KEJUTAN

3K 142 2
                                    

Sudah 2 minggu, namun hubungan kami makin hambar, tidak tau mau di bawa kemana. Dan selama 2 minggu ini aku hanya bisa menunggu informasi penting yang sedang diselidiki Mas Nur. Berharap akan ada informasi baik dan membuat kegundahan ini semakin menguap. Jujur aku gelisah, bimbang dan ragu, harus melanjutkan semua atau harus berhenti sampai disini. Di satu sisi hati, aku masih sangat mencintainya, bahkan sering mimpi-mimpi itu hanya tentang masa depan kami yang indah, tapi kadang meragu apakah memang dia yang terbaik untukku???

Hari ini aku merindunya, sangat merindunya,
LDR itu menyiksa bathin, ya aku yang tersiksa tapi tidak dengannya bukan? Selama setahun aku menjaga hati, hanya mencintainya, namun sekali aku mendapatinya menduakan dan menghianatiku. Ini resiko yang harus aku hadapi, resiko mencintai lelaki yang pernah gagal berumah tangga, karena akupun yakin kegagalannya bukan karena salah istri, bahkan peran suami sangat penting.

Dan tiba-tiba saja kabar baik datang, Ayah tiba-tiba menghampiri meja kerjaku,

"Mbak, besok ikut Ayah ke Jakarta 3 hari ya, ada rapat direksi disana."

"Lho kok mbak Yah, gak ajak pak Tikno aja, kan biasa pak Tikno yang setia nemenin Ayah kalo rapat kemana-mana?"

"Kalo sama pak Tikno, Ayah gak terbantu, kalo ada mbak nanti yang ngerjakan presentasi mbak aja, Ayah yg maju nanti, sekalian mbak belajar biar banyak kenal orang pusat, siapa tau bisa direkrut nanti."

"Ihhhh,,, simbiosis mutualisme dong Yah? Hehehehe" ujarku bahagia, ya aku bahagia tanpa mengeluarkan uang tabungan bisa ke jakarta lagi deh, hihihi. Seridaknya akomodasi dan transportasi di biayai kantor kan? Tinggal jalan-jalan saja yang merogoh tabungan pribadi, eh ada Ayah kok, minta aja sama Ayah deh biar tabungan tetap utuh, hihihi.

"Mbak ini kayak gak butuh aja ke Jakarta? Kan bisa sekalian ketemu mas nya lho. Nanti kita disana sampai minggu deh, biar mbak bisa pacaran sama masnya, kasihan kan yang sudah kangen." Goda Ayah sambil senyum-senyum gak jelas.

"Ih Ayahhhh,,, Btw thank Yah, nanti mbak siapkan semua bahan yang harus di bawa."
"Oke"

"Siap bos Ayah"

Mungkin aku harus menghubungi mas Maven, mengabarkan esok aku akan ke Jakarta lagi, siapa tau bisa curi-curi waktu buat kencan lah, setidaknya mengurangi rindu yang sudah menggunung ini.

"Ping!!!" (R) 11.25

1 menit, 2 menit hingga 3 jam bbm ku tidak di balasnya, bahkan sudah terbuka pun tak sedikitpun niat membalasnya. Arghhhh.... sepertinya aku memang banyak berharap kali ini, biar sajalah, biar menjadi kejutan saja untuk kedatanganku esok.

"Iya Ay, ada apa???" 19.35
Dan saat aku sedang sibuk menyiapkan semua untuk pergi esok hari, dia baru membalasnya. Ah, biar saja, biar dia menungguku seperti kekesalanku menunggunya sedari siang.

Hari ini, Jakarta 24 April 2013 12.30 wib

Jakarta siang ini panas, dan 2 jam kemudian kami baru sampai di penginapan tempat kami beristirahat. Ayah memberitahuku, nanti malam kami baru akan menyiapkan bahan rapat untuk esok hari, jadi aku putuskan untuk istirahat saja mrnunggu malam tiba.

Saat mata ini hampir terpejam, tiba-tiba
Kring,, kring...
081180xxxxx
Nomor siapa ini ya?? 😕

"Assalamu'alaikum, siapa ya?"
"Wa'alaikumsalam nduk, lagi opo kok lemes eram?"
"Astagfirullah, Mas Nur, kirain siapa siang-siang ganggu orang tidur aja."
"Hahahahaha"
Hening,,,,
"Nduk, paklik mau telpon ngabari nek sakiki ono jakarta yo?"
"Hehehehe nggih Mas, posisi di gambir ini mas."
"Oh, yo mengko bengi wae tak jemput yo, ono info penting."
Deg,
Seketika jantung berdegup kencang, badanpun melemas, info baik atau buruk kah ini?

