Extra Part

7.9K 223 13
                                    

Butuh waktu sehari untuk aku mencintainya, namun butuh waktu berbulan-bulan untuk melupakannya. Tak semudah itu memang, semua tentangnya aku rindukan, semua tentangnya selalu membuatku terluka. Dulu dialah lelaki yang paling bisa membuatku nyaman, membuatku bahagia. Namun kini, satu ruang di hati kosong, hampa tanpa kehadirannya lagi.

Hari ini tepat 3 bulan kami berpisah, dan selama 3 bulan saya begitu tersiksa, tidak enak makan, tidak enak tidur. Mungkin inilah yang dinamakan patah hati dan kehilangan. Bahkan dulu saat kehilangan Kristiyanto pun, aku tak sesakit ini. 3 bulan ini, mungkin hari terberat dalam hidupku, menjalani hari seperti tanpa gairah. Bahkan kehadiran, perhatian bang Hendry pun tak pernah berarti apa-apa.

Aku merasa sangat bodoh, merasa bersalah jika selama ini hanya berpura-pura menerima Bang Hendry, sedang hatiku tak pernah merindu Bang Hendry, tak pernah tergetar saat mendengar suaranya.

Aku sengaja mengganti semua nomer telpon, non aktifkan akun ig dan facebook. Menutup akses untuk mas Maven, semua aku lakukan untuk melupakannya meski berat. Bahkan seminggu setelah kejadian itu, sebelum aku mengganti nomer telpon, mas Maven masih berusaha menghubungiku.

Tiba-tiba mendengar suara paraunya, mendengar suara tak sama seperti dulu (suara lemah dan sakitnya) dan saat dia mengatakan rindu, seketika pertahananku runtuh. Aku juga masih sangat mengharapkannya, merindunya sangat. Inilah kegilaanku saat jatuh hati padanya, seribu pesonanya tak terhapuskan dengan berjuta kebohongannya.

"Dek, abang boleh bertanya sesuatu?"
"Iya bang, silahkan"
"Jujur ya jawabnya, apa adek sudah bisa mencintai abang?"
Aku hanya tertunduk, aku tak bisa menjawab pertanyaan abang saat itu.
"Dek, abangpun sama, abang belum bisa seutuhnya mencintaimu, tapi abang berjanji akan selalu ada untuk adek, menjaga adek, membuat adek bahagia. Boleh abang minta sesuatu?"
Aku hanya mampu menatap manik mata bang Hendry yang meneduhkan. Tanpa menjawab semua pertanyaan abang.
"Boleh abang minta kita sama-sama belajar, jika 6 bulan kedepan adek maupun abang sudah bisa menerima dan menumbuhkan bibit cinta itu, bisakah kita menikah? Abang janji jika bibit cinta sudah mulai tumbuh, abang akan merawat, memupuk dan menyiraminya setiap saat hingga cinta itu tumbuh besar."
"Bang,, maafkan adek."
"Iya sayang, kita sama-sama berusaha ya, adek harus janji belajarlah mencintai abang, belajarlah menerima abang sepenuh hati."
Senyumnya, tatapan teduhnya begitu menyejukkan, aku melihat kesungguhannya, dan akupun berjanji pada hatiku, sebelum 6 bulan aku akan mencintai bang Hendry.

Hari berganti, bulan berlalu, banyak kejutan yang Abang berikan padaku, seperti hari ini.

"Yah, sudah jam 4, pulang yuk yah.."
"Bentar mbak, Ayah masih mau ngecek laporan untuk rapat besok, mbak tunggu di bawah aja, paling 30 menit lagi selesai."
"Siap Yah."
Dan akupun turun ke bawah, menunggu Ayah di mobil saja mungkin lebih baik. Dan tiba-tiba
"Sore cantiknya Abang..."
Dan sontak aku menoleh kebelakang. Kehadiran Bang Hendry tiba-tiba di jok belakang dan menyerahkan sebuket mawar putih.
"Abangg....." akupun tak kuasa menahan bahagia, setelah sebulan LDR Surabaya- Bandung, dan aku mulai terbiasa menerima perhatian, rayuan dan semua tentang bang Hendry.
"Eitsss jangan peluk-peluk atuh neng, malu di lihat orang."
"Retha rindu abang, abang lama gak ke rumah sih."
"Rindu tanda sayang lho. Jadi retha sudah sayang abang nih?, hehehehe."
Akupun hanya tersipu malu, memang benar, sebulan ini aku sudah menyadarinya, aku sayang bang Hendry, aku merindunya tiap saat.
"Abang kapan sampai, kok bisa di sini?"
"Sejam lalu deh, minta bukain mobil sama Ayah, terus nungguin adek datang, kata Ayah abang cuma punya waktu 30 menit untuk berdua-an, karena abis itu kita akan bertiga pulang ke rumah kan?"

Kami melewati hari dengan bahagia, sikap santun bang Hendry, dewasanya membuatku kagum, dan aku mulai bahagia dengan kehadiran abang. Semua tentang mas Maven pelan-pelan terkikis. Ruang kosong di hati telah terisi cinta dan perhatian baru, tanpa menyingkirkan satu nama yang hingga saat ini diam-diam masih aku rindukan. 3 bulan bang Hendry mampu mengubah hidupku, yang tadinya gelap menjadi lebih berwarna, 3 bulan mampu menjungkir balikkan hidupku, kerinduaan LDR, kekhawatiran saat ponsel bang Hendry susah di hubungi. Ya aku sudah jatuh hati, aku jatuh cinta. 3 bulan kami sering saling mengunjungi, bahkan Ayah dan Mamah serta adek bungsuku sering ikut ketika aku mengunjungi bang Hendry di Bandung.

Pertemuan keluarga sudah kami laksanakan, bahkan 3 bulan kedepan, bang Hendry berencana membawa keluarga besarnya bersilaturahmi ke Surabaya, melamar istilahnya. Karena saat itu aku sedang mengikuti seleksi pegawai tetap, dan Bang Hendry harus menunggu hingga pengangkatan pegawai tetap baru kami bisa melangsungkan pernikahan. Karena akan ada karantina selama 3 bulan sebelum pengangkatan, kan gak mungkin pengantin baru harus berpisah 3 bulan, hehehehe.

Aku jatuh cinta, aku bahagia bisa menjadi pilihan bang Hendry. Diantara banyak pilihan wanita di luar sana, akulah yang paking beruntung. Bahkan aku sering cemburu saat sosial media bang Hendry penuh commentar dan like dari wanita-wanita cantik, mapan, dan berpendidikan tinggi. Mustahil jika kami tak pernah bertengkar, dan itu hanya karena cemburu. Mungkin aku trauma, 2x dikhianati dan 2x gagal menikah, dan kali ini aku menjadi lebih posesif, karena aku takut kehilangan kenyamanan yang sudah bang Hendry berikan.

Lebaran 2013, menjadi moment bahagia kami, bang Hendry datang bersama keluarga besarnya, Aki, Nini, Uwak, Bibi, dan semua sepupu ikut ke Surabaya. Bahkan kami sampai menyewa tenda untuk menampung tamu keluarga besar Bang Hendry. Tampak rona bahagia di wajah Ayah dan Papa Wid, Mamah dan Mama Astri. Dan aku sangat bersyukur karena hubunhan kami membuat semua bahagia, membuat persahabatan Ayah dan Papa Wid terikat kuat. Kami hanya mengikuti adat, mengikuti aturan dan perhitungan keluarga. Keluarga bang Hendry begitu hangat, semua menerimaku dengan baik, bahkan Aki dan Nini meminta kami segera menikah, agar Aki dan Nini memiliki cicit secepatnya..

"Bang, terimakasih ya, Retha bahagia."
"Iya sayank, abang berjanji setelah ini dan nanti hingga ajal menjemput, abang akan membahagiakan adek."
Aku bersandar di bahu bang Hendry malam itu, setiba kami di Hotel tempat keluarga Bang Hendry beristirahat.
"Habis ini kita LDR lama ya dek, jaga kesehatan, jaga diri baik-baik. 3 bulan lagi abang jemput adek untuk kita menghadap komandan mengurus pernikahan kita."
"Iya bang, abang jangan nakal, jangan selingkuh, jaga kesehatan juga. Retha sayang abang."
"Pasti itu. Abang juga sayang Retha." Sembari mengelus rambutku pelan. Dan aku nyaman dengan semua.

************************
Alhamdulillah bisa kasih extra part tentang retha dan bang hendry. Lanjut di cerita "Cintaku bukan milik suamiku" ya... 😊😊😊 pindah lapak kita...

Happy reading 😊😊😊

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang