☆Chapter 4 : Wanita Jelek☆

1K 122 160
                                    

Raiga, Yuna dan Zapar sudah sampai di bumi, lebih tepatnya di tengah hutan. Di saat semua malaikat pergi menggunakan sayapnya untuk pergi ke tempat tujuan, Raiga, Yuna dan Zapar hanya bisa melihat kepergian dari satu-persatu malaikat yang terbang.

Raiga dan Yuna mengakui bahwa sayap mereka telah rusak dan tentu tidak akan bisa terbang seperti malaikat normal, tapi beruntungnya, Zapar menemukan sesuatu yang mungkin berguna untuk mereka terbang.

Lantas, benda apakah itu?

***

Zapar tersenyum senang, memperlihatkan sesuatu yang dipegangnya. "Kalian tertarik untuk terbang menggunakan ini?"

Mendengar hal itu membuat Raiga dan Yuna melotot. "Balon?" Yuna menutup mulutnya. "Zapar, aku penasaran apakah otakmu masih bekerja dengan benar?"

Raiga menutup matanya dengan wajah tenang, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. "Ayo, kita gunakan ini." Tanpa basa-basi, Raiga langsung mengambil satu balon putih yang masih mentah, kemudian dia meniupnya dengan pelan-pelan sampai balonnya mengembung sempurna. "Yuna, ambil punyamu, biar kutiupkan untukmu."

Yuna menarik napas panjang. "Raiga, ke-kenapa kau menyetujui cara ini?" Sungguh, kelihatannya Yuna benar-benar tidak mau menggunakan balon sebagai cara alternatif untuk bisa terbang. "Aku rasa ini tidak akan berjalan mulus."

"Oh! Tenang saja, Yun!" Zapar tiba-tiba merangkul leher Yuna dengan wajah sombongnya. "Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya."

"Sudahlah," Raiga langsung mengikat tali balon ke kedua ketiaknya. "Coba saja, jangan takut." Dengan wajah datarnya, tubuh Raiga perlahan-lahan dibawa ke atas oleh balonnya.

"Lihatlah," Zapar meninju telapak tangannya sendiri. "Balonnya bekerja, Yun!" Dia sangat percaya diri ketika melihat Raiga telah dinaikan oleh balonnya, melayang-layang tidak jelas.

"Tapi," Yuna meringis. "Kau tidak pernah tahu arah angin akan membawa kita ke mana?"

Mendengarnya, Zapar malah semakin bahagia. "Kalau masalah itu, serahkan pada Tuhan, Yun!"

Yuna bahkan Raiga yang mendengar jawaban Zapar hanya bisa menghela napas sabar. Sepertinya, usaha mereka untuk bisa terbang berhasil, tapi tidak untuk menentukan pergi ke arah mana, karena anginlah yang membawa mereka ke suatu tempat.

Zapar dan Yuna akhirnya bisa menyusul Raiga, mereka bertiga terbang dengan balon di punggungnya. Pelan-pelan, mereka terbang semakin tinggi, sampai-sampai, Raiga bisa melihat kota di kejauhan.

Angin menerbangkan balon yang mereka tumpangi ke arah barat, terus melayang-layang seperti kertas yang akan jatuh.

"Apa kalian bisa mendengarku?" Yuna berteriak kencang dari belakang, karena posisi balonnya memang berada di paling belakang.

Raiga dan Zapar menunjukkan jempolnya, mengisyaratkan kalau mereka masih bisa mendengar.

"Ke mana kita akan pergi?" tanya Yuna dengan ketakutan saat matanya melihat ke bawah.

"Entahlah," jawab Raiga tanpa dosa. "Kita serahkan semuanya pada balon yang kita tumpangi, Yuna."

"Apa?" Yuna tidak percaya Raiga dengan gampangnya menjawab seperti itu, sebagai seorang gadis, tentu saja dia tidak mau pergi ke mana saja asal aman seperti yang lelaki pikirkan. Dia benar-benar ingin turun sekarang.

RAIGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang