Cowok dengan manik mata berwarna biru itu melajukan motornya cepat.
Membelah jalanan yang mulai sepi karena memang malam sudah larut.
Jalanan yang hanya mengandalkan lampu berwarna kuning pinggir jalan untuk meneranginya.
Setelah mengantar Audy pulang, cowok itu tidak langsung pulang ke rumah seperti yang diperintahkan Audy.
Akan tetapi, ia memilih melajukan motornya ke tempat dimana biasanya ia pergi.
“Hei, dari mana, lo? Tumben baru dateng?” tanya Bagas.
“Ada lah,” ucap Farel menaikkan kedua alisnya.
“Jangan-jangan, lo abis jalan sama cewek, iya 'kan?” seloroh Andre.
“Farel kita udah gede sekarang,” ucap Bagas yang duduk di atas motor miliknya dilanjutkan dengan kekehan.
“Apaan, sih, lu pada.” Farel melirikkan matanya.
Tempat ini memang ramai oleh anak-anak motor. Tempat yang cukup jauh dari pemukiman warga dan sering digunakan sebagai area balap setiap malamnya.
Ketiga cowok yang dulunya tidak mengenal sama sekali tempat ini sekarang mereka begitu mengenalnya.
Bahkan hampir setiap malam ketiganya mendatangi tempat ini.
Entah dari mana dan dari siapa Farel juga dua sahabatnya itu mengenal dunia malam seperti ini.
Mereka lebih senang menghabiskan malam mereka bersama di sini meskipun, angin malam terasa begitu menusuk hingga ke dalam jaket yang mereka gunakan.
Seseorang berdeham membuat ketiga cowok itu menoleh ke sumber suara.
Farel. Matanya menatap tajam ke arah orang itu, kedua tangannya sudah terkepal kuat.
Kedua sahabat Farel yang tahu jika cowok itu sedang emosi berusaha meredakan emosi Farel.
“Rel,” lirih Bagas memegang pundak Farel.
“Ngapain lo ke sini, hah?” Farel berucap dingin.
Cowok di depan Farel tersenyum miring menatap Farel.
“Gue mau nantangin lo balapan.” Tantang cowok itu dengan wajah yang menjengkelkan bagi Farel.
“Balapan?” tanya Farel datar.
“Kenapa? Lo takut? Dasar pengecut,” ucap Rio meremehkan.
Farel yang mudah terpancing emosinya semakin menggepalkan kedua tangannya kuat, matanya menatap nyalang ke arah ketiga cowok di depannya.
Farel berjalan mendekati ketiga cowok itu dan kini dirinya berdiri di depan Rio.
Napasnya sudah memburu.
Farel tersenyum miring, matanya menusuk menatap Rio yang tingginya hampir sama dengan dirinya.
“Kita buktiin siapa yang pengecut!” ucap Farel dengan penekanan di setiap kalimatnya.
“Gue atau lo!” jari telunjuknya menekan dada Rio.
Rio tersenyum miring menatap jari telunjuk Farel yang menempel di dadanya, detik berikutnya ia menatap Farel.
***
Farel menatap tajam cowok yang ada di sampingnya dari balik helm full-face yang ia gunakan.
Sesaat kemudian Farel mengalihkan pandangannya menatap lurus ke depan, jari tengah dan jari telunjuknya bersamaan memegang rem.
Di sisi lain, Agas berdiri tidak jauh di depan mereka, menatap keduanya bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBS 1] : Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[NEW VERSI] [Twin Brother Series : 1] Kesalahpahaman di masa lalu sudah memutar balik keadaan. Angin yang dulunya berhembus tenang kini menjadi badai. Salah, kah? Setidaknya ia pernah menjadi angin yang sejuk 'kan? Perihal dia menjadi badai itu...