Tepat pukul lima belas lebih tiga puluh menit bel berbunyi, menandakan jam pelajaran sudah selesai. Waktu yang ditunggu-tunggu seluruh penghuni sekolah setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan.Raffa memasukkan semua barang-barangnya yang tergeletak di atas meja.
Cowok itu ingin cepat pulang, mencari tahu apakah saudaranya sudah pulang ke rumah atau belum.
Pasalnya dirinya tidak bertemu Farel di sekolah dan artinya anak itu tidak masuk hari ini.
Raffa berjalan ke tempat dimana mobilnya terparkir yang hanya berjarak enam meter dari lobi.
Ia melangkah lebar, tidak mendengar jika seseorang sedari tadi memanggil namanya.
Gadis itu. Audy, berhasil mengejar Raffa dan meraih tangan cowok itu. Membuat Raffa berhenti dan menoleh ke belakang.
Raffa mengerutkan dahinya “Kenapa?”
Audy melepaskan genggaman tangannya, gadis itu diam sejenak membuat kerutan pada dahi Raffa bertambah dalam.
“Hei,” Raffa mengayunkan tangannya di depan wajah Audy.
Gadis itu menggeleng cepat.
“Kenapa?” ulang Raffa.
“Em, nanti kalo udah ketemu Farel bilang sama aku, ya?” ucap Audy ragu.
Raffa memincingkan matanya, “Ehem, kayaknya emang bener, deh.”
Audy menautkan kedua alisnya, “Apanya yang bener?”
Raffa tersenyum, “Kalian udah jadian ‘kan?”
Gadis itu membulatkan kedua bola matanya, “Enggak, ih.”
Cowok berambut cokelat itu tergelak sesaat, “Iya-iya, ntar gue kasih tahu kalo udah ketemu sama Farel.”
“Nanti gue bilang dapet salam dari Audy, gitu.” Lanjut Raffa menaik-turunkan kedua alisnya.
“Raffa, ih. Orang aku nggak bilang gitu.” Sewot Audy.
Raffa kembali terkekeh, “Bercanda, doang,” Raffa lantas membuka pintu mobilnya.
“Lo mau pulang bareng gue?” Raffa bertanya.
Audy menggeleng dan tersenyum, “Nggak usah, aku udah minta ke Mama buat jemput, kok.”
“Yaudah, gue duluan, ya.” pamit Raffa, ia megacak rambut Audy sebelum masuk ke dalam mobil.
Audy mengganguk, “Hati-hati,” ucapnya sambil melambaikan tangan pada mobil Raffa yang mulai melaju ke luar gerbang.
***
Mobil merah itu memasuki halaman sebuah rumah yang cukup besar. Si pemiliknya langsung bergegas turun dengan tas yang ia sampirkan di bahu kirinya.
Bunda dan ayahnya belum pulang seperti biasa, hanya ada pembantu yang sejak kecil sudah merawat Farel dan Raffa.
Siang ini begitu panas membuat tenggorokkannya terasa sangat kering.
Cowok itu melempar asal tasnya ke atas sofa lalu berjalan ke dapur, tangannya membuka tempat pendingin berwarna hitam.
Meraih sebotol air mineral dan menuangkannya ke dalam gelas.
“Udah pulang, Den?” tanya Bi Inem yang berjalan memasuki dapur.
Raffa hanya mengganguk lalu meneguk segelas air dinginnya.
“Farel udah pulang, Bi?” tangannya meletakan gelas yang sudah kosong di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBS 1] : Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[NEW VERSI] [Twin Brother Series : 1] Kesalahpahaman di masa lalu sudah memutar balik keadaan. Angin yang dulunya berhembus tenang kini menjadi badai. Salah, kah? Setidaknya ia pernah menjadi angin yang sejuk 'kan? Perihal dia menjadi badai itu...