:: TIGA PULUH TIGA

7.7K 576 98
                                    


"Bodoh." Kesal cowok berambut cokelat.

Dirinya marah dengan kejadian beberapa menit yang lalu dan memilih pergi dari rumah, sekaligus mencari udara segar untuk memenangkan pikirannya.

Tangan kanannya ia gunakan untuk memijat pelipis yang tiba-tiba terasa cenut-cenutan, sedangkan tangan kirinya masih memegang setir mobil.

Mata cowok itu menatap lurus jalanan di depannya. Di luar, bulan menampakkan sinarnya malu-malu dari balik awan kelabu di langit.

Angin malam yang bertiup kali ini terasa lebih dingin dari biasanya.
Cowok itu, siapa lagi kalo bukan Raffa.

Ia memarkirkan mobil merahnya di pinggir jalan dan keluar dari mobil.

Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku yang ada di bagian depan jaketnya. Dirinya tidak pernah merasa sangat kedinginan seperti sekarang ini.

Raffa berjalan menjauh dari tempat dimana mobilnya terparkir. Mendudukkan badannya pada sebuah bangku panjang yang ada di taman itu.

Sesaat tangannya merogoh handphone di saku celana jeans yang ia gunakan.

Jari-jarinya bergerak menandakan ia sedang menuliskan sebuah pesan disusul dengan seulas senyum tipis.

***

Cowok bermata biru itu kini menatap lekat kendaraan yang ada di depannya. Sekarang dirinya berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah.

Malam minggu jalanan memang lebih padat dari biasanya apa lagi jika malam hari.

Siapa lagi yang memenuhi jalanan jika bukan pasangan muda-mudi yang ingin menghabiskan satnight mereka dengan pasangan.

Cowok itu terus mengucapkan sumpah serapahnya.

"Apa bagusnya satnight kalo jalan macet gara-gara orang pacaran." Cowok itu bergumam kesal.

Manik mata biru cowok itu menatap tajam angka-angka yang berhitung mundur. Lima detik lagi lampu itu berwarna hijau.

Memang dasarnya cowok itu tidak sabaran, ia terus memainkan gas dan membunyikan klakson saat lampu sudah berganti warna, tetapi kendaraan di depannya tidak segera bergerak maju.

"Shit." Desisnya lantas memacu motornya cepat saat kendaraan di depannya bergerak.

Farel. Ia kini memelankan laju motor yang dinaikinya saat matanya menangkap sesuatu.

Matanya menyipit, ia sangat tahu siapa pemilik mobil merah yang terparkir di pinggir jalan itu.

Farel meminggirkan motornya tidak jauh dari mobil itu terparkir. Ia melepas helmnya lantas menatap sekeliling mencari si pemilik mobil.

Entah kenapa dirinya ingin memastikan bahwa dugaannya benar. Farel berjalan dengan kepala yang celingak-celinguk.

Matanya kembali menyipit saat melihat seorang cowok duduk sendirian dan hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Farel melangkah mendekati orang yang kini membelakanginya dengan perasaan ragu. Entah kenapa keraguan itu tiba-tiba hinggap pada diri Farel.

Farel menghela napas lega saat dugaannya itu benar, "Raffa," ucap Farel.

Raffa menoleh ke kiri dengan kernyitan di dahinya. "Farel? lo ngapain di sini?"

Farel mendudukkan badannya, "Lo yang ngapain di sini?"

"Kok, lo malah balik nanya, sih?" Raffa kembali mengernyit.

Farel bergeming, tidak memedulikan pertanyaan saudaranya itu. Cukup lama keduanya terlarut dalam kecanggungan yang membosankan menurut Farel.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang