☆[S2] Chapter 17 : Pertengkaran☆

443 75 119
                                    

"Eh? Kau siapa?"

Setelah sampai di gerbang rumahnya, Zapar menonaktifkan sayap merahnya dan secara kebetulan, dia berpapasan dengan sebuah bayangan hitam yang berdiri di tengah gerbang sambil terkekeh-kekeh, menurut Zapar, makhluk itu mencurigakan. Karena itulah dia mengagetkan bayangan itu dengan langsung melontarkan pertanyaan dari punggung makhluk itu.

Sadar ada seseorang yang menemukan keberadaannya, bayangan hitam itu segera bersiap-siap untuk menghilangkan tubuhnya dari tempat itu, tapi sayang sekali, Zapar malah berjalan semakin dekat membuatnya gelagapan.

"Ak-aku bukan siapa-siapa! Aku bukan siapa-siapa! Aku hanyalah sebuah bayangan yang tidak pantas kau hiraukan."

"Sebuah bayangan? Bisa bicara?" Zapar mengernyitkan dahi tidak percaya. "Yang benar saja, kawan?"

Karena sudah ketahuan, tidak ada lagi hal yang harus dia sembunyikan pada pemuda berambut merah jabrik yang ada di belakangnya itu. Bayangan hitam itu langsung berubah menjadi sesosok pria berpenampilan serba hitam, membuat Zapar kaget.

"Ini adalah sosok yang sesungguhnya dariku, sekarang, kau mau apa?" tanya pria misterius itu pada Zapar dengan suara baritonenya yang tegas.

"Hmmm," Zapar menyipitkan matanya, menerka-nerka, sebenarnya apa yang pria ini lakukan di depan rumahnya dengan berwujud menjadi sebuah bayangan?

"Apa tujuanmu datang ke rumahku? Apa kau seorang mata-mata?"

Pria itu hampir tersedak ludah saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Zapar, dia sedikit bingung harus menjawab apa karena dugaan pemuda itu memang benar. Dia adalah seorang mata-mata.

"Aku .. aku hanya orang lewat, kebetulan---"

Bruk!

Zapar langsung menabrakkan keningnya ke dada pria misterius itu, membuat mereka berdua terguncang untuk sesaat. Lalu, Zapar menatap wajah pria itu dari jarak yang sangat teramat dekat. Mereka seperti seseorang yang hampir ciuman saja, tapi sebenarnya, Zapar sedang membisikkan sesuatu.

"Aku akan laporkan kau ke polisi," bisik Zapar dengan wajah menindas. "Itu jika kau menolak perintahku, kalau kau patuh padaku, aku akan membebaskanmu, aku sudah merekam aksimu di dalam otakku, kalau aku serius, bisa saja aku memberikan kopian rekaman otakku kepada pihak polisi, tapi aku tidak sejahat itu, jadi, bagaimana? Apa kau mau patuh padaku, kawan?"

Zapar rupanya sedang melakukam ancaman pada pria misterius itu, sungguh, tindakannya sama sekali tidak mencerminkan sebagai malaikat.
"Ba-baiklah, aku akan mematuhi apa pun perintahmu, tapi kumohon, jangan laporkan aku ke polisi, Anak Muda."

Zapar tersenyum dan mengangguk. "Hahah! Itu artinya, kita sudah melakukan kesepakatan, kawan!" Zapar langsung mengalungkan tali pada leher pria itu, kemudian dia berjalan sambil membawa tali itu, membuat pria misterius itu seperti seekor kucing peliharaan yang sedang dibawa jalan-jalan oleh majikannya. "Ayo! Ikuti aku!"

☆☆☆

"Uhuk! Uhuk!"

Melios sudah sampai di kamarnya, kini, dia sedang dirawat oleh ibunya. Melios terbaring di atas kasur dengan kening ditempeli kain kompresan. Seluruh tubuhnya luka-luka akibat pertarungannya melawan Zapar siang tadi di jalanan, tapi dia berbohong pada ibunya kalau dia hanya kesandung di trotoar.

"Zapar," ucap Melios dengan mata yang merenung memandang langit-langit kamarnya. "Kau orang yang menarik."

Melios tersenyum dalam keheningan, dia masih mengingat kata-kata Zapar yang membuatnya terkejut saat itu.

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang