Iklan

2.4K 169 2
                                    

Udara panas yang menguar diudara membawa butiran pasir beterbangan, hinggap disebuah jendela besar berpatrikan kaca yang membentuk pola mozaik indah hexagonal berwarna biru dan hijau tua. Debu yang menempel pada celah kayu dan kaca tersebut seolah mengintip keadaan di dalam ruangan besar itu. Harum aroma terapi dari lilin yang dibakar memenuhi ruangan berwarna putih dengan perabot yang tertata rapi. Seorang gadis dengan surai hitam berombak panjang tengah menyisir pelan mahkotanya, ia memandang sambil tersenyum pada cermin berbingkai sepuhan perak yang seolah tengah memandangnya. Pintu kamar gadis itu terbuka dan masuklah beberapa wanita berabaya dan bercadar hitam, ditangan mereka terdapat beberapa kotak berwarna hijau dengan pita yang menghiasi di tiap tutup kotak tersebut. Hessa, nama gadis itu bangkit dari duduknya, meletakkan sisir yang sedari tadi dipegangnya dan menghampiri meja yang telah dipenuhi oleh kotak-kotak hijau tadi.

Setiap langkah yang ia kayuhkan terlihat anggun dengan ekor abaya panjang yang bergerak menembus udara disetiap pijakannya. Ia berjalan melewati pajangan bunga lily yang diletakkan dalam vas yang besar diatas sebuah meja kaca tinggi berwarna putih susu. Ia menggibaskan rambut hitamnya dengan cara yang sangat anggun, membawanya menutupi bahu kanannya dari depan dan rambut itu terurai indah melewati batas dadanya.

"Ini apa?" Tanyanya pelan, dahinya mengkerut. Ia tak sedikitpun menyentuh kotak-kotak itu,

"Tuan Rashid mengirimi anda hadiah, Nona." Ucap seorang pelayan yang bertubuh pendek dengan sopan. Mendengar nama Rashid, Hessa menjulurkan tangannya untuk mengambil sebuah kotak berukuran sedang dari atas meja. Kotak ini terasa sedikit berat, hingga Hessa harus menjulurkan kedua tangannya untuk meraih benda tersebut. Setelah meraihnya, ia berjalan pelan menuju kursi favoritnya yang telah beralaskan kain beludru lembut  warna merah diatas warna dasar kursi itu yang berwarna putih. Setelah duduk dengan nyaman  di kursinya, dengan pelan ia membuka kotak itu, Rashid tak pernah mengirimkan sesuatu untuknya, pria itu terlalu dingin bahkan hanya untuk sebuah sapaan. Namun sekarang, ia tengah memangku sebuah hadiah darinya. Mungkin Rashid tak sedingin itu padaku. Gumam Hessa sambil tersenyum.

Ia membuka pelan tutup kotak itu, semua orang dibuat penasaran karena Hessa sengaja membukanya dengan tempo yang teramat lambat.

"Slow Motion" Ucapnya jahil.

Sedikit demi sedikit tutup kotak itu terbuka, pelayan-pelayannya memasang wajah penasaran dengan  mata awas, berusaha menangkap apa yang majikannya dapatkan dari seorang mantan Putra Mahkota. Sebuah kertas putih menutupi isian dari kotak itu, ia menyingkapnya hati-hati dan sebuah benda berukuran sekepalan tangan tersingkap. Ia mengambilnya, benda itu terasa dingin dan sedikit basah, Hessa mengangkat benda itu dan menerawangnya di udara. Benda ini berbentuk wadah plastik bening yang didalamnya terdapat empat lapisan, lapisan pertama berwarna coklat muda karamel dan lapisan kedua berwarna seputih susu, lalu lapisan ke tiga berwarna sama dengan lapisan pertama dan lapisan keempatpun berwarna sama dengan lapisan kedua. Hessa mengerutkan wajahnya, memandangi pelayannya satu persatu berharap ada yang akan menjelaskan padanya, namun tak satupun dari mereka membuka suara dibalik cadar hitam yang mereka kenakan.

Hessa menilik kembali benda ditangannya, diatas lapisan keempat yang berwarna putih susu itu terdapat lapisan lain berwarna merah. Merah terang bagaikan batu ruby yang tengah ia kenakan kini di jarinya yang putih dan lentik. Benda itu memiliki sebuah tutup bening yang telah ditempeli sebuah stiker berbentuk bulat berwarna biru muda dengan gambar animasi seorang gadis yang tengah me gangkat kue di depan dadanya dengan senyuman lebar.

"Ini... makanan?" Hessa bertanya pada pelayannya namun masih dengan keadaan yang sama seperti tadi, mereka pun tidak menjawab pertanyaan Tuannya. Hessa membuka penutup benda tersebut, tiba-tiba harum semerbak buah strawberry menggelitik hidungnya yang mancung nan ramping itu.

"Ini harum" Endusnya dalam, ia sangat suka strawberry terutama wangi  yang dapat ia cium dipagi hari begini. Ia menghela nafasnya setelah lama mencium aroma wangi yang memabukkan dari buah kesukaannya, kemudian ia meminta pelayannya untuk mengambilkan sebuah sendok perak.

Hessa menyendok sedikit makanan yang ia genggam kedalam mulutnya, bibir merah ranum itu mengatup dan bergoyang seksi saat sendokan pertama itu begitu lumer dilidahnya. Ia membulatkan matanya, menyendoknya lagi pelan dan kini lebih merasai rasa yang ia lumat didalam mulutnya. Rasa gurih, asin, manis dan asam dari selai yang menjadi favoritnya menyatu sempurna disetiap tekanan lidah yang menyatukannya dengan rongga mulutnya.

"Ini... sangat lezat. Dimana ia mendapatkannya?" Hessa menyuapkan sendok demi sendok kue yang ada digenggamannya. Seorang pelayan maju padanya dan menyerahkan sebuah amplop berwarna putih bergambarkan pita-pita cantik yang memenuhi setiap suduk dari amplop itu. Untuk mengambil amplop tersebut ia terlalu malas untuk meletakkan kue yang kini akan menjadi favoritnya ke meja, ia menyimpan mangkuk kue itu dipangkuannya dan mengeluarkan surat dari dalam amplop putih tersebut.

'Teruntuk Hessa,

Jika kau membaca surat ini, itu berarti kau tengah menikmati kue yang aku kirim. Bagaimana menurutmu? Lezat, bukan? Kue itu telah menjadi kue favoritku selama bertahun-tahun aku tinggal diluar negeri. Krim lembut dipadu dengan gurih manis dari remah biskuit yang sedikit kasar telah berhasil membuat lidahku tak henti berdansa. Aku hanya ingin sedikit berbagi hal favorit denganmu, tenang saja semua keluargamu pun telah aku kirimkan bingkisan yang sama. Jika kalian ada waktu, kita dapat pergi bersama-sama mengunjungi Toko Kue ini yang terletak di sudut Al Karama. (Psssttt... Toko ini baru akan buka minggu depan, jika kau ingin tidak terlalu mencolok kita bisa pergi sebelum masa pembukaan Toko itu.)

Tertanda,

Rashid'

Setelah membaca pesan itu, Hessa menyuapkan sendok itu kemulutnya lagi, lagi, dan lagi...

Alkisah di DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang