:: LIMA PULUH ENAM

5.8K 468 53
                                    


Raffa menatap lurus jalanan di depan dari dalam mobilnya, ia sendiri tidak tahu kemana tujuannya malam ini.

Cowok itu hanya sedang suntuk berada di rumah dan memilih mencari udara segar.

Sesekali kepalanya mengangguk-angguk mengikuti lagu milik Marshmello feat Khalid-Silence yang, ia setel di dalam mobil. Menurutnya lagu itu memiliki arti sendiri bagi hidupnya.

Raffa memperlambat mobilnya saat, ia melihat seseorang sedang duduk di salah satu pedagang yang berjejer menjual berbagai macam makanan. Raffa memarkirkan mobilnya dan turun.

Cowok yang malam itu hanya menggunakan hoddie biru dongker dan celanan jeans hitam panjang ditambah sneakers warna putih dengan tanda centang pada sisi sepatu itu, berjalan mendekati satu di antara beberapa food street yang berjajar. Lebih tepatnya menghampiri orang yang sangat dirinya kenal.

Cowok itu duduk di hadapan seorang gadis yang sedang memakan es krim rasa durian miliknya.

Raffa mengeluarkan kedua tangannya dari saku hoddie yang, ia kenakan dan melipatnya di atas meja.

“Kamu ngapain, di sini?” gadis itu mengangkat sebelah alisnya, menyadari kedatangan cowok bermata biru itu.

“Ini, kan tempat umum. Emang ada aturan, gue nggak boleh duduk di sini?” Raffa ikut mengangkat salah satu alisnya.

Blinda. Gadis itu mendengus, “Kan, aku juga cuman nanya.”

Raffa terkekeh sesaat, “Lo sendirian aja?”

“Nggak tapi, sama satu kelurahan, Raf,”  ucap gadis itu ketus.

“Niat banget, ya, lo ngajakin satu kelurahan. Terus kalian tadi naik apa?”

Blinda menjadi gregetan sendiri dengan cowok di depannya. Seandainya ini bukan tempat umum dan jika tidak mengingat dirinya adalah manusia bukan vampir, dapat dipastikan, Raffa akan dimakan olehnya.

Blinda menghentakkan kakinya ke jalanan.

“Ih, Raffa ngeselin banget, sih.” Gadis itu memukul lengan Raffa.

“Gue emang gemesin dari dulu.” Cowok itu mengangkat kedua alisnya bersamaan ditambah dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.

Gadis dengan rambut sebahu itu bergeming, menatap wajah Raffa yang entah kenapa tiba-tiba membuat jantungnya berdebar.

Berbeda dari biasanya saat, ia menatap Raffa pasti tidak akan berefek pada jantung apalagi pipinya. Akan tetapi, kali ini senyuman, Raffa berdampak untuk dirinya.

“Biasa aja liatin guenya,” Raffa mencubit gemas pipi gadis itu.

Blinda sontak meringgis saat kembali ke alam sadarnya, tangannya memukul tangan Raffa yang masih menarik pipinya, “Sakit, Raf!”

Raffa melepas cubitan di pipi Blinda dan terkekeh melihat wajah Blinda yang memerah. Raffa seakan tidak peduli ini tempat umum dan keduanya menjadi bahan tontonan bagi orang-orang yang ada di sana.

Tidak sedikit yang memekik gemas saat melihat kedua remaja itu.

Raffa merogoh benda pipih dari saku hoddie-nya saat dirasa benda itu bergetar, menggeser layarnya dan seketika ruang obrolan yang muncul pada layar itu.

“Reno?” gumam cowok itu.

Dahinya mengernyit, pasalnya seseorang yang baru saja mengirim pesan padanya tidak pernah berkomunikasi dengan Raffa. Mengingat, Reno satu geng dengan Rio musuh, Farel.

Reno G : Fa, bisa ke markas sekarang?

Raffa membaca pesan yang baru saja masuk, kernyitan di dahinya kembali terlihat. Ia sendiri tidak mengerti apa maksud dari cowok berambut agak ikal itu, yang jelas perasaan aneh mulai menyelimuti dirinya.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang