Kejujuran yang Menyakitkan

4.1K 164 10
                                    

Hari ini Sabtu, dan aku memutuskan untuk pergi bersama mas Maven, menegaskan hubungan yang tidak sehat ini, bahkan mungkin hari ini hari terakhir kami. Mungkin aku terlalu naif, aku masih sangat mencintainya, meski berkali-kali dia menyakitiku, bahkan hati kecilku pun setuju jika aku harus menjadi yang kedua dalam rumah tangga nya. Anggap aku bodoh, aku hanya takut kehilangan semua perhatiannya, kehilangan semua kenyamanan ini yang entah dengan siapa lagi harus aku dapatkan. Waktu 1 tahun bahkan mampu membuatku segila ini, senaif ini untuk enggan beranjak dari sampingnya.

Aku berdandan secantik mungkin, aku sengaja menggunakan hijab kali ini, bukan karena aku iri pada istrinya, namun lebih pada aku yang sudah mendapat keyakinan dan hidayah, dan ingin perpisahan ini menjadi kesan yang indah untuk kami. Dahulu pernah sekali dia berucap,,
"Dek,, kamu manis banget sih, mas suka deh sama senyumanmu, tapiii..."
"Tapi apa mas???"
" Mas lebih suka kamu berhijab, kelihatan aura cantiknya lebih lebih lagi terpancarnya. Percaya deh sama mas."
"Aku juga sebenernya juga sudah pengen berhijab deh mas, cuma masih belum yakin."
"Iya sudah semoga segera dapat hidayahnya ya, biar Ayah tidak banyak-banyak menanggung dosa adek karena membuka aurat gini."
Jujur, aku seperti tersentil dan tertohok dengan semua nasihatnya. Aku memang belum sepenuhnya yakin merubah penampilan menjadi berhijab. Namun semalam setelah aku menyendiri, bersujud lebih lama, berjibaku dengan sesal dan doa-doaku, mulai hari ini aku yakin menggunakan hijabku, menyimpan semua baju-baju seksi ku. Membeli baru lagi dan benar-benar merubah penampilan.

Aku yakin dengan penampilan seperti ini, Tuhan tengah menghukumku. Aku mempermainkan bahkan belum yakin untuk menutup aurat ku, yang merupakan perintah Tuhan pada hamba-hamba muslimah-NYA. Dan semoga dengan penampilanku ini, niat lillahi ta'ala ini, Tuhan akan benar-benar memberiku takdir yang lebih indah. Amin

Tepat pukul 10.00 pagi, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
"Sebentarrr....."
Dan disinilah dia sekarang, berpenampilan menawan, masih dengan senyum termanisnya, wangi itu yang akan aku rindukan saat nanti kami berpisah.
"Pagi cantik, subhanallah cantiknya calon istri mas ini."
Dan aku hanya tersipu malu, pipi ini memerah tanpa permisi. Akupun terkejut saat dia hanya mencium puncak kepalaku, bukan seperti dulu yang sering kali mencium bibirku singkat.
"Ayo mas, pergi sekarang saja."
"Ayo, eh boleh gandeng tangan gak nih?"
Akupun mengangguk malu, niat hati ingin marah dan membenci dia, menumpahkan segala kesalku karena penghianatannya selama ini. Namun setelah bertemu, pasti hatiku meleleh seperti ini, aku hanya ingin memeluknya dan tak melepasnya. Mungkin inilah yang disebut otak, hati dan gerak sudah tak singkron lagi, hanya karena cinta setengah mati padanya.

"Ay, mas suka penampilanmu kali ini."
Aku hanya bisa diam dan tersipu. Kali ini kami sudah diperjalanan.
"Mas,, " diam diam aku ingin bertanya tapi dengan hati-hati, jujur aku masih takut terluka jika nanti aku mendapat jawaban yang menyakitkan.
"Mas, Arya mana? Gak jadi ikut?"
"Oiya mas lupa bilang, Arya lagi demam, tidak bisa ikut, gak apa-apa ya ay?
Akupun hanya mengangguk, menggigit bibir bawahku, terluka sangat, kenapa masih saja berbohong, jika sebenarnya kalian sudah rujuk dan tidak mungkin lagi kita pergi bersama bertiga.

Kami menghabiskan waktu ke bogor, berkuliner, jalan-jalan dan akhirnya jam 15.00 kamipun sampai disini. Beristirahat di Masjid Kuba Mas, mengenang masa pertama kali kami ngedate.
"Mas... aku mau bertanya satu hal, aku harap mas bisa jujur."
"Iya apa Ay.."
Dengan ragu akupun menanyakan ini, bersiap patah hati dan terluka.
"Kapan kita akan menikah? Sudah 5 bulan setelah pertunangan kita, namun belum ada tanda-tanda kepastian hubungan ini."
"Sabar Ay, bisa menunggu mas lagi gak? Ada hal yang tak bisa mas ceritakan pada adek, tapi mas sedang berjuang untuk itu."
Entah mengapa hatiku memanas. Untuk apa lagi menunggu jika dirimu sudah menjadi miliknya utuh kembali.??
"Boleh adek meminta mas jujur? Hubungan mas dengan Bunda nya Arya, seperti apa?"
Dan dia hanya terdiam, hening sesaat, aku tau dia tidak tau harus menjawab apa.

Tiba-tiba air mata ini jatuh tak tertahan. Aku tak bisa menahan lagi amarah dan sakit ini.
"Mas gak perlu menjawab lagi, adek sudah tau semuanya, demi apapun adek kecewa sama mas, mas berbohong pada adek, mas sudah rujuk, kalian sudah serumah lagi kan? Lantas untuk apa lagi hubungan ini, bukankah semua tak akan ada kepastian. Aku tak bisa lagi menunggu mas."
Nafasaku terasa sesak, dadaku terhimpit karena emosi yang tak tertahan. Air mata terlalu deras jatuh dan aku tak lagi bisa menahan emosiku, aku beranjak pergi karena melihat kebisuan nya.
"Dek, tunggu."
Dia menarik tanganku, menggapaiku, namun aku lebih ingin berontak.
Dan kali ini aku membiarkan dia memelukku, sesaat dan dia melepasnya.
"Kita bicara di mobil ya, mas tidak ingin kita menjadi pusat perhatian."
Ketidakberdayaanku, dan akupun mengikutinya.

"Maafin mas dek, mas tau mas akan sangat melukaimu dengan kenyataan ini, jujur hati mas berontak ketika keputusan mas tak lagi sejalan dengan hati mas."
Hening sejenak, bahkan akupun tak berniat angkat suara, karena aku takut emosi tak bisa kutahan lagi.
"Hanya demi Arya, mas memutuskan untuk kembali lagi. Arya beberapa kali masuk rumah sakit, kata dokter Arya terlalu merinduku, Arya korban keegoisanku, Arya korban kami selama ini. Arya pernah koma 3 hari, tekanan darahnya rendah, sering mengingau dan demam tinggi. Dia selalu menyebut namaku, mungkin dia sudah merasakan jika Ayah sama Bunda tak lagi bersama. Aku sakit melihat Arya seperti itu, sebenci apapun aku dengan Bunda nya, tapi aku tak bisa menghindari anakku sendiri. Bahkan pelan-pelan aku katakan pada Arya jika Ayah dan Bunda tak bisa bersama lagi, namun Arya terus menanyakan mengapa? lantas dia mengatakan Arya tidak mau Ayah Bunda berpisah."
Ada kesedihan, ada emosi tersirat di matanya, di suaranya. Aku sangat memahami itu, karena akupun sama. Secinta nya aku padanya, aku tak akan bisa melihat anak sekecil Arya menjadi korban, tersakiti dan jiwanya terguncang, terlalu kecil untuk Arya.

"Mas, aku harap semua ini sudah jelas, aku akan mengalah, aku akan pergi, aku tidak akan menjadi sosok yang nantinya dibenci Arya sebagai perebut Ayahnya. Terimakasih 1 tahun ini, terimakasih semua bahagia, nyaman dan indahnya saat kita bersama. Semoga ini yang terbaik." Akupun tertunduk dengan airmata yang tak henti menetes, bahuku berguncang hebat, ada sesak yang amat sangat, ada beban berat menimpa dadaku.

"Tidak dek, aku masih belum bisa kehilanganmu, maaf jika aku menyakitimu selalu, tapi tolong tunggu hingga aku berhasil meyakinkan Arya jika wanita yang Ayahnya cintai hanya Mama Etha. Please Ay, please.." dia menggengam tanganku erat, menarikku masuk dalam pekukannya, nyaman dan hangat itulah yang aku rasakan.

"Aku tak pernah bisa kehilanganmu, aku hanya ingin kamu wanita tangguh, wanita hebat dan berhati malaikat. Aku bahkan sudah memimpikan banyak hal jika kita bersama. Please tetap disini, aku akan berubah, aku berjanji, aku hanya ingin membuatmu bahagia, dan tidak menyakitimu lagi. Maafkan mas, maaf Ay, sebut aku egois, tapi inilah aku. Aku akan berjuang hingga akhir untuk mendapatkanmu."
"Tapi aku gak bisa mas...aku tidak sanggup menjadi yang kedua, aku gak bisa menyakiti hati Arya."

"Kamu satu, kamu yang pertama, kamu satu di hatiku."
"Tapi mas, aku sering melihatmu bersama yang lain tanpa aku, aku tak sanggup, seringnya tersakiti membuatku kuat, namun aku manusia, aku tidak sanggup lagi bertahan."
"Mereka hanya teman Ay, tak ada yang lebih berharga dan spesial dari mu. Mereka hanya pelarianku, sesaat bagiku."
"Please bersabarlah lagi sebentar saja Ay.. mas mohon."
Aku hanya terdiam, mencoba mencerna setiap kata, berjuang melawan bathin dan akalku yang tak pernah sejalan.

Tuhan menciptakan hati untuk mencintai, namun Tuhan tak pernah ingin kita mencintai orang yang salah. Cinta tak pernah salah, namun salah kita menentukan siapa yang pantas kita cintai.

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang