Tertipu (2)

3.1K 166 4
                                    

Hari ini fikiranku kacau, aku tidak bisa menahan air mata, sesekali aki menyeka nya di sela rapat direksi kali ini. Namun aku masih ingat nasihat orang-orang yang menyayangiku,

Apapun yang terjadi, yang menyakitimu, jangan jadikan beban, jangan jadikan keterpurukan, jadikan semangat. Masa depan tetap berjalan, dan kamu tidak perlu tenggelam dalam masalah yang nantinya akan menghancurkan masa depan dan impianmu. Jika hatimu saat ini hancur sehancur-hancurnya, percayalah dengan kekuatanmu, semangatmu, kamu akan tetap mampu menyatukan puing-puing itu.

Ya, masa depan akan tetap berjalan, masa depan akan tetap kuraih. 2 tahun lalu aku kehilangan masa depan (pekerjaan) hanya karena aku tenggelam dalam keterpurukan, hanya karena aku malu karena gagal menikah. Namun kini, tidak ada lagi yang akan menghalangiku meraih masa depan lebih baik dalam karir ku, hari ini penentuan apakah aku pantas dan layak menjadi bagian dari perusahaan ini. Biarlah sakit ini aku rasakan sendiri, biarlah perih ini aku nikmati. Karena tidak ada yang lebih menyakitkan daripada terhianati dan dibohonhi setahun ini. Ketika sebuah kepercayaan di hancurkan, maka cintapun tak akan memaafkan. Namun entah mengapa, semakin hati ingin membenci, mengenyahkan dia dari hidup, semakin terus ingin mencintainya. Ah aku bodoh, aku sudah gila, untuk apa juga bertahan jika setiap hari kita hidup dalam kebohongan, kepalsuan.

Ting..
"Ay, nanti jam berapa selesai, mas jemput ya?"

Dan aku tidak berniat membuka pesannya, karena semakin sakit rasanya.
"Dek..."
"Ping!!"
"Ping!!"
"Ping!!
"Ayank kenapa cuma di read? Kamu masih sibuk?jangan lupa makan Ay"
"Oiya nanti dandan cantik ya, kita dinner bertiga ya."
"Gakpapa kan Ay?"
"Arya pasti seneng ketemu mama nya."
"Ay..."
"See you soon"
"Miss you"
"Kiss and hug"

Dari sederet pesan yang masuk di blackberry messanger ku, tak satupun ingin aku membalasnya, masih terasa sakit karena tahu kenyataan sebenarnya.

17.00 Wib, Rapat di lanjutkan setelah maghrib, dan sekarang aku dan Ayah sedang beristirahat di kamar. Mengamati keramaian kota dari baklon kamar, tiba-tiba Ayah menghampiri dan memberikan teh hangat.

"Yang sudah berlalu di ikhlasin saja mbak, berbesar hati, legowo, lebih baik mbak tahu kenyataannya sekarang daripada nanti setelah menikah. Allah masih menyayangi mbak, makanya sekarang ini terbuka semua kebohongannya."

Aku hanya mampu terdiam, menyandarkan kepala di pundak Ayah, memang Ayahlah lelaki yg tidak pernah menyakiti anak wanita nya, Ayah yang akan membuat seorang anak wanitanya tenang dan nyaman ketika dalam keadaan yang paling terpuruk sekalipun. Ayah yang mengulurkan tangan agar seorang anak wanita yg sedang jatuh untuk segera bangkit. Ayah yang akan mengusap air mata dan menghadirkan senyuman ketika anak wanita nya tersakiti.

Kring, kring,,,
Tiba-tiba hp berdering

"Angkat saja mbak, tidak baik menghindar dari masalah, selesaikan jika memang harus diselesaikan, jangan berlarut-larut. Ingat masa depan mbak masih panjang di depan, tidak perlu lari, jadilah wanita hebat dan tangguh."
"Iya Yah, tapi untuk menyelesaikan bukan sekarang, mbak masih belum bisa"

Dan Ayah mengangguk, ketika aku pamit mengangkat telpon.

"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam, alhamdulillah akhirnya"
Hening sesaat..
"Ay, mas jemput sekarang ya?"
"Hmmmm, tidak perlu mas, besok aja kita ketemunya."
"Kenapa??" Suaranya mulai meninggi.
"Aku masih harus rapat lagi jm 18.30. Karena masih banyak yang harus di revisi. Maaf ya mas." Jawabku lesu
"Huftttt...." terdengar dia menghela nafas dalam
"Ya sudah besok jam 10 aku jemput ya, kan besok sudah free, kita bisa seharian pergi nya."
"Iya, sudah dulu ya mas, aku mau mandi, siap-siap shalat maghrib. Salam untuk Arya dan bundanya, bye"

Dan akupun menutup sambungan telpon di seberang, ada sesak menghimpit dadaku, ada sakit menghujam hatiku, dan air mata ini tak terbendung lagi, kepala ku terasa begitu berat. Tiba-tiba Ayah membawaku dalam pelukannya, mengelus rambutku.

"Nangis nya di tuntaskan mbak, mbak mau teriak juga boleh, jangan di tahan, lepaskan semua, Ayah disini, Ayah akan jaga mbak, Ayah tidak mau melihat mbak terpuruk lagi."

Kepalaku berputar dan berat, sejak semalam aku tak tidur, tak berhenti menangis, merutuki kebodohanku. Dan saat ini aku hanya ini tidur, memejamkan mata senyaman mungkin, berharap semua yang aku dengar semalam hanya mimpi, dan ketika aku terbangun semua akan baik-baik saja. Semua fakta, foto dan informasi dari orang-orang yang menyayangiku membuatku yakin, sebodoh ini aku mencintainya. Memori-memori selama setahun bersama, sikap, tingkah aneh dan kenyataan beberapa kali aku mendapati dia berselingkuh, semakin menguatkan bahwa memang akulah yang bodoh.

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang