(5)
Sore itu di taman kampus.
“dih masih saja ngambek, baikan yuk.. iya mas salah, sekarang adek mau hukum mas apa? Bujuknya
“gendong sampai kamar, hahahaha”
“oke lah, meski berat, akan mas lakukan demi kamu manis”
“ih jahatttt,,” sambil aku cubit pinggangnya.Perjalanan pulang ke rumah Maven,
“oiya mas, mas tinggal dengan siapa di rumah?”
“ ada junior, cuma dia sudah mas kasih tau kalau malam ini kamu tidur rumah mas, jadi dia mau ajak ceweknya untuk nemenin kamu tidur. Jadi nanti mas sm junior mas tidur di kamar belakang saja.”
“ih, kok jadi merepotkan ya, adek saja yang tidur belakang ya, jangan mas.”
“gpp sayang, soalnya ac cuma di kamar depan, jakarta panas sayang, jadi kasihan kamu, oiya jumat sore saja ya pindah ke kost barunya. Besok biar mas suruh junior mas cari kost yang cocok dulu.”
“gak merepotkan kah?”
“gak sayang, mas malah suka, ada yang masakin, ada yg bantu bersihin rumah. Hahahaha”
“ih curang,, iya deh, boleh”**********************♡♡************
Tiba di rumah mungil, type 40 mungkin, terdiri dari taman bersebelahan dengan garasi mobil, satu ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Benar benar mungil untuk lajang ya, kalau sudah berkeluarga susah kalau dapurnya sempit, soalnya aku type orang yang suka masak dan membuat cemilan di dapur.
“Welcome home ay.. maaf rumah lajang, berantakan.”
“rapi kok ay, bersih juga, siapa yang biasa beberes rumah?”
Sambil nyengir dan tertawa diapun mengakui
“biasa junior, namany andik, oiya ay, nanti sore pacar si andik kesini juga, jadi biar ada teman ngobrol ya.”
“oke”Malam menjelang, andik dan pacarnya pun tak kunjung datang. Sedang kami sudah menyiapkan makan malam, sudah beberes rumah dan kini kami menikmati tayangan televisi.
“ay,..”
“hmmmm…”
“kok junior ay sm pacarnya belum kesini?”
“sabar ya sayank, mungkin jemput pacarnya dulu mungkin, kan pacarnya kerja di PGC”
“oalah gitu ya..”
Kamipun kembali sibuk dengan hp masing-masing. Tiba-tiba hp nya berbunyi, cepat-cepat dia angkat telpon dan berlalu menuju teras rumah. Entah dari siapa, sepertinya dia tak ingin aku tahu apa yang sedang mereka bicarakan. “mungkin dari komandannya”bathinku dalam hati.
Tak beberapa lama setelah menutup telpon, diapun menghampiriku
“ay, maaf aku harus pergi sebentar, sebelum jam 10 malam aku sudah pulang, kamu berani kan di rumah sendiri? kalau takut nanti si andik aku telpon agar segera kesini, lagian sudah jam 7 malam pun, lama juga itu anak.”
“oh…. Ya sudah, aku gak apa apa di rumah sendiri kok, nanti smua pintu aku kunci rapat lah. Hati-hati ya sayank”Tidak ada kecurigaan saat itu, karena yang aku tahu, TNI itu sibuk, mereka sudah menandatangani kontrak seumur hidup dengan negara, jadi mereka milik negara, jangankan aku yang hanya pacar, orang tuapun tidak lagi berhak sepenuhnya atas diri nya (TNI).
Jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku mulai gelisah, khawatir, kemana dia?. Kuputuskan untuk mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamar, di kamar, mencoba memejamkan matapun susah, bbm Maven juga belum di buka, telponpun tak diangkat. Mungkin lagi sibuk,pikirku. Tak kusadari aku terlelap tidur di kamar, dan tiba-tiba hp pun berbunyi.
“halo..” suara beratku karena terbangun dari tidur.
“ay, bisa buka pintu rumah, aku di depan ay”
“oh,, ya ya ya” cuma itu jawabanku
Setelah masuk ke dalam rumah, sikap nya sudah aneh, seperti menyembunyikan sesuatu, tanpa menyapaku terburu-buru dia ke kamar mandi, mengganti pakaian, mencuci muka dan sikat gigi. Sepertinya dia tidak ingin sepulang dia pergi aku menemukan keganjilan, terutama saat aku memeluknya. Ya, aku mulai curiga, ada apakah ini? Tanyaku dalam hati.“ay, andik gak datang ya?”
“adek nunggu sampai jam 10 malam pun dia tidak datang, ya sudah adek masuk dan tidur”
“memang tu anak, tadi sih bbm mas, dia bilang gak enak ganggu kita, makanya dia tidur kost pacarnya saja”
“ihhh,,, ganggu apa juga, orang biasa aja kok.”
“oiya sayank, aku sudah lelah nih, ngantuk, aku tidur dulu ya di kamar belakang, kamu tidur saja di kamarku, kalau perlu kunci pintunya kalau takut mas nakal.”
“heem..” sambil memperhatikan punggungnya yang segera menghilang di balik pintu kamar belakang.Esok harinya, 06.00 pagi, Maven sudah siap berangkat dinas, akupun baru selesai membuat sarapan untuknya, kemudian bergegas mandi, ku dengar di depan Maven memanasi mobilnya. Diapun makan nasi goreng buatanku dengan lahap, kemudian menungguku keluar kamar mandi.
“ay, mas kerja dulu ya, kalau mau belanja ada di depan sana, pakai motorku saja, kunci ada di dekat tv, nanti kalau ada yang tanya, bilang kamu adek aku ya.” sambil mengecup keningku
“iya sayank, hati-hati”Dan kembali sepi, menikmati suasana rumah sendirian, cuci baju sudah, setrika sudah, masakpun sudah. Dan iseng aku beberes kamarnya. Menemukan foto anak laki-laki mirip dengan dia, lucu, imut, dan akupun bertanya-tanya, siapa anak ini? Mengapa mata dan hidungny mirip sekali? Ah, mungkin foto saudaranya, kembali kumasukkan bingkai foto itu ke dalam laci meja di sebelah tempat tidur. Tidak ada firasat jelek sedikitpun, karena aku percaya dia orang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mencintai Suamimu
RomanceAretha, gadis berusia 23 tahun yang sedang patah hati (tepatnya gagal menikah dengan tunangannya, karena tunangannya berselingkuh) 3 bulan sebelum pernikahan, lelaki yang 2 tahun bersamanya tega menduakan bahkan hanya memanfaatkan Aretha yang saat i...