"Nduk, tha.."
"Eh nggih mas, maaf"
"Ora usah mikir sing ora-ora, shalat istikharah, yakin yen iku jodohmu bakal dadi. Opo ae sing dadi keputusanmu mengko, mugo-mugo dadi sing apik kanggo mbesok."
"Nggih mas, jam berapa jemput mas? Soalnya Ayah mau ada ngajak nyiapin buat besok,"
"Jam 8 ae ya nduk, aku okeh kerjoan iki."
"Nggih mas, siap"
"Oke nduk, tak tinggal kerjo maneh yo, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam."

Dan mata ini tak bisa terpejam lagi, memikirkan yang tidak pernah ku ketahui, menebak-nebak apa itu yang akan disampaikan mas Nur??

Sudah memasuki waktu dzuhur, aku bergegas menunaikan kewajibanku, sekaligus meminta petunjuk pada NYA, dan hanya sujud lah tempat terbaik saat ini.

Tok tok tok...
Kudengar Ayah mengetuk pintu penghubung kamar kami.

"Iya Yah, bentar mbak baru selesai shalat."
Aku membuka pintu, kali ini Ayah sudah berdandan rapih,

"Mau kemana Yah?"
"Makan siang yuk mbak, sekalian Ayah mau ketemu teman Ayah di daerah Senayan"
"Oke Yah, tunggu mbak siap-siap dulu Yah."
"Ayah tunggu di lobi ya mbak, jangan lama-lama."
"Siap Ayah.."

Dan sekarang disinilah kami, di salah satu tempat makan di Plaza Senayan. Ternyata tujuan Ayah kemari bukan hanya bertemu teman lama, tapi Ayah berniat menjodohkan aku dengan putra tunggal teman lama Ayah.

"Iya ini anak pertamaku Wid, baru 5 bulan magang di kantor, sambil nyari kerjaan lagi katanya."
"Wah sudah gede aja mbak retha ini, padahal dulu kalau acara gethering kantor, pakdhe selalu gendong kamu lho. Dulu kurus banget yo Di."
"Iya, dulu susah makan nih anak, sejak SMA malah gendut sampai kuliah, eh kerja kurusan lagi."
"Ada masanya memang, yang penting sehat ya nduk"
Dan akupun hanya bisa tersenyum simpul, menunggui dua lelaki berusia setengah abad yang sedang melepas rindu, bercerita banyak tentang pekerjaan dan hobi nya. Dan aku jenuh disini.

"Ayah, mbak mau jalan-jalan bentar boleh, gak jauh-jauh kok, janji 30 menit aja."
"Iya sudah, Ayah tunggu disini ya mbak, awas nanti nyasar"
"Eh, aa Hendry belum sampai kok retha malah pergi, tunggu bentar ya, pakdhe sudah telpon katanya sudah deket."
"Iya pakdhe nanti kalo sudah datang, biar Ayah telpon aja. Etha mau beli sesuatu bentar pakdhe, pamit dulu Yah, pakdhe assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam." Jawab pakdhe dan Ayah bersamaan.

Entah mengapa aku ingin sekali turun ke bawah, melihat-lihat buku di toko bawah. Dan tanpa aku sadari, aku menangkap sosok bayangan seseorang yang aku rindukan, ya itu dia...

Sejenak aku ingin berlari, namun kakiku terpaku pada bumi, seperti de ja vu, seperti kejadian 2 tahun lalu, dengan lelaki berbeda, namun dengan kesedihan dan luka yang sama, dadaku menghangat, airmata mulai turun membasahi pipi. Entah salah mata ini atau salah takdir ini, mengapa aku harus melihatnya bersama seseorang wanita, berjilbab, anggun, namun aku tak bisa mengenali siapa wanita itu.

Takdir apalagi ini Tuhan, disaat aku ingin memeluknya karena rindu, malah aku harus melihatnya menggandeng wanita lain. Aku tak salah melihat, aku yakin itu dia, leleki yang setahun ini menguasai hati dan fikiranku. Kejutan yang harusnya aku berikan pada lelakiku, malah aku yang dikejutkan dengan kenyataan ini.

Tak habis fikir, apa yang dilakukannya disini, di jam pulang kantor, di tempat yang lumayan jauh dari rumahnya. Apakah selama ini dia membohongiku??

Dan aku memutuskan kembali ke tempat Ayah dan temannya berbincang-bincang. Sebelumnya harus kuhapus airmata ini, aku tidak mau menunjukkan kesedihanku di depan Ayah.

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang