☆[S2] Chapter 16 : Air Mata☆

434 65 134
                                    

"Tolong, buat dia bisa membuka mulutnya, Tuan Garelio!"

"Oho? Permintaan macam apa itu?" Tuan Garelio berjalan mendekati Raiga, kemudian dia menatapnya. "Kau mau aku mengabulkan permintaanmu? Kalau begitu, kau saja yang bersujud padaku, memohon padaku, dan menjilati sepatuku, bagaimana?"

Raiga mendecih mendengarnya. Dia sudah kesal sekali melihat tingkah Tuan Garelio yang semakin memuakkan, tapi dia tidak punya pilihan selain melakukan hal itu. Raiga memang terkenal dengan ketidakpeduliannya, tapi, itu hanya berlaku untuk orang lain. Jika menyangkut teman, dia akan rela mengorbankan apa pun agar temannya selamat.

Karena itulah, saat ini, kedua lututnya sudah siap untuk jatuh ke lantai. Setelah lutut-lututnya menyentuh daratan, dia juga bersiap mendaratkan telapak tangannya di lantai bersama keningnya juga, dia membungkuk secara perlahan-lahan.

Tuan Garelio benar-benar senang sekali melihat orang bodoh yang ada di depannya, jujur saja, sebenarnya syarat yang dia kemukakakan hanyalah candaan semata, mau Yuna atau pun Raiga melakukan itu, tetap saja dia tidak akan mengembalikan kutukan yang telah mengenai mulut gadis berambut biru itu.

Namun, dia bahagia karena ternyata, masih ada orang yang benar-benar tolol untuk melakukan hal itu, lihatlah, bahkan Raiga sudah hampir bersujud untuk menyelamatkan temannya. Ini akan menjadi hiburan yang menarik, pikir Tuan Garelio.

Yuna tidak mau melihat Raiga melakukan tiga hal yang diucapkan Tuan Garelio untuk menyelamatkannya. Karena itulah, dia langsung mencengkram punggung Raiga saat kening lelaki itu akan menyentuh tanah untuk bersujud pada Tuan Garelio, Yuna menghentikan memontum itu dengan cengkramannya.

Raiga terkejut, punggungnya tiba-tiba ditarik untuk kembali berdiri seperti semula, dia tidak mengerti mengapa Yuna melakukan ini. Tapi, Raiga membiarkan Yuna menariknya hingga berdiri dan menatap wajah temannya itu.

Setelah benar-benar berdiri, Raiga memandang Yuna dengan kekecewaan. "Kenapa kau--"

PLAK!

Ucapan Raiga terpotong karena wajahnya langsung ditampar oleh Yuna hingga kepalanya beralih ke samping. Padahal dia belum mengatakan apa-apa, tapi mengapa Yuna marah kepadanya?

'Bodoh! Apa yang kau lakukan! Hah!? Mencoba untuk menyelamatkanku dengan melakukan hal konyol begitu? Aku tidak mau diselamatkan dengan cara begitu, bodoh'

Ingin sekali Yuna berkata demikian, tapi sayangnya kemampuannya dalam berbicara telah lenyap hingga akhirnya dia hanya bisa melakukan tamparan pada pipi Raiga untuk mewakilkan perasaan kesalnya. Yuna tahu, Raiga tidak akan mengerti, tapi dia berharap, lelaki itu bisa cepat-cepat sadar untuk tidak melakukan persyaratan konyol yang dikatakan Tuan Garelio karena itu percuma saja.

Yuna tahu kalau Tuan Garelio tidak akan melepaskan kutukan ini walaupun dia sendiri atau pun Raiga melakukan persyaratannya, karena malaikat elit ke sembilan hanya ingin bersenang-senang melihat orang bodoh bersujud, memohon, dan menjilati sepatunya.

Sadar kalau pertunjukkan yang akan dia tonton dihancurkan oleh Yuna, Tuan Garelio sedikit marah. Dia menghela napas sebelum akhirnya memberikan peringatan kecil pada Yuna.

"Kau terlalu membosankan, gadis mungil. Seharusnya kau biarkan Nak Raiga bersujud padaku, karena dia akan menyelamatkanmu, lho? Apa kau tidak ingin kutukan yang melekat di mulutmu lepas? Sungguh kemunafikan yang tidak termaafkan. Dengan begitu, aku akan menambah hukuman pada kalian, tapi sekarang, hanya untuk Nak Raiga saja."

Yuna dan Raiga terbelalak melihat jari telunjuk Tuan Garelio bercahaya lagi, yang menandakan akan ada orang yang dihukum olehnya, mendengar apa yang diucapkan malaikat elit itu, lelaki berambut perak hanya bisa tersenyum pasrah.

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang