☆[S3] Chapter 25 : Sesuatu yang Jatuh dari Langit☆

116 13 121
                                    

Luka sobekan yang ada di kaki kiri Hill Yustard sudah sepenuhnya sembuh dan pulih, jadi seperti sedia kala, mulus kembali. Itu berkat pertolongan dari Yuna yang menyembuhkannya menggunakan kekuatan penyembuhan khas malaikat, dan sepertinya dia berhasil melakukannya tanpa cela, syukurlah, padahal sebetulnya, gadis itu baru mempelajari kekuatan penyembuhan di sekolahnya beberapa bulan yang lalu, bahkan belum sampai ke tahap praktek sekali pun, dia hanya mengingat teorinya saja, tapi seperti yang diharapkan dari siswi ranking satu, segala hal mampu dilakukannya.

"Aku benar-benar meminta maaf, karena telah seenaknya menuduh kalian sebagai iblis, aku memang bodoh, jika kau membenciku, aku akan menerima perasaan itu, karena aku memang pantas mendapatkannya." Hill Yustard menundukkan kepalanya, suaranya direndahkan dengan sedikit isakan, kedua matanya pun jadi sayu, tak ada semangat di hatinya, yang ada, hanyalah penyesalan.

Angin super dingin bertiup kencang di hutan tempat mereka diam saat ini, salju mulai berjatuhan kembali dari langit, semakin menimbun tanah yang sudah sangat memutih. Atmosfirnya sampai membuat Zapar jadi menggigil kedinginan.

"Brrr! Yun! Ba-Bagaimana kalau kita cari tempat berteduh, di sini terlalu dingin! Ra-Rasanya aku bisa mati, kawan!" pekik Zapar dengan tubuh yang bergetar, kedua lengannya langsung memeluk dadanya sendiri, untuk membuat sebuah kehangatan, walau hanya berakhir sia-sia.

Merasakan hal yang sama, Yuna pun mengangguk dan menoleh pada Zapar, "Ya, aku setuju! Tapi, kau harus membawa Hill bersama kita, walau luka pada kakinya sudah kusembuhkan, tapi dia baru saja pulih, dan juga aku tidak mau dia mati kedinginan di sini," Zapar langsung paham mendengar perintah dari Yuna, dia pun menghampiri lelaki elf itu dengan langkah yang gemetar, karena kedinginan.

Yuna kembali menatap Hill Yustard dengan pandangan datar, "Kau tidak perlu menyesalinya, kami juga tidak akan membencimu, jadi, jangan dipikirkan, Hill Yustard." Setelah mengatakan itu, Yuna beranjak berdiri, membiarkan Zapar menggendong tubuh lelaki elf itu.

"Uwoh! Berat sekali tubuhmu, kawan!" kata Zapar dengan mengangkat badan Hill Yustard, kemudian, malaikat ceroboh itu berkata pada lelaki elf dengan nada yang berat, "Seperti yang dikatakan Yun, kau tidak usah memikirkan kejadian tadi, kawan! Yang lalu biarlah berlalu! Sekarang, kita adalah teman!"

Walaupun Zapar dan Yuna berkata demikian, Hill Yustard tetap tak bisa melupakan kebodohannya, karena menurutnya, kelakuannya tidak bisa dimaafkan begitu saja, ingin sekali rasanya dia menghajar wajahnya sendiri.

"Ah, mengenai pedang milikmu, Hill!" Yuna mendadak ingat sesuatu. "Bagaimana cara untuk membawanya? Maksudku, itu pasti senjata kesayanganmu, kan? Kau tidak mungkin meninggalkannya begitu saja di sini, kan? Tapi, sepertinya aku tidak bisa membawanya karena pedang itu tidak dapat disentuh oleh orang selain dirimu, kan, Hill? Jadi, bagaimana?"

Mendengar perkataan dari Yuna, Hill menolehkan pandangannya pada gadis berambut biru itu, "Aku sudah tidak membutuhkannya lagi, biarkan saja."

"Eh?" Yuna kaget. "Kau yakin?"

Hill menganggukkan kepalanya.

Dan akhirnya, mereka pun pergi meninggalkan pedang milik Hill Yustard yang tergeletak di permukaan salju. Sebenarnya, senjata itu adalah benda pemberian dari seseorang yang berharga bagi lelaki elf itu, tapi karena dia telah memakainya untuk bertarung melawan dua malaikat suci yang tidak bersalah, Hill tidak mau menyentuhnya lagi, karena itu hanya akan membuatnya mengingat kejadian yang tadi.

Zapar dan Yuna berjalan menerobos badai salju yang sangat besar, mereka terus melangkahkan kakinya demi mencari tempat yang hangat, tapi sejauh ini, kenekatan mereka belum mendapatkan hasil, karena masih belum terlihat adanya tempat semacam itu. Hill yang kini berada digendongan Zapar, hanya bisa pasrah, dia menyerahkan segalanya pada kedua malaikat tersebut. Dia sebetulnya mampu berjalan, tapi sayang, Yuna malah melarangnya, membuat dirinya hanya menjadi beban di tengah perjuangan mereka melawan badai salju.

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang