Part 2 ( Jakarta.. Mengejar cita-cita)

8.2K 256 2
                                    

Esok harinya, akupun memesan tiket dari surabaya ke jakarta, dan perjalanan dengan kereta api lah jadi pilihan saya.

“ay, tanggal 19 pagi jemput di stasiun gambir ya, jam 06.30 pagi jadwalnya”

“sudah pesan tiket ya sayang? Aku usahakan ya, soalnya ini aku perjalanan pulang ke Makasar, Papa masuk rumah sakit. Aku ambil cuti sampai minggu”

“papa sakit apa ay?”

“doakan papa tidak apa-apa ya, jadi sabtu aku bisa kembali ke jakarta, minggu bisa jemput kamu”

“makasih banyak sayang”

Maven, lelaki yang sederhana, penampilan maskulin, rapi dan sangat menghormati wanita, seorang anggota TNI AU berpangkat Sertu. Kali pertama kenal pun, Maven sama sekali tidak mengakui dia anggota, hanya bilang kerja di KEMENLU, cuma PNS biasa. Dan ketika perkenalan dan keakraban kami sudah sebulan lamanya, iseng aku meminta akun facebooknya, dan aku menemukan foto dia berpakaian dinas TNI AU.

“Mas TNI ya?” tanyaku waktu itu

“enggak lho dek, mas pegawai biasa.”elaknya

“itu di fb mas, ada mas pakai baju TNI AU”

“hahahaha.. itu pinjam kawan dek, iseng saja mas foto”

“kan bohong, namanya aja nam mas, masa pinjem bisa pas namanya?”

“ oke mas ngaku, iya mas TNI, Adek mau tau alasan mas tidak bilang ke adek tentang pekerjaan mas? Karena mas ingin mengukur seberapa tulus adek mau berteman dan mau selalu mengisi hidup mas. Kebanyakan wanita suka dan mau sama mas karena seragam mas, pangkat mas, karena mas TNI, coba mas pegawai biasa, mana mau mereka. Tapi adek beda, adek tulus selama ini. Itulah yang membuat mas jatuh hati sama adek, membuat mas nyaman.”

“ mas jahat, mas bohong!!”

Lantas aku tutup telponnya, cemberut, menggerutu, kenapa dia membohongiku. Lelaki aneh.

“ping!!”

“sayang maafin mas ya, mas cuma ingin kamu mencintai mas tanpa memandang status dan pekerjaan mas.”

“kalau sudah maafin mas, balas ya. Emuach”

Dan ketika pesan itu masuk, sayapun sudah lelap tertidur.

Minggu, 19 Agustus 2012

STASIUN Kereta Api Gambir

“huftt…”

Menunggu itu bosan, kemana sih Maven ini. Sudah jam 07.00 pun belum juga bisa d hubungi, berkali-kali bbm dan telpon.

“sudah lama menunggu manis?”

Tersentak aq dari duduk dan menoleh ke belakang.

“astagfirullah, kenapa bikin kaget sih, selalu deh”

Sambil tertawa diapun bicara

“sengaja aku silent hp, biar cemas nunggu pangerannya jemput, padahal sudah 15 menit yang lalu aku perhatikan adek dari sana, hahahahaha”

“ ih, nyebelin, takut lah disini sendiri, mana hp lowbat juga”

“ ayo adek manis, kita jalan yuk” mengulurkan tangan, mengamit tanganku, seakan tak ingin melepasku.

Aroma parfum ini, aroma yang menenangkan, sikapnya, tingkahnya, sungguh membuatku jatuh cinta.

Di dalam mobil, aku lebih banyak diam dan menikmati jakarta pagi tanpa macet.

“kok ada bau asem ya, apa nih yang tumpah.”

“ihhh ngeledek.. hufttt, meski belum mandi tp adek sudah cuci muka, sikat gigi sama semprot parfum kok.”

“hahahahha,,,” tawanya begitu lepas. “becanda sayang”

Depok, 09.00

“sudah sampai ay, sebentar mas mau cek lokasi dimana, ayank di dalam dulu ya” sambil mencubit genit saat aku melamun lagi.

“eh iya ay, tapi jangan lama lama.”

“okay syank” kerling kecil dari sudut matanya

10 menit berlalu dan,

“ay, lokasi di dalam ay, besok tes jam 08.00 pagi. Banyak juga itu yang mau tes, pada ngumpul lihat info. Dan aku sudah bayar q kamar untuk 2 malam kedepan, karena tes dilaksanakan senin dan selasa kan, kalo ayank dari cijantung mungkin bakal telat ay, jadi disini saja dulu ya, bagaimana?”

“iya ay, tadinya aku mau tidur tempat om andi, tapi di tangerang, terus om andi juga lagi di luar kota,bakal ndak ada yang ngantarkan.”

“mas sudah booking 1 kamar kok ay, di lantai 1, sebelah kamar kamu kelihatannya juga sudah terisi. Jangan takut ya sayank”

“okay.”

10.00 kamipun cek in di wisma pusat bahasa UI, Lantas beberes, mengeluarkan semua perlengkapan, buku, alat tulis dan semua. Sementara Maven pun masih sibuk nonton tv sambil duduk di sudut kamar, menyaksikan kesibukan orang yang di sayangnya.

“mandi atuh ay, kamar ber-ac pun bau asem bener ini.”

“ih ngeledek terus ya,,,” ku cubit pinggangya pelan, lantas dia menarikku hingga jatuh kepangkuannya. Dag dig dug, rasa yang sungguh aneh, selama ini aku hanya merasa nyaman bersamanya, kamipun belum resmi memiliki hubungan, dan tetiba bibir mungilny menyentuh bibirku. “ya tuhan, mungkin pipi ini memerah, menahan malu dan bahagia.

“maaf ay” akupun menghindar, takut terjadi yang lebih dari ini.

“sayank, maafin mas ya, mas tidak ada maksud lebih, maafin mas.” sesalnya

“no problem ay, it’s okay.” senyumku sambil memegang erat tangannya, tanda aku sudah memaafkannya.

12.00 setelah siap semua, selesai shalat dzuhur. Maven yang sedari tadi melamun di balkon kamar, memandang danau dan jembatan cinta yang terkenal di UI, entah apa yang mengganggu pikirannya, entah apa yang membuatnya ragu.

“ay, aku laper, bisa temenin makan di luar gak, dari pagi kan belum terisi bensinnya.” rintihku sambil nyengir nyengir, pura pura kelaparan.

“eh iya sayank, ayo jalan sekalian, aku ada sesuatu yang ingin aku belikan untukmu”

“cie,, genit”

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang