"Hah?" Suara kekagetan dari lelaki berambut putih membuat seisi kelas menoleh padanya. "Maksud Bapak, besok saya harus turun ke Bumi lagi?"
Lelaki paruh baya yang memiliki kumis tebal dengan nickname Bravo di dadanya menganggukan kepala, mengiyakkan perkataan muridnya yang baru saja berkata. "Benar, Raiga," kata Pak Bravo dengan tegas di depan kelas. "Kau akan ditugaskan lagi untuk turun ke Bumi, tapi, kau ke sana tidak sendirian seperti kemarin-kemarin."
Seisi kelas terkejut, Raiga mendengarnya hanya menghela napas letih, lagi-lagi, sebuah tugas memaksanya untuk turun ke Bumi, padahal baru sebulan yang lalu dia telah menyelesaikan tugas sebelumnya, dan sekarang, ada tugas baru lagi.
"Jadi, dengan siapa aku bertugas kali ini?" tanya Raiga dari bangkunya dengan memasang wajah datar, lelaki itu memiliki sifat tak peduli dan agak pemalas, karena itulah, kedataran dari mukanya sudah dimaklumi oleh semua orang.
Pak Bravo tersenyum kecil, membuat kumis mungilnya menggeliat seperti ulat bulu, mengerikan sekali. "Orang yang akan ditugaskan bersamamu untuk melaksanakan tugas ini adalah Melios," ucap Pak Bravo sambil menggebrak meja paling depan yang diduduki oleh Melios sendiri, lelaki pendek berambut pirang yang mukanya seperti katak. "Kau tidak keberatan, 'kan? Raiga?"
Mengetahui hal itu, Raiga malah menguap lebar, menahan rasa kantuk yang sudah mengusap-usap kepalanya. "Yah, aku tidak keberatan jika mengemban tugas bersama Si bocah cebol bertubuh pendek dan mungil itu, tapi aku khawatir kalau dia membenciku, soalnya--"
"Bocah cebol bertubuh pendek dan mungil, kau bilang?" Sepertinya, Melios tidak suka dirinya disebut begitu oleh Raiga, buktinya, dia kali ini mengeluarkan cahaya mengkilau dari seluruh tubuhnya, yang menandakan bahwa dirinya sedang kesal, membuat seisi kelas memperhatikan si pirang.
"Itu terlalu mengkilau, lho, Melios." Raiga menyeringai jahat dari bangkunya yang berada di paling belakang, sementara Melios langsung berdiri dari kursinya dengan perasaan jengkel yang menguasai tubuhnya.
"Padahal, hari ini aku ingin meminta maaf padamu atas perbuatanku sebulan yang lalu, di saat kau ditugaskan untuk turun ke bumi pertama kalinya oleh Pak Bravo," kata Melios dengan menyaringkan suaranya, membuat seisi kelas mengheningkan suasana, agar suara dari si pirang terdengar jelas, bahkan Pak Bravo pun sebagai guru hanya bisa memandangnya. "Tapi, mendengar kau mengejekku, aku marah. Sepertinya kali ini aku harus mengurungkan niatku untuk meminta maaf pada keledai perak sepertimu!"
Teman-teman sekelas Raiga terkejut mendengar Melios berkata demikian tanpa malu walaupun di depannya ada seorang guru yang masih berdiri.
"Hah?" Raiga menyeringai. "Meminta maaf? Untuk apa kau meminta maaf padaku? Dan apa itu keledai perak? Spesies baru?"
Kekesalan Melios sudah memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya, mukanya memerah, dan tubuhnya bergetar, kemudian, dengan usaha yang keras, dia akhirnya berani menolehkan pandangannya ke arah bangku paling belakang, lebih tepatnya, pada Raiga.
"Raiga, kau ...," Melios keluar dari bangkunya, dan berjalan ke meja yang dihuni oleh lelaki berambut putih itu, setelah sampai, dia melepaskan satu sapu tangan dari jemarinya dan melemparkan benda itu tepat ke dada Raiga. "Sebelum kita berangkat ke Bumi, aku ingin bertarung denganmu, maka dari itu, aku menantangmu!"
"Bertarung?" ulang Raiga dengan wajah malas. "Untuk apa?"
Baru saja Pak Bravo akan melerai mereka, Melios malah langsung membalas perkataan Raiga dengan suara yang kencang, membuat si kumis ulat bulu itu mengurungkan perkataannya.
"Tingkahmu yang menjengkelkan membuatku kesal, Raiga! Padahal kau bukan lagi seorang malaikat gagal, tapi sikapmu masih menunjukkan kalau kegagalanmu sebagai malaikat masih terlihat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIGA ✓
FantasíaRaiga adalah seorang malaikat yang diturunkan dari Surga ke Bumi untuk melaksanakan tugasnya, yaitu membimbing para manusia ke jalan yang benar. Namun, ketika dia hidup di Bumi, Raiga bertemu dengan seorang gadis dan tiba-tiba melupakan tugas pentin...