☆Chapter 6 : Tingkah Konyol Malaikat☆

972 105 88
                                    

Raiga tidak pernah tahu kalau ada seseorang yang sedang mengintipnya di balik pohon, sementara Yuna mendapatkan ide saat melihat sang pemilik buaya sedang berbincang-bincang dengan pengunjung lain, dan Zapar hari ini merasakan rasa sakit di daerah selangkangannya karena batang miliknya telah digigit oleh seekor anjing liar.

***

"Permisi," Seseorang mengetuk pintu rumah Raiga, Felis yang notabanenya adalah Ibunya Raiga langsung segera membuka pintu mendengar suara pemuda di luar rumahnya, dia pikir itu pasti penagih utang, makanya Felis tegang ketika melihat wajah sang tamu. "Maaf Tante, jika saya menganggu, apa Raiga ada di dalam?" ucap laki-laki pendek berambut pirang itu dengan sopan pada Felis.

Mendengar hal itu, Felis mencoba mengingat-ingat kemana perginya si brengsek itu, ah maksudnya, Raiga anak kesayangannya. Dan setelah memakan waktu dua puluh menit, dia akhirnya ingat kalau peliharaannya telah pergi ke bumi, ah maksudnya, Raiga anak kesayangannya.

"Raiga sedang menjalankan tugas dari sekolah untuk turun ke Bumi, apakah kau temannya Raiga?" Pemuda itu canggung saat Felis menebak dia temannya Raiga, entahlah, lelaki pirang itu kurang tahu apakah Raiga menganggapnya teman atau tidak.

"Se-sepertinya begitu, mungkin aku temannya Raiga," mendengar jawaban bocah itu membuat Felis merasa aneh.

"Aku tidak mengerti kenapa kau mengatakan hal itu dengan gagap, tapi syukurlah, aku kira Raiga tidak punya teman, soalnya dia sama sekali tidak pernah menceritakan apa-apa tentang teman-temannya, dia itu memang anak nakal, hahaha!" Felis mencoba mencairkan suasana dengan tertawa kecil, si pirang hanya tersenyum kaku. "Ngomong-ngomong, ada urusan apa kau kemari dan siapa namamu?" tanya Felis dengan sedikit tersenyum.

"Aku kemari untuk memberikan buku Raiga yang tertinggal di sekolah kemarin," Pemuda itu memberikan buku cokelat milik Raiga yang dia bawa pada Felis. "Dan namaku Guntara Melios Locky, salam kenal, Tante."

Felis meraih buku itu lalu kembali menatap Melios dengan ramah. "Wah, jadi begitu, maaf merepotkanmu, Raiga memang sering lupa soal ini, dan terima kasih ya telah membawakan buku ini, Melios." kata Felis dengan lembut.

Kemudian, Melios dipersilakan untuk masuk dan duduk di ruang tamu rumah Raiga, Felis langsung ke dapur, menyiapkan minuman untuk Melios.

Melios yang sendirian di ruang tamu hanya bisa memandang foto-foto yang tertempel di dinding, banyak sekali moment-moment lucu yang dipotret di sana, contohnya saat Raiga kecil memakan es krim sampai bibirnya belepotan, atau ketika Raiga pertama kali masuk SD dan yang lainnya.

Melios sempat berpikir, apakah Raiga sakit hati karena ucapannya ketika dia menghalangi si rambut perak untuk pergi ke bumi.

Aku benar-benar kelewatan.
Maafkan aku, Raiga.

***

Di tengah hutan, Raiga tidur-tiduran di bawah pohon yang rindang, tapi dia tidak sadar kalau ada seseorang yang sedang mengintip di balik pohon tersebut, dan penampilan dari si pengintip benar-benar mengerikan, rambutnya gimbal panjang, matanya merah menusuk, bibirnya hitam kering, giginya tajam seperti drakula, kulitnya hitam mencekam, telanjang dada seperti Tarzan, dan dedaunan yang menutupi area intimnya adalah tumbuhan kaktus yang tajam, bahkan bulu kakinya sangat panjang disertai buku-buku tangan dan kaki yang tajam setajam jarum.

"Hehehehe, kau akan mati, Malaikat Raiga," Pria berkulit hitam itu membawa sebuah tongkat kayu yang sangat runcing, dia perlahan-lahan mendekati tempat Raiga tidur. "Akan kubunuh kau Raiga, heheheh!"

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang