculikannya."
Mendengar itu, Erin jadi tertawa. "Gue ada tuh episodenya. Mau?"
Mata Hoshi melebar. Pemuda itu jadi tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit. Membuat Erin jadi kembali tertawa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Hallyu ✔ ✔
أدب المراهقين"Andai aja kisah cinta gue semanis drama Korea................" Kalau fangirl k-drama jatuh cinta bukannya mirip drama Korea yang ada dia malah bingung apa benar ini cinta beneran atau cuma baper efek dari drama yang dia tonton? Beda lagi dengan si...