☆Chapter 8 : Malaikat Elit☆

792 84 57
                                    

Raiga telah ditemukan oleh Yuna dan mereka langsung bergegas mencari keberadaan Zapar dengan menunggangi kuda, sementara Zapar sedang dikejar-kejar oleh gadis Si Penggila Anjing bernama Hara Vity di tepi pantai.

***

"Tante, maaf kalau aku menanyakan hal ini, tapi dimana ayahnya Raiga? Apakah beliau sedang bekerja?" Pertanyaan dari Melios membuat wajah Felis menjadi sendu.

"Yah," kata Felis dengan menundukkan kepalanya. "Sama seperti Raiga, ayahnya juga ditugaskan untuk turun ke bumi, tapi sampai hari ini, dia belum kembali."

Melios terbelalak mendengarnya. "Jadi maksud Tante, ayahnya Raiga tidak pernah pulang ke rumah?"

Felis menganggukkan kepalanya. "Karena alasan itulah, aku menolak untuk mengizinkan Raiga turun ke bumi, tapi anak itu benar-benar tidak bisa diatur, dia juga meyakinkanku bahwa dia pasti kembali, dan aku berharap omongannya itu bisa dipegang. Aku tidak ingin kehilangan satu-satunya harapan hidupku." Felis tiba-tiba meneteskan air mata, Melios langsung gelagapan melihatnya.

"Ta-Tante, maafkan aku! Aku tidak tahu kalau pertanyaan itu membuat Tante sedih," Melios mengambil tisu di meja dan memberikannya pada Felis. "Hapus air mata itu, Tante, aku tidak mau melihat Tante menangis."

Felis meraih tisu itu dan mengusap air mata yang masih mengalir di kedua pipinya. "Terima kasih," ucap Felis dengan mencoba tersenyum lembut. "Kalau begitu, akan kubawakan anggur manis untukmu, Melios."

"Eh?" Melios kaget. "Tidak usah, aku--"

"Baiklah, tunggu sebentar." Felis mengabaikan perkataan Melios dan pergi ke dapur untuk mengambil buah anggur yang dibilangnya.

Selang beberapa detik, Felis kembali ke ruang tamu dengan membawa mangkuk berisi bubur. "Hahaha, aku lupa kalau anggurnya sudah habis dimakan Raiga, tapi aku masih punya ini, makanlah, bubur ini masih hangat."

Melios meneguk ludahnya dengan kesal.

Aku benci bubur.

***

"Jadi begitu ya mengapa kau bisa mendapatkan kuda ini, Yuna?" ucap Raiga setelah mendengar cerita Yuna. "Kau ternyata boleh juga."

Yuna hanya bisa mengembuskan napasnya. "Jangan memujiku disaat aku telah berbuat dosa, Raiga," Yuna merasa jengkel mendengar respon dari Raiga.

Mereka masih menunggangi kuda, melewati beberapa pohon rindang untuk mencari Zapar yang hilang entah kemana.

"Yuna," panggil Raiga. "Apa kau juga merasakannya?"

Raiga memasang wajah gelisah, mendengar hal itu membuat Yuna juga memastikan sesuatu yang Raiga maksud.

"Ap-apa ini!?" Yuna terkejut. "Aku merasakan kehadiran malaikat elit di sekitar kita!"

Raiga mengangguk. "Kau benar, Yuna!" Raiga cepat-cepat mengendalikan kuda itu untuk berlari, dia benar-benar sedang ketakutan.

"Jika malaikat elit turun ke bumi, itu artinya ada seseorang yang telah membocorkan siapa kita sebenarnya pada manusia?" Yuna menutup mulutnya. "Jangan-jangan ...."

"ZAPAR!!" Raiga berteriak. "Ini pasti ulahnya! Kita harus cepat sebelum mereka menjebloskan Zapar ke Neraka! Kita harus menyelamatkannya!"

***

"Aku tidak bohong, aku ini seorang malaikat dari surga!"

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang