Jakarta pagi ini dingin karena hujan , sedingin hatiku setelah semalam aku merenung kembali, mencoba meyakinkan hati apakah aku masih mencintai nya atau tidak. Semalam setelah rapat usai, pukul 21.00 kembali Bang Hendry dan Mas Nur datang, mereka mengajakku pergi ke suatu tempat. Dan seperti dugaanku, mereka membawaku ke rumah Maven, rumah yang dulu pernah aku tempati juga beberapa hari, rumah yang memiliki banyak kenangan bersamanya, dan kali ini aku dikejutkan oleh sesuatu.
Flash back.
"Abang mau ajak aku kemana sih? Buru-buru sekali bang, aku belum ganti baju gini."
"Wis manut wae, mengko lak weruh dewe nduk" (sudah nurut saja, nanti juga kamu tau sendiri dek)
"Hmmm, lagian udah malem bang, mau kemana sih?? Sebel deh, aku kan gerah pakai baju ini dari pagi." Gerutuku
"Jakarta jam 9 malam masih sore dek, apalagi malam sabtu, lihat aja jalanan masih macet kan? Orang baru pulang kerja ini."
Aku hanya manggut-manggut mengiya-kan. Kulihat juga disebelah Bang Hendry, Mas Nur sedang asyik chating entah dengan siapa.Tiba2, masuk lah mobil Bang Hendry di kawasan perumahan, dan meski sudah malam aku masih mengingat jelas dimana kami sekarang, tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat, bahkan estafet mungkin, keringat dingin mulai membasahi tubuhku meski ac di mobil Bang Hendry distel sedingin mungkin.
"Bang, kita mau ke rumah mas Maven ya?" Tanyaku terbata dan bergetar.
"Iyo nduk, ora usah namu bengi-bengi, cukup ngawasi teko mobil wae. Mungkin iso gawe atimu yakin, maju opo mundur." (Iya dek, kita tidak perlu bertamu malam gini, cukup memgawasi apa yang terjadi dari dalam sini. Mungkin bisa membuat hatimu yakin untuk menentukan maju atau mundur.)Aku hanya terdiam, tubuhku menegang ketika kami melewati rumahnya, pintu terbuka dan aku melihat sosok anak lelaki sedang bermain di ruang tamu nya. Sempat fikiranku berkelana, menerka, apakah Arya saat ini sudah tinggal dengan mas Maven?? Apakah mereka bertiga sudah kembali dan tinggal bersama, kulihat memang rumah ini lebih hidup (karena dulu yang menempati lelaki semua, jadi lebih terlihat suram dan tak terawat)
"Dek, kamu gak apa-apa kan? Masih mau kan nunggu 1/2 - 1 jam lagi disini, abang berharap hari ini kamu menemukan jawabannya, fakta jika kami tidak mengada-ada."
Aku terdiam, mematung, dan hanya mampu mengamati rumah mereka dari sini. Mobil kami sengaja parkir di depan rumah tetangganya.20 menit berlalu, ketika jam menunjukkan pukul 22.00 wib. Tiba-tiba aku melihat sosok wanita berjilbab, mengenakan baju rumahnya, menggendong anak kecil dan terlihat Mas Maven di belakang mereka berjalan keluar, tampak wanita tersebut mencium tangan suaminya, dan suaminya keluar rumah mengendarai mobilnya. Air mata ku tak terbendung, aku hakin, bahkan sangat yakin jika wanita itu istri mas Maven, dan mereka sudah tinggal bersama lagi, sejak kapan??? Mengapa aku bodoh, bukankah aku di Surabaya dan dia disini, yang pastinya bebas melakukan apapun dan berbohong padaku. Mengapa sesakit ini mencintaimu mas?? Mengapa sebodoh ini aku menginginkanmu.
"Nduk, retha.." panggilan Mas Nur menyadarkanku.
"Inggih mas..." (iya mas)
"Sabar, ikhlas, mungkin emang Maven ora jodohmu. Iki iso gawe pertimbangan nduk." (Sabar, ikhlas, mungkin memang Maven bukan jodohmu, dan ini semoga bisa menjadi pertimbangan)Dan aku menerima hp juga fotocoppy berkas dari mahkamah militer, aku membuka berkas tersebut, membaca dengan seksama. Disana dituliskan Dengan pertimbangan masa depan anak, pelapor dan terlapor menyetujui untuk rujuk dan memperbaiki rumah tangganya. Terlebih saat ini psikologi anak sedang tidak bagus karena perpisahan orang tua.
Akupun terisak sakit, bahuku tergetar hebat, aku lemas dan meluruhkan badan tak percaya, surat keputusan ini tertanggal bulan Januari 2013, jadi setelah kami tunangan mereka rujuk. Ya Allah betapa jahatnya dia. Dengan tangan tergetar akupun membuka foto yang ditunjukkan Mas Nur di hp nya. Tampak Arya di rawat di RS karena sakit dan disana Mas Maven terlihat menangis. Beberapa foto di tempat yang berbeda-beda, dengan keadaan Arya yang pucat dan lemas, aku yakin inilah alasan mereka rujuk.
"Mas, dapat foto ini darimana? Bukankah mas baru kembali ke Jakarta bulan kemarin?"
"Mas mu iki intel, mas mu nyoba PDKT karo mantan gebetan e Maven, golek info, malah arek iku rugi okeh nduk, sampe arek iku mata-matai Maven." (Kakakmu iini kan intel, kakak mencoba mendekati mantan gebetan Maven, cari info dan kenyataannya gadis itu banyak rugi selama sama Maven, saat Maven mutusin gadis itu, dia tidak terima dan memata-mata i Maven.)
"Jadi selama LDR, Dia selingkuh juga ya Mas?"
"Itulah dek, Abang sudah lama tau tentang Maven, dia memang manis, terkenal banyak yang suka, bahkan Kowad di kantor pun ada yang suka dia."Deg..
Memang tidak ku pungkiri, kharisma Mas Maven memang beda, dia terlihat begitu supel, dewasa, penyayang dan manis."Abang harap kamu bisa berfikir waras dan sehat ya dek, bukan karena Abang minta kamu menerima perjodohan kita, tapi abanb sayang adek, abang tidak mau adek dibohongi terus-terusan, jika memang adek tidak jadi menikahpun dengan Abang, setidaknya Abang harus pastikan adek dapat pendamping yang baik."
Mendengar penuturan Bang Hendry aku jadi merasa bersalah, dan bersyukur, masih ada lelaki yang baik dan perhatian seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mencintai Suamimu
RomantizmAretha, gadis berusia 23 tahun yang sedang patah hati (tepatnya gagal menikah dengan tunangannya, karena tunangannya berselingkuh) 3 bulan sebelum pernikahan, lelaki yang 2 tahun bersamanya tega menduakan bahkan hanya memanfaatkan Aretha yang saat i...