☆[S2] Chapter 19 : Legenda Malaikat Pendendam☆

459 76 61
                                    

☆Picture : Yuna☆

"Hah?" Raiga menatap sayu muka Zapar yang ada di kasur sebelah setelah mendengar sesuatu yang mengejutkan. "Kau akan mengganti posisi Ayahmu di malaikat elit? Kau sedang berbohong, 'kan?"

Kini Raiga dan Zapar berada di rumah sakit, di ruangan yang sama, tapi terdapat tirai biru yang memisahkan kasur mereka, Raiga mengobrol dengan Zapar setelah dia geser tirai itu agar bisa melihat lawan bicaranya yang ada di kasur sebelah. Bukan hanya mereka, Yuna pun ada di ruangan yang sama tapi sepertinya dia masih belum pulih.

"Aku tidak berbohong, kawan!" ucap Zapar dengan perban yang menutupi keningnya, menatap Raiga yang sedang memasang eskpresi tidak percaya. "Kau bisa bicara pada Ayahku jika kau tidak percaya, kawan."

Raiga mendengus lelah. "Memangnya kau mampu untuk mengemban tugas sebagai pasukan elit pada umurmu yang masih muda ini, Zapar? Kurasa kau tidak akan mampu, soalnya kau itu--"

"Ayolah, seharusnya kau mendukungku, kawan? Mendengar sahabatmu akan diangkat menjadi malaikat elit, kau seharusnya gembira atau mengucapkan selamat padaku, bukan?"

"Itu berbeda jika sahabat yang kumaksud adalah orang bodoh sepertimu. Tapi, terserahlah, aku tidak peduli." Mendengar ucapan Raiga membuat Zapar mencemberutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Raiga, Zapar? Apa itu suara kalian?" Terdengar suara Yuna di tirai sebelah, membuat mereka berdua kaget, Zapar langsung menggeser kain tersebut dan ternyata benar, gadis berambut biru itu sudah bangun walaupun lehernya diperban. Yuna menatap Zapar dan Raiga dengan muka polos. "Kenapa kita bisa ada di sini?"

Raiga dan Zapar tersenyum mendengar pertanyaan Yuna. "Ini karena perbuatan Ayahku sehingga kita dikirim ke rumah sakit, luka yang kita terima cukup fatal, tapi dia sudah berubah, katanya dia ingin meminta maaf secara langsung pada kalian saat kalian berdua sudah benar-benar pulih, kawan. Oh, kalau menyangkut biaya perawatan, kalian tidak perlu khawatir, Ayahku yang menanggung semuanya."

Yuna terkejut mendengarnya. "Itu artinya, keluargamu sudah kembali, Zapar. Aku senang sekali mendengarnya, kuharap keluargamu bisa akur selamanya." kata Yuna dengan suara yang lembut.

"Oh, ngomong-ngomong," Zapar mulai bertanya dengan suara nyaringnya. "Kenapa kalian datang ke rumahku?" Raiga dan Yuna hanya bisa menghembuskan napas mendengarnya.

"Sebenarnya Yuna yang mengusul ingin berkumpul denganmu, dia juga datang ke rumahku secara tiba-tiba." Raiga mengatakan itu dengan malas membuat Yuna menggeleng-gelengkan kepala sambil terkikik-kikik.

"Ahaha, rasa rinduku pada kalian sangat besar hingga berakhir seperti ini. Maaf jika aku terlalu berlebihan, soalnya aku tipe gadis yang tidak sabaran." Yuna tertawa kecil di kasurnya, menurutnya, ini termasuk kesalahannya karena dia memaksakan diri untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya tanpa tahu kalau ada masalah yang memanas di keluarga salah satu sahabatnya, membuat mereka bertiga berakhir di rumah sakit seperti sekarang ini.

Tapi Yuna bersyukur karena akhirnya keluarga Zapar bisa normal kembali, Tuan Garelio sudah berubah dan dia harap malaikat elit ke sembilan itu dapat menjadi ayah yang baik bagi anaknya. Bukan hanya itu, selama di perjalanan pun menuju rumah Zapar, dia mendapatkan pelajaran yang berharga bersama Raiga, seperti ketika muncul malaikat berandalan yang menghadang jalan mereka, dan ternyata malaikat badung itu tidak seburuk yang Yuna duga.

Jika dihitung-hitung, Yuna mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga saat berjalan bersama Raiga dan ketika berada di rumah Zapar, itu membuatnya senang. Walaupun tubuhnya luka-luka, Yuna tetap bersyukur.

"Hey, hey! Apa kau sudah mendengarnya, Yun?" Tiba-tiba Zapar menatap Yuna dari kasurnya dengan nyengir kuda. "Sebentar lagi aku akan menjadi malaikat elit ke sembilan, menggantikan Ayahku! Kawan!"

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang