Bagian 1

11.2K 573 5
                                    

Metro telah berhenti di stasiun terakhir di pinggiran kota Dubai. Ana yang tengah tertidur dibangunkan oleh suara speaker yang berasal dari pintu otomatis metro. Beberapa orang Filipina nampak keluar tergesa dan Ana pun langsung meraih belanjaannya yang ia letakkan di bawah tempat duduknya. Saat keluar metro dan berjalan di sekitaran platform, Ana mulai bergeming. Ia merasakan sesuatu yang aneh, kenapa suasana platform yang ia kunjungi tadi pagi tidak nampak sama dengan yang sekarang ini ia lihat?. Ia mulai mencari-cari sesuatu, di ujung platform, dekat dengan esklator ia melihat peta metro. Ia menelusuri tiap bagian dari peta itu dan menemukan sebuah tulisan "Jebel Ali Station". Memang benar, ini lah nama stasiun yang polisi Dubai bilang pagi tadi, saat Ana akan menaiki metro untuk pertama kalinya dari stasiun dekat hotel ia menginap ke daerah bernama Deira.

Ana masih bingung, kenapa hanya karena pergi berbelanja beberapa jam saja keadaan nampak berubah dengan cepat?. Ia turun menggunakan eskalator masih dengan tampang heran dan tak henti-hentinya menelusuri setiap inci bagian dari stasiun Jebel Ali. Ia keluar dari stasiun dan ia sangat terperangah.

"kenapa Semuanya berubah begitu cepat?!" Ana berteriak dan nampak shock karena melihat sekitarnya hanyalah sebuah lahan kosong dan tandus.

"Dimana gedung-gedung pencakar langit? Dimana Burj Khalifa? Dimana hotel Transformer? Dimana hotelku? Ya Allah... Aku dimana?" Dengan cepat Ana masuk kembali ke dalam stasiun dan mendapati pos cutomer service telah memadamkan lampunya. Ia berlari secepat mungkin untuk menjangkaunya dan ketika sampai, dengan nafas terengah-engah ia bertanya pada seorang pria yang sedang mengunci pos tadi.

"Maaf, nampaknya aku melewatkan stasiunku." Dengan nafas tersengal Ana mencoba memberitahu pria tersebut. Peluh membasahi kening Ana. Pria yang diajak berbicara tadi mengerutkan kening. Seorang pria berperawakan sedang, nampaknya seorang Filipina.

"Maaf madam, dimanakah seharusnya anda berhenti? Ini Jebel Ali, stasiun perhentian terakhir"

"Aku... tiak tahu" Ana panik

"anda darimana dan hendak kemana?" tanyanya dengan ramah

"aku dari Deira dan ingin pulang ke hotelku. Aku kira Jebel Ali adalah nama stasiun perhentianku"

"apa nama hotel anda?"

"Aku... lupa..." Ana menunduk.

"tunggu!!" Ana tiba-tiba teringat sesuatu. Ia merogoh tasnya, mencari-cari sesuatu. Dan ia bersorak gembira saat mendapati yang ia cari. Ia mengeluarkan sebuah kartu elektronik. Sebuah kunci hotel.

"Ini, hotel ini." Matanya berbinar saat menunjukkan sebuah nama yang tercetak di kartu tersebut

"Rose Rayhan" membaca sekilas kartu yang Ana tunjukkan "Ini di pusat kota Madam, sangat jauh dari sini. Harus melewati sekitar 20 stasiun perhentian. Lalu anda berhenti di Stasiun Financial Centre." Ucapnya sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu tolong 1 tiket ke Financial Centre." Ana berbinar sambil merogoh receh di tasnya.

"Maaf Madam, ini sudah tengah malam dan Metro sudah tidak beroperasi." Ia menunjuk pos tempatnya bekerja yang telah terkunci.

"Tapi... Tapi aku harus kembali ke hotelku..." Ana memelas.

"maaf madam, andaikan saya bisa membantu, pasti akan saya bantu. Namun jam operasional Metro telah habis. Anda dapat mengambil taxi dari sini ke hotel anda, tapi saya yakin biayanya akan sangat besar." Pria itu kemudian berlalu.

Keringat dingin seketika mengalir ditubuh Ana. Ia panik, sangat-sangat panik. Ana berjalan menyusuri jalanan sepi di Jebel Ali, ia tak tahu siapa yang harus ia hubungi dan baterai ponselnya pun telah mati sejak ia masih di Deira tadi. Ia tak bisa pergi dengan taxi, budget wisatanya tidak menyediakan untuk hal itu. Dengan menyeret belanjaannya, Ana berjalan gontai. Ia merutuki nasibnya malam ini. Dimana ia akan bermalam hingga menunggu Metro pertama berangkat dari Stasiun ini.

Alkisah di DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang