☆Chapter 9 : Pelayan☆

765 81 68
                                    

Saat ini Zapar sedang terjebak, dia telah ditemukan oleh seorang malaikat elit yang bernama Claudio Geriz di pinggir pantai. Sementara Raiga dan Yuna masih mencari keberadaan Zapar menggunakan kuda putih, mereka juga cemas karena  merasakan kehadiran malaikat elit di sekitar pulau yang mereka tempati.

***

Sendok terakhir berisikan bubur hangat dari Felis telah dilahap habis oleh Melios dengan terpaksa, pemuda berambut pirang itu sampai menahan diri untuk memuntahkan makanan yang dia benci tersebut.

"Nyam~" Melios mengunyah bubur tersebut dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

"Bagaimana?" tanya Felis dengan tersenyum ramah. "Bubur itu rasanya enak kan?"

Melios mengangguk ragu dan menelan makanan lengket itu ke tenggorokannya secara pelan. Kemudian, dia buru-buru mengambil segelas air putih dan meminumnya. "Huh, buburnya nikmat sekali, Tante, terima kasih ya."

Felis senang sekali mendengarnya. "Ah, tidak usah sungkan-sungkan, kau boleh memakan bubur itu sepuasnya, bahkan jika kau mau, aku akan mengambilkannya lagi untukmu."

Sungguh biadab, pikir Melios.

"Ahahaha, jangan Tante, perutku sudah tidak bisa menampung makanan lagi," ucap Melios dengan tersenyum. "Oh, sepertinya hujan sudah reda, kalau begitu aku harus pulang, Tante." Melios bediri dari kursi.

Felis juga ikut berdiri tegak. "Baiklah, akan aku antarkan sampai depan."

Akhirnya penderitaanku berakhir.

Mereka berdua sudah berada di teras rumah Raiga, Melios berpamitan pada Felis untuk pulang.

"Kapan-kapan datang lagi ya, Melios?" teriak Felis pada Melios yang sedang berjalan pulang.

Melios menoleh ke belakang lalu tersenyum. "Aku pasti akan datang lagi, tenang saja."

Aku tidak mau datang ke tempat ini lagi.

***

"Jangan menentang perintah dari Yang Mulia, Kuruga Zapar Bolton, kau pasti sudah tahu bukan kalau perintah itu adalah mutlak, jika kau berani memberontak, sebuah dosa besar akan menghantui hidupmu." ucap Claudio pada Zapar dengan tatapan lembut.

"Sudah kubilangkan? Aku akan menuruti perintah itu jika kau mengizinkanku untuk berpamitan pada teman-temanku!"

Claudio tersenyum tipis. "Pemberontak sepertimu harus diberi hukuman," Claudio mengangkat terompetnya untuk didekatkan pada mulutnya. "Sekarang, nikmatilah teriakan dari terompetku."

Baru saja terompet itu akan ditiup, lemparan sebuah kerikil langsung mengenai benda tersebut sampai lepas dari tangan Claudio dan jatuh ke pasir.

"EHEM!" Suara seorang gadis membuat Claudio dan Zapar menoleh. "Apakah kau tidak membaca peringatan ini, wahai Tuan Claudio?" Tiba-tiba Hara muncul di samping Zapar dengan tangan kanan mengenggam sebuah plastik berisikan ratusan kerikil dan tangan kiri memegang papan peringatan yang bertuliskan,

DILARANG MEMAINKAN ALAT MUSIK DI TEPI PANTAI!

Zapar dan Claudio terkejut setelah membaca papan peringatan itu. "Wow! Aku tidak tahu kalau ada peringatan seperti ini di pantai!" ucap Zapar dengan kaget.

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang