Pertengkaran

4.9K 229 14
                                    

Dan hari ini 11 november 2013 kamipun bertunangan, kamipun merencanakan menikah di awal tahun depan.

Hari demi hari kami lewati, LDR pun kami jalani Jakarta-Surabaya. Kami memutuskan untuk menjalani hubungan LDR karena akan sangat membahayakan saat menjelang hari pernikahan kami jauh dari pengawasan orang tua. Entah mengapa kami jadi lebih sering bertengkar, hanya karena alasan aku tidak pernah ada waktu lagi untuk dia. Berat memang kami menjalaninya, hanya suara serta skype seminggu sekali. Jenuh, sangat jenuh dan akupun mulai enggan memikirkannya.

Sore itu..
Kring ,,, kring,,, 081××××××××× calling
“assalamu’alaikum”
“ay, aku mau ngomong serius.”
“iya, kenapa lagi mas, aku malas berantem lg, capek kiranya tiap hari kita bertengkar masalah sepele.”
Dengan suara beratnya
“kenapa akhir akhir ini kamu berbeda? Kenapa kamu selalu curiga, aku sudah bilang kalau aku bukan type tukang selingkuh. Kenapa juga kamu tiba tiba kirim pesan ke Agnes dan marah ke dia, apa salahnya? Tolong hargai aku, dia teman aku!” dengan tegas dia membela teman dunia maya-nya.
“wait wait… apa yg mas katakan tadi? Apa aku tidak salah dengar?”
“nggak dek, aku kecewa sama kamu, kamu terlalu posesif!”
“maaf sebelumnya jika sikapku ini salah, tapi apa aku salah saat aku merasa cemburu, tunangan aku di panggil (sayang) oleh wanita lain di dunia maya, bahkan dia juga bilang ke aku kalau minggu lalu kalian ke puncak bareng kan?”
“jangan mulai lagi dek, sejak kapan aku suka pergi dengan wanita lain selain calon istriku? Sejak kapan aku membohongimu? Bahkan kamu tiap saat bbm dan telfon kan?”
“bisa jadi mas bohong, bisa jadi mas bilang sedang di rumah tp nyatanya mas sedang dengan wanita lain.!” entah mengapa emosikupun memuncak dan aku mulai marah.
“tutup mulutmu dek, jangan mulai bicara sembarangan..!! Akupun tak pernah tau apa kau disana setia, mungkin saja kau juga sering keluar malam dengan laki-laki lain seperti saat itu.”
“terserah apa kata mas.”
Akupun menutup sambungan telepon. Menangis terisak mengutuk diri sendiri, mengapa semua harus terjadi saat pernikahan kami sudah dekat. Apa aku salah memilih, apa ini yang dinamakan karma? Kembali sesal menyelimuti bathinku, ada rasa bersalah yang sangat besar. Ya Rabb, ijinkan aku memantapkan hati.

Seminggu setelah pertengkaran hebat itu, maven sama sekali tidak pernah mau menghubungiku, bahkan saat aku mencoba menghubunginya lewat bbm maupun sms, tak satupun pesanku yang di balasnya.

Sore itu, entah karena galau atau apa, aku mencoba membuka sosial media facebook ku. Iseng iseng aku membuka beranda facebook Maven, dan ketakutanku terjadi, apa yg menjadi kegelisahanku selama ini terjadi juga. Sengaja wanita itu (agnes) menandai beberapa foto mereka berdua saat makan dan saat berada di kebun teh. Jujur saat itu aku merasa kalut, aku membenci semua ini, aku membenci takdirku. Aku membenci cinta yg tumbuh di hatiku.!!
Setiap hari aku hanya mengurung diri di kamar, murung, enggan pergi keluar, enggan makan dan hanya menangis.

Dua hari yang lalu, sebuah pesan bbm aku kirim ke kontak Maven.
“assalamu’alaikum, maaf sebelumnya mas, mungkin ini mengganggu mas, hanya saja aku ingin mas memberi keputusan final. Aku tau hubungan kita sudah tidak sehat, bahkan mungkin mas sudah nyaman dengan yang lain. Dan untuk rencana pernikahan ini, adek sudah menyerah, adek sudah ikhlas jika mas memilih dia. Maafkan aku, aku masih menyimpan hati ini selamanya untuk mas.” sent 19.40

“ 15 menit lg aku tlp, aku masih di jalan.”
Dan kembali saat mendengar suaranya, hati ini tersayat pilu, sakit, dan isak tangisku memecah keheningan suara sambungan telepon.
“maaf jika mas menyakitimu dek”
“bukan mas yg salah, dari awal aku yang salah mas. Mas, mungkin kita harus mengakhiri semua. Aku tidak ingin hubungan yg indah selalu di hiasi dengan kebohongan, pertengkaran dan air mata”
“jadi adek mau membatalkan rencana pernikahan kita?”
“mungkin kita belum berjodoh mas”
“tapi dek….” suara berat itu terdengar lagi, dan entah salah pendengaran atau bagaimanam yang pasti aku mendengar isak tangisnya.
“maafkan aku mas, mungkin ini karma. Dulu aku merebut mas dari keluarga kecil mas, mencintai mas yang sudah berkeluarga, dan bertahan dengan segala resikonya. Namun kini saat mas sudah sendiri dan kita sudah merencanakan hubungan yang lebih baik, karma itu datang. Wanita lain itulah merebut mas dari aku, mungkin rasa sakit ini tak seberapa, dengan apa yg mantan istri mas rasakan.” aku merasakan sesak di hati, bulir air mata menetes, meski aku berat mengikhlaskan semuanya.
“aku butuh waktu berfikir, yang pasti aku tak ingin hubungan ini berakhir ."

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang