☆Chapter 7 : Si Penggila Anjing☆

911 96 92
                                    

Setelah bertemu dan menjahili musuh lamanya yang bernama Argo, Raiga langsung tidur lagi di dahan pohon dengan nyenyak. Sementara itu, Yuna berhasil mendapatkan kuda putih walaupun dengan cara kotor. Dan di pinggir pantai, Zapar malah sedang menangis saat melihat batang miliknya telah rusak karena tergigit anjing liar.

***

"Aku membawa dua cangkir cokelat hangat kesukaan Raiga, apa kau menyukainya juga, Melios?" tanya Felis yang mulai keluar dari dapur menuju ruang tamu, menghampiri meja tamu yang di sana juga ada Melios.

"Aku rasa aku akan menyukainya, terima kasih, Tante," Melios tersenyum ramah setelah Felis meletakkan gelas berisi cokelat hangat ke meja tamu.

Felis juga menyimpan nampan yang barusan dia bawa ke meja, kemudian dia duduk berhadapan dengan Melios. "Dari dulu Raiga selalu memintaku untuk membawakan cokelat hangat ke dalam kamarnya setiap malam, itu sudah menjadi kebiasaannya setiap malam, tapi anehnya, setelah dia masuk SMP, Raiga sudah lupa pada kebiasaannya itu, dia sekarang lebih suka bermain dengan Chogo."

Mendengar cerita yang diceritakan Felis membuat Melios mengernyitkan dahinya penasaran. "Chogo?"

Felis terkikik geli. "Itu bukan nama manusia, dia itu kucing, hewan peliharaannya Raiga," ucap Felis yang dibalas anggukkan oleh Melios.

"Jadi Raiga punya peliharaan ya? Kukira dia benci hewan," kata Melios dengan menundukkan kepalanya. "Aku mengatakan itu bukan tanpa alasan, waktu itu aku pernah melihat Raiga menendang kelinci, jadi aku langsung menilai begitu."

Felis terkaget mendengarnya. "Ah? Kau tidak tahu soal fobia yang diderita oleh Raiga ya?" ucap Felis dengan nada yang serius.

Melios menarik napas panjang. "Aku tidak tahu, memangnya Raiga fobia terhadap apa?"

"Kelinci," jawab Felis dengan cepat. "Dia sangat ketakutan jika melihat seekor kelinci, entahlah, aku juga tidak tahu kenapa dia bisa setakut itu pada binatang imut seperti kelinci, yang aku tahu, putraku itu selalu menyukai semua hewan, tapi tidak untuk kelinci."

Melios langsung tersenyum.

Bagus, aku mendapatkan kelemahannya sekarang.

***

"Raiga! Raiga! Raiga!" Seseorang memanggil namanya ketika dia sedang asyik tidur di atas pohon, Raiga dengan sangat terpaksa membuka matanya lebar-lebar, wajahnya kini ingin sekali menghajar pemilik suara tersebut.

Raiga langsung duduk, menatap ke bawah untuk melihat orang yang sudah mengganggu tidur siangnya hari ini. "Yuna!?" Raiga terkejut sekaligus senang setelah memastikan kalau orang yang barusan memanggilnya adalah teman barunya, Yuna.

Yuna di bawah sedang menunggangi seekor kuda putih yang gagah, rambut biru panjang milik gadis itu sesekali terbang terbawa angin. "Kau ini kenapa masih di sana? Ayo turun, Raiga?"

Mendengar itu, Raiga langsung tersenyum lebar dan meloncat ke tanah berumput dengan gaya memutar.

Brak!

Dia akhirnya mendarat dengan sempurna. "Dari mana kau mendapatkan kuda ini, Yuna?"

Yuna hanya menutup mulutnya, terkikik-kikik mendengar pertanyaan itu. "Nanti saja, aku jelaskan diperjalanan, sekarang kau naiklah, Raiga, kita harus mencari lelaki sombong itu."

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang