Kenyataan Pahit

6.2K 234 1
                                    

(6)


Sore menjelang, akupun iseng membuka acount facebook, mengupload foto berdua dengannya beberapa hari ini, dan tiba-tiba ada permintaan pertemanan masuk. (Willi) siapa ya? Bathinku. Kemudian aku konfirmasi saja, setelah melihat album fotonya, dan teman facebooknya. Oh, teman dari mas Maven ya. Dan tiba-tiba ada pesan masuk.
-assalamu’alaikum, hai ade
~wa’alaikumsalam, iya dengan siapa ya”
-dengan wili nih, boleh tanya?
~boleh, tanya apa bang?
-kamu pacarnya maven? Sudah lama kenalnya?
~emmmm, cuma teman dekat bang, kenapa?
-kamu sudah kenal lama? Sudah tahu masa lalunya?
~maksud abang apa ya? Saya sudah kenal 3bulan ini, saya sudah mengenal banyak tentang dia bang.
-oh, terus kenapa adek masih mau pacaran sama dia?
~lho makin gak jelas ya, maksud abang apa?
-kamu wanita dek, wanita baik-baik kalau abang lihat, jangan kamu sakiti keluarganya dengan mempertahankan hubunganmu dengan maven, kamu bisa mendapat yang lebih baik, abang yakin. Kamu cantik, manis, punya masa depan, juga orang berpendidikan tinggi.
~sebentar bang, tolong jelaskan apa yang terjadi, apa maksud abang, jelaskan sejelas-jelasnya bang.
-kamu sudah tau kalau maven sudah berkeluarga?
Entah mimpi, atau salah dengar, bagai disambar petir di sore hari, tetiba pipi ini mulai hangat, entah harus sedih, marah atau seperti apa,yang pasti hati ini tak karuan.
~makasih bang sudah memberi tau saya.

Deru suara mobil memasuki pekarangan rumah. “ya Allah apa yang harus aku perbuat” lirihku dalam doa.
“sore sayank, dih sudah cantik saja”
“hmmmm”
Kemudia dia duduk di sampingku, mengelus rambut sebahuku, dan perasaan ini tak karuan, dan akhirnya air mata ini tumpah.
“kenapa sayank?”
“aku mau ke tanggerang saja, bisa antar aku ke halte busway terdekat?” rasa ini semakin berkecamuk di dada, kecewa, sakit hati, merasa dibohongi dan membenci dia.
Kejanggalan demi kejanggalan, dia yang tiba-tiba pergi hingga larut malam, menerima telepon menjauh dari sisiku, foto anak kecil yang lucu di kamarnya, foto dia dan anak kecil itu di laci meja kerjanya. Lantas kenapa aku bodoh, harusnya aku sadar, usia yang terpaut 4 tahun, laki-laki berpangkat, rupawan, memiliki segalanya, apa mungkin belum berkeluarga, apa aku yang bodoh tak pernah menyadarinya, menutup mata untuk kemungkinan itu. Ya Allah, lepaskan aku dari rasa ini..

“ay, maksudnya apa? Kamu tidak tahan tinggal di rumah ini? Apa ada yang mengganggumu selama aku di kantor?
Aku hanya menggelengkan kepala, dan airmata ini terus menghangat di pipi.
Aku memberanikan diri, mengumpulkan segala kekuatan hati.
“boleh aku bertanya sesuatu?”
“iya boleh sayank”
“status mas itu kayak gimana? Apa mas sudah memiliki pacar, tunangan, atau mungkin istri dan keluarga?”
“mas gak ngerti maksud adek, tolong jelaskan!”
“tadi ada orang yang memberitahu adek, kalau ternyata, mas yang adek banggakan, yang adek sayang, yang adek percaya menyimpan segudang kebohongan, mas sudah menikan dan memiliki anak kan? kenapa mas bohong sama adek? Kenapa mas tega menghancurkan rasa percaya dan sayangnya adek ke mas?” tangisku pecah di sore yang diselimuti mendung hitam pekat. Sepertinya langitpun ikut bergemuruh marah, cuacapun mengerti hati yang telah terlukai dan pasrah.

“oke, mas akan menjelaskan semua. Dek, mas akui mas berbohong tentang status mas, mas sudah memiliki 1 orang anak laki-laki, tapi hubungan mas dengan dia sudah tidak baik, setahun ini kami pisah rumah, dia di ruman orang tua, dan mas tetap di rumah ini.


Dia juga menghancurkan kepercayaan mas, dia hamil dengan lelaki lain saat mas dinas ke Ausy setahun yang lalu. Awalnya juga mas tidak menyangka kalau itu bukan anak mas, 2 bulan mas di Ausy, sepulang dari sana, dia sering muntah di pagi hari, tahu gejala kehamilan, mas bahagia saat itu, mas memanjakan dia seperti saat hamil Arya, tapi kebahagiaan mas seketika musnah saat dokter menyatakan usia kehamilannya 6 minggu, yang artinya 1,5 bulan. Sedang saat itu mas dinas di luar, tidak pernah tidur dengannya. Bagaimana mungkin itu anak mas?”
Masih dengan terisak, dia memelukku dalam dekapannya, menumpahkan segala kekesalannya.
“kemudian mas mendesak agar wanita jalang itu mengakui semua. Akhirnya dia mengakui bahwa anak itu bukan anak mas, anak itu anak dari pacar gelapnya. Disitulah serasa dunia mas hancur, wanita yang dulu mas tutupi aibnya, mas nikahi demi status anaknya, ternyata tetap menjadi wanita murahan. Seketika itu mas menalak 3, dan mas sudah mengajukan gugatan cerai. Untuk saat ini berkas kasus baru ditindaklanjuti, kami sudah berpisah rumah, secara agama dia bukan lagi istri mas, namjn Arya tetap anak mas. Sekarang, mas cuma ingin bertanya, seandainya kamu yang nantinya menjadi istri mas, apa mau menerima Arya sebagai anak adek juga?”
“maksud mas?”
“mas serius sama adek, mas ingin adek menjadi masa depan mas.”
“apa yang menjadi alasan mas memilih adek?”
“sejak pertama mengenal adek, mas melihat ada yang berbeda, adek dewasa, sabar, bukan wanita keganjenan dengan lelaki lain, bahkan saat kamu menceritakan tentang pengkhianatan si br*****k itu, adek terlihat ikhlas, tulus meski dia menyakitimu. Di jaman sekarang, jarang mas temui wanita sepertimu. Lantas mau kan adek mengenal keluarga mas, menjadi bagian dari hidup mas?”
“aku belum bisa jawab mas, aku butuh waktu.”
Senyumnya, pelukannya, dekapannya menenangkanku. Allah, yakinkan aku ini jodoh yang engkau kirim padaku.

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang