:: TUJUH

11.2K 899 66
                                    

Di dalam kelas Farel sedari tadi tidak fokus, kepalanya menunduk dalam dan perutnya terasa seperti di aduk-aduk, ia mual sedari tadi.

Namun, sebisa mungkin cowok itu tahan, ia tidak mendengarkan penjelasan guru di depan. Dirinya lebih tefokus pada sakit di tubuhnya yang tiba-tiba membuatnya mual.

Bagas yang duduk di sebelah Farel menepuk bahu cowok itu pelan, menyadari Farel yang sedari tadi hanya menunduk sambil mencengkeram kuat perutnya.

"Rel, lo, baik-baik aja?" tanya Bagas tanpa melepaskan pandangannya dari papan tulis.

Farel hanya menggeleng samar, Bagas yang merasa tidak ada jawaban dari cowok di sampingnya menoleh, kini matanya terfokus menatap cowok itu.

"Rel, lo, baik-baik aja?" ulangnya.

Farel mengangkat kepala, wajahnya kini terlihat lebih pucat daripada pagi tadi, "Lo bisa diem nggak, sih, Gas? Tambah pusing nih gue." Ketus Farel.

"Astaga, Rel, muka lo pucet banget, lo sakit? Kita ke UKS aja, yuk? Atau lo mau pulang aja? Nanti gue anterin biar sekalian gue pulang awal," tanya Bagas khawatir.

"Cari kesempatan dalam kesempitan lo, tapir!" Farel menjitak kepala cowok di sampingnya.

Bagas mengaduh, mengusap kepalanya, "Yang bener itu, menyelam sambil minum air."

"Yang ada kembung, bego." Ketus Farel, "Diem lo, berisik tau nggak."

"Kita ke UKS, oke?"

Belum sempat cowok itu menolak, Bagas sudah lebih dulu mengacungkan jarinya dan meminta izin pada Bu Rena yang sedang mengajar di depan untuk mengantar Farel ke UKS.

Farel hanya bisa memutar bola matanya kesal. Selalu saja begitu, Bagas terlalu khawatir dan itu menyebalkan pikir Farel.

Terpaksa Farel menuruti ajakan Bagas, bukan terpaksa sebenarnya. Namun, memang dirinya sudah sangat lemas sekarang.

Terbukti baru beberapa langkah dari kelasnya cowok itu sudah kembali menahan sakit, dahinya berkerut dalam, sementara matanya terpejam rapat berusaha mengurangi rasa pusing di kepalanya.

Tidak berapa lama cowok itu pingsan dan kepalanya siap membentur lantai koridor. Beruntung Bagas mempunyai refleks yang bagus sehingga lebih dulu menahan cowok itu sebelum benar-benar terjatuh.

"Rel, elahh bangun, dong jangan pingsan dulu. Ini belum sampe UKS kali, Rel." Bagas terus berusaha membuat Farel sadar, tangannya menepuk pipi mulus Farel pelan.

"Rel, woii bangun, dong. Lo berat tau nggak, sih, ah." Bagas mengacak rambutnya sendiri karena Bagas tidak kuat lagi menahan tubuh Farel, ia menidurkan Farel di lantai koridor.

"Bagas?" guman seorang cowok di seberang.

Seketika mata cowok itu membulat sempurna saat mengetahui siapa yang sedang tertidur di lantai dengan kepala yang disangga oleh Bagas, "Farel?"

Cowok itu berlari ke arah mereka berdua, wajahnya terlihat bingung bercampur khawatir, "Gas, Farel kenapa?"

"Nggak tau, tadi, sih, di kelas nggak enak badan makanya mau gue bawa ke UKS. Eh, taunya malah pingsan di sini," jelas Bagas yang masih menatap wajah pucat Farel.

"Mendingan, lo bantuin gue, bawa ini anak ke UKS." Lanjutnya.

Cowok itu. Andre, yang notabene sahabat Farel juga Bagas, tetapi, sayang mereka berbeda kelas.

Mereka bertemu saat MOS dan berada di kelas yang sama waktu itu karena memiliki hobi yang sama yaitu, suka bolos pelajaran.

Jadi, mereka memutuskan untuk menjadi sahabat dan ternyata mereka menjadi most wanted yang selalu berhasil membuat para siswi memekik setiap bertemu ketiganya.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang