Bagian 3

6.2K 385 3
                                    

Mentari pagi belum menampakkan sinarnya di kota Dubai dan Sesosok tubuh masih terbaring telungkup dengan selimut yang hanya sebatas pinggang menampilkan tubuh kekar sosok pria dewasa, disebelahnya tergeletak sebuah kamera saku berwarna biru muda. Sebuah ketukan membangunkan sang pria, panggilan dari luar yang dilafalkan dalam bahasa arab meminta si Pria untuk segera bangun. Ia melihat jam di nakasnya, lalu bangun perlahan dan segera membukakan pintu.

Saif, begitulah ia biasa di sapa, masuk dengan beberapa setelan baju yang akan dipergunakan oleh tuannya. Ia menyimpan baju-baju tersebut di lemari dan pria bertubuh kekar tadi tengah membersihkan dirinya di kamar mandi.

"Saif, apakah tempatnya sudah siap?" teriaknya dari dalam kamar mandi

"Sudah Tuan. Restoran akan buka pada pukul 7 dan saya sudah memesan spot terbaik untuk anda."

"baiklah, terima kasih. Kau boleh pergi, aku akan datang sendiri kesana. Aku harap kau tidak membawa para pengawal."

"apakah anda yakin?" tanya saif terkejut

Pintu kamar mandi terbuka, sesosok tubuh kekar keluar hanya dengan menggunakan handuk yang melingkari pinggangnya, dengan handuk yang lainnya ia tutupi ke kepalanya yang berambut cepak.

"Ya. Jangan membuat orang lain bertanya-tanya tentang siapa diriku. Aku bukan Hamdan, kakakku."

"Tapi keselamatan anda adalah harga mati bagi kami Tuan." Ucap Saif khawatir

"Saif, aku hanya berjalan ke gedung sebelah untuk sarapan."

"Kenapa harus di gedung sebelah untuk mendapatkan sarapan Tuan? Digedung ini anda bisa mendapatkan pelayanan terbaik. Lagi pula saya khawatir dengan makanan yang mereka sajikan disana."

"Terima kasih karena telah mengkhawatirkanku, Saif. Aku bukan pangeran mahkota, aku bukan pemimpin tertinggi di pemerintahan, aku hanya Majid putra Mohammed." Ucap pria bernama majid tersenyum.

"Baiklah, kau boleh pergi. Aku harus menunaikan ibadahku dulu. Kalau kau belum Salat, berjamaah lah denganku."

"Terima kaih Tuan, saya sudah menunaikannya sebelum saya kemari. Saya permisi. Selamat pagi."

Pintu tertutup.

Pukul 7, Majid telah sampai di restoran dari Hotel Rose Rayhan. Petugas restoran mempersilahkannnya duduk dan menunjukkan tempat duduk yang telah di pesan Saif untuknya. Sebuah spot yang bagus, berada di sudut restoran dan dapat melihat semua kegiatan restoran dengan jelas. Secangkir kopi telah tersaji di mejanya. 1 jam, 2 jam, ia hanya memesan secangkir kopi. Perutnya mulai keroncongan minta diisi, matanya tak lelah memperhatikan setiap tamu yang datang dan pergi. Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh dan ia mulai memutuskan untuk mengambil makanannya di buffet. Saat ia tengah memilih-milih makanan, ia melihat sesosok tubuh yang ia tunggu sedari tadi. Sesosok wanita dengan perawakan sedang berjalan tergesa ke salah satu meja di sudut sebrang meja Majid. Ia terlihat menyimpan beberapa barangnya dan menghampiri buffet yang berisi makanan berat. Majid mendekati wanita tersebut, namun masih menjaga jarak. Wanita itu nampak fokus pada makanan yang dipilihnya dan tidak menyadari kehadiran makhluk tampan di dekatnya.

Majid terus memperhatikan wanita di sudut sebrang, sesekali wanita tersebut nampak melamun dan ketika sarapannya selesai, ia bergegas pergi. Hal yang sama dilakukan Majid, ia bergegas mengikuti wanita tersebut. Ia melihat jika wanita itu sedang menarik kopornya yang besar dan berjalan tergesa menuju lift. Majid bertanya-tanya kemana wanita ini akan pergi. Beberapa orang tengah menunggu di pintu lift yang sama, ada terdapat 5 pintu lift dan begitu salah satu dari 5 lift tersebut terbuka mereka semua masuk, termasuk Majid. Ia mengambil posisi di sudut lift sehingga wanita tersebut tidak dapat mengenalinya karena pengunjung hotel yang lainnya menghalangi pandangan wanita tersebut.

Alkisah di DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang